Gadis itu berlari dengan kecepatan penuh seraya sesekali melirik kearah layar handphonenya. Nampaknya ia tengah mengejar jam yang tepat di mata kuliahnya.
Nada dering dari handphonenya membuat fokusnya terbagi, lantas ia segera menggeser tanda 'jawab' keatas dan mendekatkan handphonenya ke arah telinga Lisa.
"Kau dimana?"
"Aku sedang ke kelas. Apa sudah dimulai?"
"Kau bercanda Lisa? Apa kau tidak membaca group chat sama sekali?"
"Apa?"
"Tidak ada jadwal, dan kau diminta untuk mengirimkan file ke kelas lain melalui whatsapp."
"A - apa?! Sekarang kau ada dimana?"
"Kami juga menyampahi chat mu tuh. Kukira kau mau pergi bermain, kami berada di starlucks."
"A-a.. baiklah, nanti aku kesana."
Tidak ada suara lagi setelah Lisa mematikan sambungan pada handphonenya. Ia bersandar pada tembok yang baru saja ia lewati dengan nafas terengah.
Ia mendengus penuh kekesalan seraya sesekali menepuk jidatnya dan bertanya kenapa ia begitu bodoh.
Gadis itu jongkok tanpa peduli dengan siswa lain yang sedang melalui koridor kelas bahasa.
Drttt.. ddrrtt..
Muncul notifikasi baru dari handphonenya.
BPGC
Jisoo : @lalisam kau dimana?
Jennie : @lalalisam kau harus kirim file nya sebagai penanggug jawab.
Jisoo : kirim ke anak kelas B - D."Astaga.. aku bahkan tidak tahu siapa saja anak kelas B sampai D."
Lisa berdiri dan berjalan perlahan, namun karena fokusnya yang berkurang hebat akhirnya tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang tengah berbicara dengan orang lain melalui sebuah handphone.
Sialnya, handphone itu jatuh, nampaknya menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Kesialan seperti apalagi ini?
Wajahnya yang terkejut hanya bisa mematung melihat layar handphone pria itu retak. Sang pria mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan kurang suka.
"Suga.. halo? Hei kau tidak apa - apa? Halo.."
Suara itu masih terdengar dengan jelas, hanya saja tampilan handphone itu sungguh buruk.
"Ada yang menabrakku, dan handphone ku jatuh."
"Astaga. Lain kali kalau kau sedang berbicara perhatikam juga jalannya."
Suga memasang wajah lebih terkejut seolah ia yang bersalah. Temannya ini memang kurang bisa diandalkan untuk membela sesuatu.
"Kau gila? Dia yang menabrakku." Ujar Suga dengan nada tinggi.
Pria yang ada dibalik handphone itu terkekeh, namun sebelum melanjutkan ucapannya Suga langsung mematikan sambungannya dan fokus terhadap Lisa.
"Bagaimana kau akan mengganti ini?"
Wajahnya kini berkeringat karena rasa bersalah dan rasa takut, "a-akan ki ganti. Berapapun itu."
Suga memberi Lisa handphonenya, wajahnya kecut tanpa poles senyuman. "Perbaiki saja, nanti telfon kontak bernama Jeon Jungkook. Aku akan mengambilnya. Paling lambat tiga hari, oke?"
Lisa mengambil handphone itu dan menunduk meminta maaf, "aku Lalisa, kelas A. Kau bisa mencariku kalau ada sesuatu. Mohon maaf atas kecerobohanku."
Suga bahkan tidak menatapnya sama sekali, berjalan begitu saja melalui yang lain dan menjauh dari Lisa.
Lagi - lagi Lisa menepuk jidatnya, lebih keras dari sebelumnya seraya mendumel. "Bodoh sekali manoban yang satu ini. Astaga.."
Dering dari ponsel itu kembali muncul, nama Jeon Jungkook rupanya. Apakah ia kekasih suga atau sahabatnya? Mengapa begitu intens untuk saling berhubungan.
"Aku tunggu di gerbang utama. Cepatlah, disini sangat panas."
Astaga. Kesialan macam apalagi ini.
Bahkan orang yang bernaka Suga itu sudah menghilang bak ditelan bumi, lalu bagaimana caranya Lisa menyampaikan pesan itu kepada Suga sedangkan handphone Suga sedang ia pegang, dan Jeon Jungkook langsung mematikan telfonnya.
