15

9 0 0
                                    

“begitu kuat, begitu dalam, sampai aku tak temukan lagi alasan, mengapa harus kamu yang aku cinta”
-Dwitasari-

perjalanan ku masih panjang, untuk cinta maupun dunia aksara. Aku masih perlu bersabar untuk segala impi yang belum jua terwujud. Kali ke lima naskah yang sudah aku kirimkan ke penerbit kembali di tolak. Dan Arkana adalah sosok yang selalu bilang tulisanku keren, mungkin aku kurang beruntung saja, usaha ku kurang keras katanya. Dia yakin aku akan menjadi penulis hebat. Karena tulisan yang selalu aku sodorkan padanya, selalu ia suka, moduskah? Ku rasa tidak, dia selalu tulus mengenai pemberian pendapat apapun bila itu urusan tulisanku. Dia sangat jujur.

Ditahun ini pula belum ada tanda-tanda kemajuan dalam hubungan ku dengan Arkana. Masih abu-abu. Arkana sibuk dengan studinya di Jogjakarta dan aku masih menyibukkan diri dengan pekerjaan ku di Jakarta. Melelahkan? Bukan lagi, tetapi dengannya selalu saja ada cara untuk lebih mensyukuri hidup, menerima segala apa yang terjadi dan akan datang. Hidupku lebih tertata bila dengan Arkana. Emosi ku kian stabil, tak meledak-ledak seperti dahulu.

***

2038 siang di kamar rumah sakit, aku masih terduduk di ranjang, menghadap jendela luar. Ada perasaan ingin kembali berbagi perjalanan dengan Arkana, seperti awal-awal menikah. Nampaknya akan sulit terealisasi, dengan waktu yang kian dekat ini.

“Aunty” panggilan spesial terdengar, Aku menoleh

“ Rio” seru ku senang, Rio datang dengan memakai kursi rodanya, di belakangnya ada Bundanya yang sigap mendorong kursi roda nya. Senyum tercerah tergambar darinya.

“Aunty, tahun depan aku akan mengikuti ajang asian paragames”serunya lagi berbinar,

“Rio hebat, Aunty bangga”sahutku terharu,

“Aunty harus datang yah ikut nemenin Rio”satu permintaan yang sukar aku iyakan, hatiku mencelos.

Mulutku diam sesaat.
“Aunty harus datang, aku janji akan sampai final... jadi nanti Aunty cukup lihat finalnya saja di Filipina yah”lanjut Rio,

Aku mendesah sungguh ini adalah perkara sulit, aku ingin melihat Rio tetapi di lain sisi aku tak yakin masih adakah tahun depan untuk diriku?

“iya Aunty janji tahun depan Aunty bakal nonton final Rio yah” akhirnya janji keluar sudah, ini bukanlah janji biasa, ini mengenai janji bertahan hidup sampai tahun yang akan datang. Semoga aku tak melupakanmu Rio sayang, seseorang yang sudah ku anggap sebagai anakku setelah Alfa.

“bagaimana ada kemajuan kak?” tanya Bunda Rio bersuara setelah Rio berkeliling rumah sakit sendiri, menyapa perawat dan para dokter sambil menceritakan betapa kerennya dia akan maju ke Asian Paragames tahun depan.

“memory ku kian hilang” lirihku, mengubah raut wajah bunda Rio iba,

“lalu bagaimana bila tahun depan kaka gak hadir saja”usulnya,

“doakan saja semoga aku tak melupakan Rio. Hanya itu yang Aku takutkan” jawaban getirku membungkam mulutnya.

Setidaknya Bunda Rio masih beruntung, Rio masih bisa melanjutkan hidup, sedangkan Aku? Lupa adalah hal mengerikan untuk setiap detik yang terlewat.

***

Senja 2038,Arkana duduk mendekapku,

“Na tahun depan liat Rio tanding yah” ucapku

“Dimana emang?”seloroh Arkana,

“Filipina, dia ikut ajang Asian Paragames” jelasku Arkana menoleh,

“Rio hebat yah, pasti kita akan menontonnya, dengan Alfa juga”

Arkana berbinar,

Aku merapal harap terus menerus, aku tak ingin melupakan apapun. Alasannya sungguh aku tak siap kehilangan segala arti hidup dalam setiap keping kenangku. Semesta tolong lebih ramah untukku dan sekitar, aku tak meminta kesembuhan daripadaku, hanya cukup lebih ramah saja. Hanya itu.

Arkana & Hayfa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang