Orang Ketiga POV
"Minum obatmu beam" nam terpaksa menginap di rumah beam. Ia pun hanya bisa tidur di kamar satunya. Kamar yang beam sudah siapkan untuk bbas nanti ketika bbas sudah bisa tidur sendiri.
Walau kasur bbas kecil, namun nam tidak mempermasalahkannya. Yang terpenting ia bisa merawat beam.
Semalam dokter datang ke rumah beam dan memeriksa keadaan beam. Kata sang dokter, beam hanya kelelahan. Dokter merasa beam terlalu banyak melakukan aktivitas yang membuatnya demam sampai sekarang. Bahkan dokter mengatakan kalau sebaiknya beam beristirahat untuk beberapa hari kedepan agar kondisi tubuhnya pulih. Sejujurnya dokter mengatakan kalau kondisi tubuh beam sangat jauh dari kata normal.
Beam mencoba untuk duduk dan bersandar pada headbednya di bantu oleh nam. Ia lalu mengambil obat yang nam berikan. Setelah sarapan tadi, nam langsung bergegas memberikan beam obat agar ia bisa cepat sembuh.
"Terima kasih phi" ucap beam setelah menelan obat yang nam beri. Tubuh beam masih demam. Bahkan nam merasa demam beam cukup tinggi.
"Istirahatlah. Phi sarankan kamu cuti bekerja dulu. Mungkin seminggu" kata phi nam setelah ia mempertimbangkan dengan matang-matang.
Ia tidak ingin kejadian ini terulang kembali. Siapa yang akan merawat bbas jika beam sakit ? Nam sih bisa saja, tapi nam tidak bisa selalu 24 jam berada di sisi bocah berumur 3 tahun tersebut.
"Tapi phi aku tidak enak denganmu" ujar beam menunduk. Beam kembali merasa terbeban.
"Pokoknya kamu harus cuti seminggu!!" Ujar nam dengan tegas. "Phi sudah menghubungi jane tadi. Phi bilang kalau kamu sakit dan harus istirahat selama seminggu"
Beam masih menundukkan kepalanya. Jujur yang sangat dalam, beam kembali merasa tidak enak. Apalagi ia di rawat oleh nam saat ini. Tapi kalau bukan nam, siapa lagi yang akan merawat beam ? Masa bbas ? Dia kan belum tau apa-apa.
Nam menghembuskan nafasnya melihat beam masih menunduk. Ia tahu kalau beam pasti merasa terbebani. Tapi sudah berapa kali nam harus menasehati beam kalau nam sama sekali tidak merasa di repotkan oleh beam.
"Bbas sedang tidur. Semalam dia tidur sangat larut karena khawatir denganmu" ujar nam tiba-tiba.
Semalam bbas tidur sekitar jam 12 malam. Bbas terus menangis ketika papanya itu tidak bangun-bangun. Nam dengan sekuat tenaga membopong beam masuk ke dalam kamarnya. Ia membaringkan beam di ikuti bbas menangis berjalan bersamanya.
"Papa tidak apa-apa kan phi ?" Ujar anak kecil itu dengan terisak. Sesekali ia mengucek matanya dan menghapus air mata yang keluar dari dalam matanya itu.
Nam menyamakan tingginya dengan bbas. Ia mengelus rambut bbas dengan sayang.
"Papamu baik-baik saja. Papa cuma kelelahan" kata nam lalu ia memeluk bbas ke dalam pelukannya.
Tangisan bbas mulai sedikit terhenti mendengar nada baik-baik saja dari nam. Ia percaya dengan nam. Orang yang telah merawatnya bersama papanya itu.
Setelah itu, nam mencoba menelepon seorang dokter langganannya. Untungnya dokter itu bersedia untuk datang memeriksa beam.
Setelah dokter pulang, barulah bbas tertidur dalam gendongan nam.
Beam mengangguk pada nam walau ia masih menunduk. Ia juga sangat khawatir dengan anaknya jika ia sakit.
Tiba-tiba pintu kamar beam terketuk. Suara teriakan anak kecil membuat beam menaikkan kepalanya menatap pintu.
"Papa..!!" Teriak anak itu. Nam lalu berjalan ke pintu kamar dan membuka kamar beam.
Bisa mereka lihat wajah bbas yang sangat imut sedang mengucek wajahnya yang nampak baru bangun. Anak itu cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
FanfictionBeam yang harus berjuang sendiri sebagai single parent buat bbas. Apakah ia sanggup ? ForthBeam Fanfiction