"Hu um. Sudah makan kok, tadi."
"Yang benar, Tae? Makannya banyak, tidak?"
"Banyak, kok. Sampai perutku jadi bulat saking penuhnya, hehe."
"Hh.. Baguslah, itu baru anak pintar. Jangan sampai sakit lagi karena telat makan seperti kemarin, ya?"
"Iyaa, Gukkie bawel."
"Bawel begini kamu tetap sayang."
"Percaya diri sekali. Siapa yang bilang?"
"Aku yang bilang. Memangnya aku salah?"
"Tidak kok, tidak salah."
"Nah, kan? Ah, telponnya aku tutup dulu ya? Aku masih ada beberapa pekerjaan."
"Hm. Oke."
"Nanti malam kita telponan lagi ya? Habis aku selesaikan ini—"
"Jangan. Selesai kerja, kamu pasti capek. Kamu langsung tidur saja, Guk."
"Tapi kamunya bagaimana, dear?"
"Tidak gimana-gimana. Pokoknya habis selesai kerjanya kamu harus langsung tidur, oke? Aku juga sudah mulai mengantuk."
"Oh.. Oke. Kalau begitu, telponnya kita lanjut besok saja."
"Hu um. Sudah sana kembali kerja, nanti selesainya kemalaman."
"Siap, bos! Sudah, kamu matikan telponnya."
"...Oke. Malam, Gukkie."
"Malam juga, my dear."
Pip.
Taehyung menghela nafas kecil, sebelum meletakkan ponselnya ke atas ranjangnya malas.
Hari ini, genap seminggu ia dan Jeongguk tidak saling bertemu. Berhubung sedang libur, Jeongguk diminta untuk membantu ayahnya di kantor. Hitung-hitung belajar untuk masuk ke dunia kerja, katanya.
Taehyung tidak masalah sama sekali, malah ikut senang. Toh, apa yang Jeongguk kerjakan juga apa yang dia senangi.
Hanya saja.. dia sedikit rindu.
Oke, coret kata sedikitnya, dia sangat rindu pada Jeongguk.
Tapi, sebagai kekasih yang baik, ia merasa tidak sepantasnya ia mengeluhkan hal ini. Jadilah Taehyung menyimpan pemikiran ini dalam-dalam untuk dirinya sendiri. Tidak ia bagikan kepada siapa-siapa, tidak pada ibunya, tidak pada Jimin dan pastinya tidak pada Jeongguk.
Pandangan Taehyung beralih ke seporsi makanan yang masih tertata rapi di atas piring di hadapannya, lalu tersenyum samar.
"Maaf ya Gukkie, hari ini aku tidak jadi anak yang baik."
Lalu setelahnya, makanan itu ia biarkan begitu saja.
***
Malam ini, Taehyung merasa sulit tidur. Sampai jam menunjukkan pukul setengah dua dini hari, rasa kantuknya masih belum datang juga.
Taehyung pelan-pelan mengambil ponselnya yang sedari tadi ia letakkan asal di atas ponselnya, dan pandangannya semakin sendu saat melihat tidak ada pesan dari kekasih.
Dasar. Padahal ia sendiri yang jelas-jelas menyuruh Jeongguknya untuk segera beristirahat, tapi nyatanya tetap berharap untuk dikabari juga.
"Jeon Jeongguk..."
Taehyung berbisik pelan, setetes air mata perlahan mulai turun membasahi wajahnya.
"Aku kangen."
***
................hai.
HEHE, aku mau kasih permohonan maaf dulu sedalam-dalamnya karena udah lama BANGET menelantarkan buku ini (dan buku satu lagi) tanpa kepastian.
Jujur, untuk buku ini, karena ini adalah kumpulan cerita pendek, ada sebagian dari aku yang merasa, aku bisa aja untuk nyelesaiin ini kapan pun. Tapi, melihat respon kalian, vote dan comment kalian, aku ngerasa sangat bersalah. Dan berkat itu juga, aku jadi baca ulang buku ini dan ternyata, kangen juga. Jadilah aku lanjut lagi, hehe :")
Semoga aku dimaafkan, ya :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Together Forever🐰🐯
FanfictionSepenggal kisah mengenai keseharian Jeon Jeongguk dan Kim Taehyung.