🐤🐤🐤
"Diam-diam ternyata dia peduli".°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Happy Reading !!❣
Bruk
Cekalan pada kedua tangan Athena terlepas, "Ares ?", Fikir Athena, dan benar saja, setelah ia membalikkan badan, netranya menangkap sosok tingi tegap yang baru saja melumpuhkan dua cowok yang mencekalanya.
Ares memandang datar kearah Athena yang sekarang sedang tersenyum, sangat tidak kontras dengan air mata yang masih mengalir dari kedua matanya.
Ares menangkap pergerakan cowok berambut merah yang akan menarik Athena, tapi sebelum itu terjadi, Ares lebih dulu menarik Athena lalu ia sembunyikan dibelakang punggung lebarnya.
Athena sempat menahan nafas, lalu ia hembuskan perlahan setelah merasa aman dibelakang Ares, tangan kanan Ares masih menggenggam tangannya, Athena merasakan Ares meremas pelan tangannya yang berkeringat dingin, lalu pandangan Athena menelisik para cowok brandal yang mengganggunya tadi, cowok yang ia ketahui bernama Reza dan Heksa masih jatuh tersungkur ke tanah, sedangkan Carl sedang beradu pandang dengan Ares.
"Cuma banci yang berani sama cewek", desis Ares tajam dan menghunus.
"Bilang aja Lo mau cewek itu juga, kita bisa berbagi", balas Carl dengan seringai dibibirnya.
Ares mengeraskan rahangnya, giginya bergemelatuk, Athena merasakannya, bukan hanya amarah, tapi ada kegusaran dari bahasa tubuh Ares.
Tangan kiri Ares merogoh sesuatu pada kantong jinsnya, lalu ia mengeluarkan sapu tangan, sapu tangan Athena.
Ares mengulurkan sapu tangan itu kebelakang, Athena yang menangkap maksud Ares segera mengambil alih sapu tangan itu lalu mengikatnya di kepala Ares untuk menutupi matanya, tak terlalu susah, karena Athena termasuk cewek yang tinggi.
"Menjauh" ,Ares sedikit menolehkan pandangannya kesamping, lalu berbisik pelan, Athena tak membantah, ia beringsut menjauh sampai ke motor Ares.
"Ha ha ha, mau ngajak petak umpet lo ?", Reza berdiri lalu tertawa mengejek, dan Heksa melakukan hal sama dengan tangan yang bersedekap didada.
"Bac*t !!!!!"
Bugh bugh....
Ares menghajar ketiganya membabi buta, seperti biasanya, ia hanya menggunakan insting dan pendengaran ketika bertarung, tapi itu semua mudah jika yang melakukannya adalah Ares, sang dewa perang.
Semua selesai hanya dengan waktu sepuluh menit, ketiganya terkapar mengenaskan, dan Ares ? Jelas...tanpa lecet sedikitpun, iya tidak lecet, tapi memar, tadi Ares cukup kesulitan menghadapi aksi keroyokan ketiga cowok itu, karena sedikit kewalahan, Ares terkena pukulan sesuatu yang terasa seperti batu pada keningnya, tapi tak apa, yang penting ia tidak berdarah.
Ares membuka penutup matanya lalu menempatkan sapu tangan itu pada tempat semula, pendengarannya menangkap derap langkah kaki dari gang yang gelap di ujung sana, tanpa menunggu waktu lama, ia berlari menuju motornya.
"Cepetan naik !!!" Setelah naik ke motornya, Ares mengulurkan tangan kanannya untuk membantu Athena naik, Athena tak membantah, ia segera menerima uluran tangan itu dan naik ke motor Ares, belum sempat Athena berpegangan, Ares sudah menarik gasnya dengan kencang, karena terkejut, Athena refleks memeluk pinggang Ares erat.
"Cowok ini gila !!" Maki Athena dalam hati.
Ares melihat spion motornya, dibelakang sana cowok-cowok brandal itu berjumlah lebih banyak, Ares bersyukur dalam hati karena berhasil lolos, lalu pandangannya menangkap Athena yang bersandar di punggungnya, Ares tak menampik jika ada sedikit kenyamanan yang ia rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares✔ [Proses Revisi]
Teen FictionMasih menjadi teka-teki mengapa seorang Ares Putra Agra selalu menutup matanya ketika berkelahi. Kelakuannya itu selalu mendapat tatapan remeh dari musuhnya, tapi ia dapat membuktikan kehebatannya dalam bela diri meski dengan mata tertutup sekalipun...