Jisoo turun dari mobilnya. Setelah mobil putih itu berbunyi kecil, pertanda habis dikunci, Jisoo melegangkan kaki untuk pergi.
Ia berjalan seperti biasa di jalan yang biasa. Saat sampai di koridor, awalnya ia yang tengah berjalan santai merasa sedikit terganggu dengan pandangan orang-orang. Bahkan sebagian dari mereka ada yang bisik-bisik lalu melihat Jisoo. Itu menunjukkan mereka memang tengah menggunjingkan dirinya.
Jisoo merasa sedikit terganggu dengan itu. Ia lantas melirik penampilannya sendiri dari atas hingga bawah, takut-takut ada sesuatu yang mengganjal.
Merasa tak ada yang salah dari penampilannya, Jisoo mendengus sendiri sembari berjalan lebih cepat. Rasanya frustrasi saat merasa ada yang salah, namun kita tak tahu itu apa.
***
"Ehem, si cantik jodohnya Bang Cayo, kok makin ke sini makin cantik ya? Tambah cinta..."
Seperti biasa, Jisoo menggulir bola matanya jengah, bualan Chanyeol tak pernah alfa untuk membuatnya bergidik mual.
Jisoo berjalan cepat, ingin buru-buru ke kelas saja agar si manusia menyebalkan ini tak mengikuti lagi.
"YANG DI BAWAH AWAASS!!"
Peringatan lantang terdengar dari lantai dua. Jisoo dan Chanyeol memilih untuk menengok ke atas dari pada mengindahkan peringatan itu. Bukannya apa, tapi orang Indonesia memang begitu, lebih besar rasa penasaran dari pada pekikan peringatan yang mungkin berpotensi berbahaya.
Semacam pot bunga plastik berukuran sedang, namun berisi, tampak terjun bebas dari atas sana. Sialnya, itu tepat di atas kepala Jisoo. Entah kenapa, gadis itu tak keburu lari. Malah ia hanya menutup mata dengan memegangi kepala.
Brukk!!
Dentuman keras masih terdengar jelas di telinga Jisoo. Ia sangat takut untuk membuka mata, takut kepalanya sudah berdarah-darah. Meski seorang calon dokter, tetap saja Jisoo ngilu jika yang berdarah dan terluka itu dirinya.
Pekikan sekitar juga masih terdengar nyaring di telinga Jisoo, apa ia belum kehilangan kesadaran, hingga masih mendengar dengan jelas?
Pelan-pelan, ia coba untuk membuka mata, satu hal yang membuatnya bersyukur—— dan, terbelalak. Bersyukur jika ia tak terluka, tapi sayangnya, Chanyeol lah yang sudah berdarah-darah karena melindunginya.
"Kamu gak apa-apa?"
Jisoo mematung. Masih sempatnya lelaki itu bertanya keadaannya harusnya dirinya sendiri yang ditanya.
"Cha——"
Semacam suara bising menggelegar menusuk indra pendengaran Chanyeol. Kepalanya terasa berat dan berkunang, alhasil ia pingsan ditahan Jisoo.
"T-tolongg..."
***
Jisoo menunggu harap-harap cemas di depan UGD. Setelah kejadian di kampus pagi ini, beberapa anak Fakultas Kesehatan membantunya membawa Chanyeol ke rumah sakit. UKS kampus kurang memadai, sebab kemungkinan besar lelaki itu kehilangan cukup banyak darah.
Jisoo mengigit-gigit kuku jarinya, bagaimanapun Chanyeol ada di dalam itu akibat dirinya. Ia sungguh khawatir, bahkan ia mengabaikan ponselnya yang sudah berdering-dering dari tadi.
Melihat pintu UGD yang bergeser terbuka, Jisoo buru-buru bangkit dari duduk dan menghampiri dokter yang tadi menangani Chanyeol.
"Gi-gimana keadaan temen saya, dok?"
Jisoo keringat dingin saat dokter baru akan membuka mulutnya. Demi apapun, ia merasa lebih gugup dari pada memeriksa perolehan IPK di akhir semester.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex (√)
Teen FictionCewek itu beda sama Cowok! 👭 Cewek: • Mantannya temen dimusuhin mati-matian. • Antek-anteknya mantan ikut kena imbas kejengkelan. 👬Cowok: • Mantannya temen berlomba-lomba buat didapetin. • Temennya mantan ada yang bening dikit langsung sikat...