Beam POV
Untungnya kelasku berakhir dengan cepat hari ini. Dosen yang mengajar di jam kedua tidak masuk karena ia memiliki urusan di luar kota. Hal itu membuatku merasa senang. Dengan segera aku menelpon phi Nam untuk meminta izin padanya agar aku bisa masuk kerja dan nanti malam bisa menemui Forth. Ah tapi aku lupa memberitahunya kalau aku menyetujui ajakannya.
"Halo" sapaku saat teleponku telah terangkat.
"Halo, ada apa Beam?" Jawab phi Nam.
"Phi, aku boleh minta izin untuk masuk bekerja saat ini? Soalnya kelasku sudah berakhir dan nanti malam aku memiliki janji dengan temanku. Aku pikir aku bisa masuk siang" aku bisa mendengar sedikit suara Bbas di seberang sana.
"Ah boleh boleh, kebetulan Tar sedang sakit hari ini, jadi Gum sendirian di minimarket, kau temanilah Gum" aku tersenyum mendengar hal ini. Kebetulan sekali.
"Baiklah phi, kalau begitu sekarang aku akan pergi ke minimarket"
"Iya iya, ya sudah hati-hati" setelah itu percakapan kami terhenti.
Aku memasukkan beberapa bukuku yang masih berada di luar tas dengan cepat.
"Beam, kau akan bekerja sekarang?" Tanya Kit di sampingku.
"Iya, aku ingin bekerja siang jadi aku bisa pulang lebih cepat. Lagipula saat ini hanya satu orang yang menjaga di minimarket. Satunya sedang sakit"
"Oh begitu, mau ku antar?" Tawar Kit padaku.
"Tidak perlu Kit, aku bisa sendiri" aku bisa mendengar kalau Kit berdecak sebal karena jawabanku.
"Kau ini, selalu saja menolak. Maksud aku baik Beam" aku menghembuskan nafas perlahan. Aku tau maksud Kit baik, tapi aku tidak ingin merepotkannya. Selagi aku masih bisa ke sana sendirian, aku tidak perlu bantuan orang lain sehingga mereka menjadi repot.
"Aku tau di benak kepalamu itu. Kau pasti berfikir kalau kau membuat aku kerepotan, kan?" Tebak Kit benar. "Aku tidak mau tau, pokoknya aku akan mengantarmu sekarang" Kit ikut memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Aku hanya bisa menghela nafas kembali. Ya sudahlah, kalau dia punya niat baik, aku harus menerimanya sesekali.
***
Dalam perjalanan Kit selalu mengungkit soal mata kuliah serta tugas lapangan yang baru saja dosen kami berikan. Katanya kami harus mencari seorang pasien dan menafsirkan jenis penyakitnya, cara pengobatannya dan cara mencegah penyakit itu. Kit merasa kalau tugas itu sudah seperti dokter sungguhan saja. Katanya kan bisa kalau cari di internet saja atau di buku. Masalahnya disini, dosen akan meminta bukti tentang pasien, seperti foto pasien yang kami ambil datanya.
Aku hanya bisa diam dan mendengarkan keluh kesah Kit. Lagipula aku tidak keberatan sih dengan tugas ini. Toh sekaligus latihan juga sebagai calon dokter kedepannya. Mungkin maksud dosen kami itu agar kami mulai terbiasa dengan pasien.
"Jadi, apa uang hasil mengajarmu sudah masuk Beam?" Tanya Kit setelah ia mengakhiri keluh kesahnya tentang tugas kami.
"Sudah, aku sudah mendapatkan pesan teks dari bank kalau aku mendapatkan transferan sejumlah uang"
"Ciee yang udah gajian, traktir dong" katanya. Aku tersenyum padanya. Masalah traktir sih tidak apa, toh hanya Kit seorang. Uangku masih lebih dari cukup untuk kehidupanku bersama Bbas.
"Oke, kapan-kapan aku traktir ya, nanti tagih saja aku" kataku.
"Yes, tapi aku bercanda loh Beam soal traktir hehe aku hanya menggodamu saja"
"Tidak apa, aku juga jarang mentraktir orang. Malah kamu yang sering membayarkan makananku" ucapku dengan tulus.
"Yah terserahlah. Oh iya benerkan belok sini? Aku sedikit lupa. Kamu sih jarang mau aku antarin ke minimarket" gerutunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
FanfictionBeam yang harus berjuang sendiri sebagai single parent buat bbas. Apakah ia sanggup ? ForthBeam Fanfiction