Prolog

35 2 0
                                    

Aku Hayfa usia ku 43 tahun tepat pada tahun 2038. Badanku segar bugar, tetapi tidak dengan otakku, ada penyusutan pada otakku. Dalam jangka empat bulan ini saja ada beberapa memory yang hilang entah kemana. Frustasi pasti, Aku amat sangat takut bila kedepannya Aku akan melupakan segalanya. Terutama suamiku, Arkana dan anak semata wayang Ku.Alfa.
Penyakit Alzheimer memporak-porandakan segala list masa depan yang telah Aku dan Arkana rancang. Paling tersakiti disini adala Arkana, Dia terus menerus mencari Dokter tuk menangani kasus Ku. Arkana membuang kenyataan bahwa Alzheimer belum di temukan obatnya sampai hari ini.

Sesekali dari depan kamar Rumah Sakit terdengar tangisan dari Alfa. Anak itu tak pernah menangis hanya karena hal-hal remeh. Pada saat Sekolah Dasar Alfa pulang dengan muka penuh lebam. Dia mengaku berkelahi dengan teman sekelasnya, hanya karena seorang teman mengatakan Bundanya berkulit hitam. Ah... Alfa anakku Dia adalah hal terbaik dari perjalanan hidupku bersama Arkana. Proses menemukan dan ditemukan.

Proses menerima ketentuan bukan hal mudah untukku. Kalau boleh memilih tentu makhluk bumi manapun ingin selalu sehat. Tetapi jika Sang Maha mentakdirkanku untuk sakit, Aku bisa Apa? Mungkin ini adalah sebaik-baiknya akhir cerita hidupku. Aku sudah cukup menerima banyak kebahagiaan sampai hari ini.
Adakah bagian sesal dalam hidup? Tentu saja ada. Sepertinya Aku takkan pernah melihat Alfa menikah dengan jodohnya kelak. Tetapi dalam sisa waktu Ku ini, Aku ingin menjadi kenangan paling bahagia untuk Alfa dan Arkana. Hanya Mereka yang kini Ku miliki.

Semenjak empat bulan lalu, semenjak didiagnosa Dokter bahwa Aku terserang Alzheimer. Aku kembali menulis, kali ini Aku akan menulis tentang kisah Ku dari dua puluh tahun lalu. Proses menemukan dan di temukan Arkana adalah sebuah hal yang seharusnya tak boleh Aku lupa.
Semoga buku ini akan selesai tepat waktu. Lalu akan menjadi buku terakhir dari ku untuk semua orang yang selalu menikmati Karyaku.
Jika Sang Maha mengembalikanku, pada tahun 2018, dan memberi pilihan tuk bersinggungan dengan Arkana dan tergeletak seperti ini, atau tak pernah bersinggungan dengannya dan hidup mapan sendiri. Tentu pilihannya akan sama seperti dua puluh tahun lalu. Aku ingin tetap bertemu Arkana dan menua bersamanya.melihat senja dari berbagai kota di Indonesia. Adakah yang mampu mengganti setumpuk bahagia ku kala bersamanya? Aku rasa tak ada, dan penyakit ini hanyalah sebagian kecil dari bagian epilog kisah Ku.
Aku tak menyesal bertemu dengan Arkana. Aku tak menyesal selalu mendekap Alfa ketika kepayahan menderanya. Aku sudah cukup bersyukur dengan segala yang telah Aku jalani.

Tuhan terimakasih banyak, biarkan kali ini Aku tulis ceritaku sebagai persembahan terakhir untuk Arkana dan Alfa. Aku amat mencintai mereka. Tak ada yang sanggup menggantikannya. Dari sinilah akan Aku tulis dari kesalahan hingga proses menemukan dan di temukan adalah sebuah sebuah bahagia tiada tara.

Pintu kamar Rumah Sakit terbuka. Arkana disana. Aku tersenyum untuknya, Dia mendekat, pelan-pelan mengenggam jemariku, matanya sembab, Aku terka Dia kembali menangisiku.

“Hayfa,penulis kesayanganku” Dia menarik nafas berat,

“masih sudi, menemani seorang Arkana Abimanyu melihat senja?”sambungnya, senyumanku merekah, Aku mengangguk pertanda setuju atas usulannya.

Di taman Rumah Sakit, Aku dan Arkana duduk di kursi kayu, menanti senja menyapa.

“maafin Aku fa” gumam Arkana, dengan pandangan lurus kedepan, Aku menoleh sesaat, lalu maklum

“tak ada yang perlu di maafkan... Aku hanya perlu bertrimakasih padamu dan Alfa” pernyataanku membuat Arkana berkaca-kaca,

“apakah Kamu pernah menyesal, menua bersamaku” tanya Arkana kali ini sambil menatap Ku,

“pernah...” sahutku sambil tersenyum,

“Aku menyesal...tidak akan bisa melihat Alfa menikah” jelasku, Aku menunduk dan Arkana membisu, seperti ada kata-kata yang ia telan dan hilang entah kemana.
Aku menyodorkan manuskrip naskah pada Arkana,

“ini adalah buku yang sedang di cetak penerbit sekaligus menjadi buku terakhirku” Arkana menerimanya, tak lama tangannya bergetar hebat melihat judul bukunya,

“Alzheimer=Aku tak ingin melupa”

“Aku ngantuk boleh bersandar” tanyaku, Arkana mengangguk.

“Sebelum membaca naskah itu, tolong jangan menyesal atas apapun yang terjadi, jangan menyalahkan dirimu sendiri, Aku bahagia menemukan dan di temukan oleh mu, dan Alfa adalah penyempurna kehidupanku”

penjelasanku membuat Arkana menangis

“Aku mencintaimu Fa” sahutnya “ Aku tau... ok Kamu boleh baca naskah dan Aku tidur dulu yah...jangan lupakan Aku yah” Aku terpejam,

“mana bisa Aku lupakan mu” gerutunya.
Dan mulailah Arkana membuka halaman per halaman. Arkana kembali pada Arkana dua puluh tahun lalu. Berproses, untuk bertemu dan menetap dengan seseorang. Aku pastikan takkan ada sesal di dalamnya.

Arkana & Hayfa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang