Semenjak hari itu, Jungkook cenderung lebih pendiam dan tidak fokus terhadap hal - hal disekitarnya, Lisa yang ingin mengetahui apa masalahnya pun tidak bisa memaksa karena Jungkook terlihat sangat tidak nyaman.
Dan itulah yang membuat mereka menjadi renggang satu sama lain.
Kini Jungkook duduk di atas kasur dengan musik yang ia putar sangat kencang. Karena merasa terganggu akan suara itu, Namjoon menghampiri Jungkook setelah beberapa rekan yang lain tidak berhasil sama sekali menegurnya.
"Jungkook."
Pria itu masih belum bergeming,
"Jeon Jungkook!"
Jungkook beranjak dari kasur dan berlari kecil mematikan musik yang tengah ia putar, lalu menatap Namjoon seolah ia tengah bertanya ada apa.
Namjoon duduk denga sigap, ia menghela nafas pendek lalu berkata, "apa kau akan terus diam seperti ini?"
Jungkook menyandar seraya duduk di jendela menatap kearah luar untuk memalingkan muka,
Satu rokok yang ia selipkan di telinganya kini ia nyalakan dan menghisapnya pelan, mata Jungkook tampak gelap tanpa kilau, ia bahkan tak berani menatap Namjoon yang notabenenya adalah senior yang sangat ia hormati.
"Apa aku harus mengatakan rasa sakitnya kepada semua orang?" Jungkook menghembuskan asap dengan halus, lalu terkekeh pelan dengan bibir getirnya. "Apa masalahku akan selesai dengan itu?"
"Tepat, memberi tahu orang masalahmu tidak membuat masalahnya selesai. Lalu bagainana aku menyebut orang yang membuat orang sekitarnya khawatir, orang yang selalu membawa atmosfer bahagia kini redup, orang yang hanya mengikat dirinya sendiri tanpa membagi ikatan itu kepada kami, apa itu?"
Keheningan inu berlangsung selama beberapa detik. mau itu Jungkook atau Namjoon, mereka sedang memikirkan kata apa yang selanjutnya keluar.
Bola mata Namjoon menatap Jungkook yang tengah menundukkan kepalanya, mungkin ia menyembunyikan air mata dan hatinya yang tengah terluka, sadarkah ia bahwa orang seceria Jungkook tiba - tiba diam dan menutup diri adalah luka juga bagi orang - orang sekitarnya?
"Jika yang membuatmu trauma adalah kata - kata yang tak bisa kau maafkan, maka yang mengobatinya adalah orang yang mampu membuatmu lupa dengan kata - katanya. Entah itu Taehyung atau Lisa." Namjoon memberanikan diri untuk melanjutkan ucapannya,
Reaksi itu mengenai tepat ke hati Jungkook, ia membulatkan kedua bola matanya. Mengingat bahwa ia mengabaikan orang disekitarnya termasuk Lisa yang baru saja menjadi pacar. Bodoh sekali ia membiarkan seorang gadis menunggu kabar darinya, tidak berani mengungkapkan apapun karena takut melukai Jungkook sedangkan Lisa sendiri mati - matian untuk terlihat baik.
"Hyung, aku pergi." Jungkook mengambil jaket tebal yang tergantung di hanger, tak lupa ia juga membawa kunci kendaraan yang ada di atas meja belajar dan bergegas pergi menuruni anak tangga.
Namjoon tersenyum hangat, ia merasa lebih lega setelah mendapat jawaban bagus dari Jungkook.
.
Jungkook sampai di depan tempat Lisa, namun ia tidak melihat tanda ada orang disana, pintu dikunci bahkan semua tirai ditutup rapi. Kemana kira - kira perginya gadis itu?
Sialnya, ia tidak membawa Hp untuk menghubungi Lisa karena menganggap bahwa mereka akan segera bertemu disini.
Cuaca yang dingin di malam ini tak membuat niatnya gentar untuk meminta maaf kepada Lisa, ia mungkin adalah seorang anak nakal yang keras kepala.
Pria itu akhinya jongkook di depan pintu seraya menunduk menghangatkan tubuhnya yang menggigil karena cuaca, tapi yang lebih ia khawatirkan adalah makanan yang mungkin akan dingin tertiup angin.
Membutuhkan waktu hampir satu jam untuk menunggu Lisa sampai dirumah, Jungkook berdiri dengan senyum yang riang melihat siluet tubuh Lisa yang baru saja turun dari taxi.
Sayangnya, ia tidak sendiri.
Seseorang sedang merangkulnya dengan erat, dari cara berjalannya yang sempoyongan, mungkin Lisa sedang tidak enai badan. Tapi itu juga yang membuat Jungkook tidak enak hati.
Siapa yang berani menyentuh Lisa di depan Jungkook, apa orang itu berfikir kalau hidupnya akan berumur panjang setelah Jungkook melihat ini?
Hatinya yang bercampur aduk tidak tahu harus melakukan apa selain berdiri dengan penuh emosi di depan pintu.
Mengapa?
Jungkook terus mempertanyakan hal itu di dalam pikirannya yang sedang kacau.
"Jungkook?" Suara yang familiar terdengar, dia adalah orang yang sering sekali memaki Jimin untuk hal yang tidak penting, tapi akrab dengan Jin untuk membahas yang tidak penting juga.
Ternyata itu adalah Rose dengan mantel milik Jimin.
Apa tadi olahraga jantung yang dilakukan Jungkook secara tidak sengaja? Karena ia merasa lemas setelah mengetahui gadis itu tidak lain Rose.
"Lisa.. kenapa?"
"Ini pertama kalinya dia minum, baru satu teguk dan ia sudah seperti ini.. jadi aku membawanya pulang."
"Terima kasih, aku akan merawatnya."
"Baiklah, tolong jaga dia untukku, aku akan pulang."
Rose langsung pergi begitu ia meberikan Lisa kepada Jungkook sedangkan Jungkook kebingungan kenapa ia terus menangis.
"Aku.. hiks, apa Jungkook benci aku?"
Lisa menangis seperti seorang anak kecil dengan pertanyaan - pertanyaan anak kecil.
Jungkook terkekeh pelan, bagaimana satu gelas kecil bisa membuatnya seperti ini?
"Maafkan aku." Jungkook mengecup rambut Lisa dan membawanya masuk kedalam dengan kunci yang ada pada saku mantel Lisa.
Ia terus menangis seraya mempertanyakan Jungkook akan banyak hal, menyebut namanya dan terus - terusan seperti itu.
Jungkook yang kedinginan merasa hangat karena adanya Lisa, satu jam lebih pun mungkin tak apa hanya untuk melihat wajah orang yang sangat ia cinta.
Setelah menidurkan Lisa di tempat tidur, ia membuka sepatu, kaos kaki da mantel Lisa, menggantinya dengan selimut yang ia tutup untuk menghangatkan tubuh Lisa. Jungkook juga membuatkan Lisa minuman hangat yang akan membuatnya merasa lebih baik.
Setelah beberapa saat meminumnya, Lisa berhenti menangis kencang dan hanya menyuarakan isak tangis di atas pangkuan Jungkook.
"Ini aku.. sudah bisa mengingatku?"
Lisa membuka matanya perlahan, matanya yang kemerahan bisa melihat wajah Jungkook samar - samar. "Kau.. aku salah apa?"
"Tidak, kau tidak salah, aku hanya belum siap menceritakan padamu semuanya. Maafkan aku ya?"
Lisa mengangguk kecil, sungguh imut seperti anak kecil yang marah karena keinginannya tidak di penuhi.
Jungkook merebahkan dirinya bersama Lisa, mendekap Lisa dengan erat dalam dada bidangnya seraya menciumi rambut Lisa yang selalu wangi.
Mungkin tanpa kata - katapun, jika hatinya terbuka, Jungkook bisa merasa lebih baik hanya dengan melihat Lisa.
Lisa membuka matanya lagi, menatap Jungkook yang tengah menatapnya. Mata mereka bertemu, mungkin sekarang tidak ada seorangpun yang bisa mengganggu.
Jungkook perlahan memegangi leher belakang Lisa dan menariknya lebih dekat dengan bibir Jungkook.
Saat mendekatpun Lisa sudah paham, ia membiarkan bibirnya bersentuhan, membuka kedua bibir mereka bersamaan lalu Jungkook memulai dengan memainkan lidahnya perlahan dan halus sampai Lisa terbiasa dan menikmatinya.
Keduanya larut dalam rasa hangat yang sudah lama tidak mereka rasakan.
Jungkook melepas mantelnya dan membuangnya ke sembarang tempat, tubuhnya sudah berada di atas, menatap Lisa dengan hangat, berbeda dengan saat pertama kali mereka melakukannya.
"Bolehkah aku?"
Dengan rona merah pada pipinya, Lisa mengangguk kecil mengiyakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/202330099-288-k167602.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy For You - Lizkook
Fanfiction"aku menggilainya." "dia menggilaiku." Jungkook merangkul Lisa yang baru saja melontarkan kata itu dengan nada santai, mengecup kening gadis itu dengan hangat lalu mengelus rambut sebahu Lisa dengan lembut. mereka tersenyum, berharap semuanya tetap...