Omong - omong, handphone Suga diberi perlindungan berupa kata sandi yang tidak Lisa ketahui. Sehingga ia hanya mungkin menerima telfon saja.
Gadis itu berfikir sebentar, karena jaraknya hanya sekitar 200 meter dari gedung D maka ia memutuskan untuk mencari sosok Jungkook itu dan berbicara mengenai Suga.
Ia berjalan menuju Gerbang utama dengan cepat namun tidak tergesa - gesa.
.
Lalisa tengah mencari mobil yang memiliki Jeon Jungkook didalamnya, untungnya tidak terlalu banyak siswa yang sedang menunggu di gerbang utama sehingga ia tidak begitu kesulitan menemukan Jeon Jungkook.
"Kenapa kau ada disini?" Suara itu begitu familiar sehingga saat mendengarnya Lisa merasa begitu bahagia.
"ROSE! astaga.. apa kau tahu Jeon Jungkook?"
Rose tertawa kecil, "kenapa kau bertanya tentangnya?"
"Ada urusan penting, ayolah."
Rose menunjuk kearah mobil yang berada dipinggir Lisa dengan santai.
"Kenapa?" Pria yang bernama Jeon Jungkook benar - benar keluar. Ia memakai kaos hitam dan celana jeans putih dengan kalung silver berliontin kristal memanjang itu memandang kearah Rose dan Lisa.
Lisa memandang Jungkook lalu mengangkat Hp suga yang ia rusak secara tidak sengaja. "yang menerima telfonnya tadi aku, aku yang merusak handphonenya. Jadi mungkin kau akan kesulitan menghubungi Suga."
Jungkook mendekat, sehingga ia berhadapan langsung dengan Lisa. Ia mengambil handphone itu dan meliriknya dengan seksama. ia melepaskan tempered glass dari handphone itu dan ternyata tidak ada kerusakan parah.
"Astaga. Ternyata aku hanya cemas berlebihan." Lisa menepuk jidatnya lagi. Rose terkekeh menertawakan tingkah konyol Lisa.
"Tidak usah diganti, aku akan membelikannya tempered glass yang baru. Dia terkadang berlebihan akan sesuatu."
Lisa tersenyum lebar, bibir merah yang begitu pas dengan wajahnya membuat senyum itu semakin istimewa, bahkan bagi jungkook sekalipun yang notabene nya cuek.
Gadis itu menunduk dan mengucapkan terima kasih kegirangan. Jungkook hanya mengangguk kecil dan kembali menuju mobilnya. Namun tiba - tiba terhenti saat ia hendak membuka pintu mobil miliknya.
"Kalian mau kemana?" Tanya Jungkook ketika Lisa dan Rose hendak pergi.
Lisa menjawab, "Kafe, Starlucks."
"Masuklah. Biar sekalian ku antar, aku juga akan kesana."
Rose tersenyum mendengarnya, mendapat tumpangan gratis adalah hal yang menghemat isi dompet bukan? Terlebih bagi mahasiswa seperti mereka.
"Tentu saja!" Rose membuka pintu belakang mobil dan menutupnya bahkan sebelum Lisa diberi kesempatan untuk masuk. "kau di depan nyonya." Ujar Rose dengan sedikit godaan.
Lisa melotot kearah Rose yang tertawa, lalu perlahan membuka pintu depan dan duduk disamping Jungkook.
Setelah duduk, Jungkook meminta Lisa dan Rose memasang seat belt untuk keamanan. Namun nampak Lisa yang kesulitan memasang Seat belt karena rambutnya yang di urai dan roknya yang terkadang mengganggu. Yah, wanita memang terkadang serumit itu.
Jungkook mengambil seat belt milik Lisa lalu memasangkannya. Lisa hanya memandang pria itu tanpa berkata sedikitpun.
"T- terima kasih."
Jungkook mengangguk kecil dan melajukan mobilnya menjauh dari Kampus seolah kisah sahabatnya Suga tidak terselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy For You - Lizkook
Fanfiction"aku menggilainya." "dia menggilaiku." Jungkook merangkul Lisa yang baru saja melontarkan kata itu dengan nada santai, mengecup kening gadis itu dengan hangat lalu mengelus rambut sebahu Lisa dengan lembut. mereka tersenyum, berharap semuanya tetap...