Beam POV
Dengan cukup tergesa-gesa aku turun dari taksi yang aku tumpangi. Aku masuk ke dalam sebuah hotel berbintang 5 di kota ini. Hotel itu sangatlah tinggi dan luas. Mungkin terdapat 30 lantai jika aku perkirakan. Dengan perlahan aku menanjakkan kaki menuju lobi hotel. Setelah bertemu dengan salah satu pekerja hotel di bagian administrasi, aku mendapatkan informasi mengenai letak kamar yang di tempati oleh Tae Darvid.
Dengan penuh tekad, aku berjalan dan memasuki sebuah lift. Memencet tombol lantai 10 dan menunggu lift sampai di tujuan. Ketika lift terbuka, aku berjalan kembali dan mencari kamar bernomor DS1020. Kamarnya tidak terlalu jauh dan tidak dekat juga dari lift. Ketika aku sampai di depan pintu kamar itu, aku terdiam cukup lama.
Bisakah aku menghadapi pria ini seorang diri? Bisakah aku melawannya jika dia memaksaku? Bisakah aku membawa Bbas kembali?
Sekelebat pikiran itu terngiang-ngiang di kepalaku. Aku menghela nafas dan mulai menenangkan kepalaku. Bagaimana pun jika melawan, aku pasti akan kalah. Jadi aku memutuskan untuk memilih tenang jika ingin berhadapan dengannya. Setelah yakin aku merasa tenang, aku mengetuk pintu kamar hotel ini. Aku menunggu beberapa saat dan pada akhirnya pintu terbuka lebar. Menampilkan sosok pria yang beberapa menit lalu menelponku.
"Masuklah" katanya datar. Dengan langkah sedikit ragu, aku masuk ke dalam kamarnya. Langsung saja wangi vanila tercium di hidungku. Aku mengedarkan pandangan dan tidak menemukan Bbas.
"Dimana Bbas?" Tanyaku.
"Duduklah dulu, ada yang ingin aku bicarakan padamu" ujarnya. Dia mendahuluiku dan duduk di salah satu sofa kamar ini. Dengan tenang, aku duduk di depannya. Menatap matanya dan berhenti untuk mencari Bbas.
"Jadi apa yang mau kau bicarakan dan dimana Bbas?" Tanyaku. Aku tidak ingin berlama-lama di tempat ini. Jangan sampai dia mengurungku disini bersama Bbas.
"Bbas telah tertidur. Dia lelah bermain denganku" ucapnya. Aku mengangkat salah satu alisku.
Bermain? Memangnya Bbas mau bermain dengan pria ini?
"Kau tidak percaya?" Tanyanya. "Kalau begitu lihat beberapa mainan disana" dia menunjuk ke sebuah lantai depan tv, terdapat beberapa mainan yang berserakan. "Kau sudah percaya?"
Setelah melirik itu, aku kembali menatapnya. Sepertinya dia benar. "Apakah kau mengakui pada Bbas bahwa kau adalah daddynya?"
"Untuk saat ini belum. Aku tidak ingin dia mendengar kalimat itu keluar dari mulutku. Aku ingin kau yang mengatakannya. Aku tau, Bbas baru saja melihatku dan dia mungkin akan kurang percaya padaku. Berbeda jika denganmu, dia pasti akan percaya-percaya saja apa yang kau katakan" katanya.
"Jika aku mengatakan kalau kau orang jahat atau kau bukanlah daddynya, kau mau apa?"
"Jika kau mengatakan bahwa aku orang jahat, mungkin Bbas akan menyangkal, lagi pula dia sudah bermain denganku, bahkan kami tertawa bersama, dia pasti mengira aku orang yang baik. Kemudian jika kau tidak mengatakan bahwa aku bukan daddynya, itu tidak masalah, tapi jangan lupa bahwa aku bisa saja membawanya kemanapun aku mau. Kau tidak akan bisa menghentikanku" aku hanya bisa diam mendengar penjelasannya.
"Jadi apa yang akan kau bicarakan denganku?" Tanyaku to the point.
"Sederhana, jauhi pria itu, aku tidak suka dia mendekati anakku" ucapnya dingin. Aku menatapnya. Dia tampak serius dengan ucapannya. Dan dia benar-benar tidak main-main. Dia baru saja membuktikan ancamannya padaku hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
FanfictionBeam yang harus berjuang sendiri sebagai single parent buat bbas. Apakah ia sanggup ? ForthBeam Fanfiction