“Mari kita bertemu... datanglah ke Jogja, dan Aku akan traktir Kamu...Fa”
-Arkana-
Pertengahan Tahun 2018...
Pesan whatsaap telah terbaca, tetapi Aku malah terpaku. Diam tak bersuara. 30 detik setelahnya barulah kesadaranku kembali,
“Gila... Arkana ngajakin ketemu? Yang bener aja?” ucapan terkejut memenuhi mulutku. Kesunyian hilang entah kemana, racauan memenuhi kamar indekos ku, pada sabtu malam. Sinting memang.Tetapi tak apalah, Arkana adalah alasanku menjadi cukup sinting malam ini.
Minggu pukul 09.00 WIB Aku sudah berada di stasiun tugu Yogyakarta. Sampai disini, anggaplah Aku mengorbankan diriku sendiri.bagaimana tidak, saat Aku menumpang kereta api,fobia yang Aku derita semenjak Sekolah menengah kambuh mendadak. Aku memang memiliki fobia kereta api sejak lama, yah dan hari ini Aku menaiki kereta api. Aku benar-benar perdana melakukan perjalanan sendirian yang hari ini Aku lakukan, dan anehnya Aku memilih kereta api untuk melatih fobia ku. sialnya justru kambuh tepat saat Aku sudah ada di gerbong kereta, tanganku bergetar hebat, dan keringat dingin mengucur deras. Untunglah tak ada penumpang yang menyadari hal ini.
Setelah menginjakkan kaki di stasiun tugu, mataku menyusuri setiap ruang, tak ada Arkana.“Ah... mungkin Dia menunggu di luar” fikiran positifku mengambil alih segala kemungkinan terburuk yang terlintas.
15 menit sudah Aku menantinya di luar stasiun, seperti orang linglung, dengan puluhan Chat tak berbalas, kalau sampai 30 menit lagi tak datang, lebih baik Aku membeli tiket kepulangan ku sesegera mungkin.
45 menit berjalan... raut mukaku sudah tak lagi bisa terkendali. Sebungkus siomay sudah habis Aku lahap, tetapi Aku masih lapar, ingin rasanya melahap Arkana beserta tulang belulangnya. Serius emosi ku sudah tak bisa Aku kontrol.
Motor vespa model lama dengan warna biru muda berhenti tepat di hadapku. Aku bangun dan menyingkir, tak ku pedulikan siapa yang datang, mungkin saja calon penumpang yang ingin membeli tiket.benar.
“Hayfa...”panggil seseorang dengan suara baritonAku menoleh, “Arkana?” panggilanku terdengar layaknya pertanyaan, entahlah mungkin Aku kagum dengannya atau saking laparnya Aku lupa bahwa baru saja Aku marah padanya.
Arkana menghampiri ku. “sorry...Fa, Aku terlambat,” ungkapnya.
“permohonan maaf diterima’ sahutku santai
“sudi berkeliling dengan motor vespa ku?” tawarnya, melihat reaksiku.
“of course, why not?” sahutku sumringah.
Perbedaan kentara dari seorang Arkana dari Pria lain, salah satunya Dia memohon maaf tulus, tanpa embel-embel alasan apapun. Dan Aku suka, sesederhana itu.
***
Senja ke dua di tahun 2038
“Aku apa adanya banget yah Fa... tidak istimewa?” sahut Arkana,
Aku masih memandang senja kali ini yang menjingga cukup kentara.
“Kamu istimewa dengan segala kesederhanaanmu Na”ucapku,
“Kamu lebih istimewa Fa”ungkapan Arkana membuatku menatap manik cokelatnya intens.
“terimakasih sudah menerima segala Khilaf dan kurangku”lanjutnya,
“harusnya Aku yang berkata begitu Na”gerutu ku,
Arkana tersenyum, tetapi bukan senyuman tulus yang biasa dia miliki, hari ini Dia tersenyum getir, menyesakkan menahan segala air mata yang ingin tumpah. Aku tau Arkana begitu menyayangiku, dengan segala kurangku, dan Aku sudah merasa cukup atas segala yang telah Dia perbuat buatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana & Hayfa (SUDAH TERBIT)
Dla nastolatkówHayfa berusia 43 tahun di tahun 2038. Menemukan dirinya mengidap Alzheimer. Dia tak ingin suaminya, Arkana dan Alfa anak semata wayangnya bersedih. Dia menulis segala hal mengenai petualangan hidupnya sebelum bertemu dengan Arkana. Banyak hal yang t...