“bagaimana aku bisa hidup dengan tenang, jika belahan hidupku pelan-pelan akan lupakan aku dan segala mengenai diriku”
-Arkana-
Kantor kian sepi. Ruangan gelap. Siluet dari balik pintu kaca tak terlihat, jelas para pegawai sudah pulang. Sedangkan Aku masih duduk di ruang kerja. Akhir-akhir ini aku menyibukkan diri dengan lemburan memforsir diri. Aku terus melampiaskan segala apa yang terasa kepada berkas-berkas yang menumpuk. Aku takut kehilangan separuh nafasku.Hayfa.
Semenjak peristiwa di Rumah Sakit bersama Noval dan Violet, aku acak-acakkan dengan konteks yang sebenarnya. Aku hanya mampu menitipkan Hayfa pada Alfa , yang aku tahu jelas Alfa sedang sibuk dengan segala persiapan UN dan SNMPTN. Tetapi aku tidak peduli, aku egois, aku tak sanggup di lupakan oleh Hayfa di depan mataku.
“bagaimana aku bisa hidup dengan tenang, jika belahan hidupku pelan-pelan akan lupakan aku dan segala mengenai diriku” lirih Arkana.
Jatuh cinta padanya sungguh-sungguh tak terencana, mengenal, menetap dan menemukan adalah hal terindah yang ada dalam dua puluh tahun kebersamaan. Aku merasa di lengkapi oleh Hayfa, dan di tambah dengan Alfa lahir ke dunia, aku menjadi lelaki terbahagia. Tapi kini, semenjak Hayfa jatuh sakit delapan bulan lalu, aku mulai tak menerima keadaan, bagaimana dia pelan-pelan akan lupakan semua. Apakah semudah itu? Penyakitnya membuat aku hancur sebegininya. Aku tak sekuat yang terlihat.
Pesan Whatsapp di terima.
Alfa : pulanglah Pah, tak apa bila Mamah melupakan kita, setidaknya Mamah butuh seseorang yang selalu ada untuknya. Papah sudah cukup berlarinya, sekarang waktunya menghadapi dan menerima!
Aku tercekat membaca pesan dari Alfa. Semenjak seminggu yang lalu aku selalu berkilah, sibuk dengan pekerjaan dan meeting hingga tak bisa menemani Hayfa. Benar kata Alfa sudah waktunya aku berhenti berlari, dan hadapi ini.
Aku : malam ini Papah pulang, tentu untuk Mamah mu, Papah takkan lari lagi.
Di kejauhan ada Alfa yang tersenyum lega.
***
Pagi selalu terlalu cepat hadir, ada sebagian orang yang tak siap menerima hari baru. Hayfa membuka mata, di sampingnya sudah ada Aku.menggenggam jemari lentiknya. Dia tersenyum, senyumannya selalu mempercantik rupanya, dia selalu buat ku jatuh hati hanya dengan senyumnya.
“ Na...” panggilnya,
“iya Fa...” sahutku,
“ sepertinya lama sekali aku tak bertemu dengan mu, Aku rindu” gumamnya,
Aku tersenyum. Bahkan aku sangat merindunya teramat sangat, setega itu aku meninggalkannya? Maafkan Aku Fa, aku akan selalu ada di sampingmu mulai hari ini.
“ nanti sore bagaimana bila kita bersama menunggu senja di taman rumah sakit lagi?” usulku, Hayfa mengangguk.
Tuhan aku tak berharap akan kesembuhan untuknya, tapi berilah sedikit ruang agar aku mampu membahagiakannya terus-menerus dalam kurun waktu yang sedikit ini. Hanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana & Hayfa (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaHayfa berusia 43 tahun di tahun 2038. Menemukan dirinya mengidap Alzheimer. Dia tak ingin suaminya, Arkana dan Alfa anak semata wayangnya bersedih. Dia menulis segala hal mengenai petualangan hidupnya sebelum bertemu dengan Arkana. Banyak hal yang t...