20|Perasaan Sebenarnya

954 162 18
                                    

"Gak!"

Kencang, lantang, penuh tekad disuarakan dari arah dapur. Jisoo yang baru selesai membersihkan tubuhnya dengan mandi, dan sekarang masih mengeringkan rambut dibantu handuk, mengernyit saat mendengar semacam teriakan satu kata penolakan tersebut.

Tepat sekitar delapan langkah di depannya, Sujin dan Hyewoon berdiri menghadap Suzu yang terlihat tengah menggeram kekesalan.

"Kenapa sih?" tanyanya bingung bersamaan dengan langkah kaki yang datang mendekat ke arah perkumpulan para gadis itu.

Sujin, Hyewoon, dan Suzu kompak melirik. Jisoo jadi tercekat sendiri menerima tatapan begitu dari ketiga temannya. Terlebih raut Suzu yang sepertinya begitu merendam amarah lewat sorot matanya.

Gadis berbibir tipis itu, kembali menghadapkan dirinya ke arah Sujin dan Hyewoon seperti keadaan semula. "Gue bilang enggak, ya enggak!" setelah penekanan entah untuk masalah apa, yang kembali ia lakukan, gadis itu berlalu masih dengan wajah galak.

Jisoo makin mengernyit bingung dengan sikap satu temannya itu. Bahkan Suzu tak menyahut atau menatap saat berpapasan.

"Kenapa sih? Kalian ributin apaan?"

Sujin yang raut wajahnya tak dapat dikatakan baik pula, mendengus memandangi kehilangan punggung Suzu di sudut dinding. "Emosian banget tuh temen lo." ujarnya ketus, kemudian memilih pergi juga.

Jisoo makin bingung. Sujin sama Suzu debat lagi?

"Kenapa sih, Won?"

Hyewoon yang ditanyai, memberikan senyuman tipis tapi terkesan dipaksakan. "Biasa, emang suka gak sejalan kan?"

Helaan nafas dihembuskan pelan, Jisoo tahu jika Sujin dan Suzu itu layaknya saudara yang mendapat tabiat hobi bertengkar. Tapi baru kali ini ia melihat kedua temannya itu tak langsung berbaikan setelah berdebat, tapi malah meninggalkan masalah yang otomatis akan membuatnya berlanjut. Ia harus pandai-pandai membujuk agar keduanya lekas baikan lagi.

***

"Bang Chan, ambilin batu dong. Ini ujungnya harus ditahan biar gak gampang terbang."

Sementara itu, tepat di halaman depan vila, para cowok tengah sibuk memasang tenda. Baru satu yang benar-benar telah berdiri sempurna, sedangkan satunya lagi masih terlihat oleng-oleng.

Chanyeol yang mendapat mandat dari Yunhyeong untuk membawakan batu, tertarik dari lamunan. Pria tinggi itu bergegas membuka ransel, kemudian berjalan ke arah Yoyo dan menyodongkan tangannya.

"Nih."

Yoyo yang begitu semangat memasang tenda, meraih benda yang di serahkan. Merasa sedikit aneh dengan barang yang di berikan, ia pun menarik pandangan menatap belakang. Rautnya keheranan.

"Batu bang! Bukan kopi renceng! Buat nahan ini, bukan buat dipajang terus dijulain."

Chanyeol yang sadar akan kekeliruannya, menarik bungkusan kopi yang sempat ia serahkan, mensejajarkan itu dengan wajahnya, kemudian mengamati dengan rinci yang sesekali membuat kepalanya miring-miring. Perasaan ia mengambilkan batu! Tapi kok bisa berubah?

Kepalanya mengitari sekitaran dengan raut agak gusar. Ini tempatnya gak angker kan?

Melihat gelagat aneh temannya, Yunhyeong bergidik. Takut juga ia lama-lama ditinggal berduaan sama Chanyeol. Kalau ini orang kerasukan, mana kuat ia menahan sendiri?

"U-udah deh bang, lo duduk aja deh. Nonton youtube, nge game atau apa kek."

Chanyeol tak berniat membantah. Tanpa kata, ia memang menarik langkah kaki untuk kembali duduk di matras yang sebelum ini menjadi tempatnya berdiam diri. Yoyo makin gugup. Chanyeol aneh. Serius deh, Yoyo lebih suka opsi Chanyeol yang berisik dari pada opsi diam macam orang kerasukan gini.

The Ex (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang