Chapter 19

1.4K 141 19
                                    

Beam POV

"Pegangan Beam" kata Forth padaku. Kami baru berjalan setidaknya 5 menit dan Forth berhenti di tepi jalan karena aku tidak berpegang padanya.

"Pegangan bagaimana? Aku sudah memegang ini" kataku. Sedari tadi aku sudah memegang tepi jaket Forth dan aku baik-baik saja.

"Bukan begitu, tapi begini," Forth mengambil kedua tanganku dan menaruh di perutnya. Aku merasa seperti sedang memeluk Forth dari belakang. "Kan kalau begini kau tidak akan jatuh"

Bibirku cemberut. "Kenapa harus seperti ini? Apa kau akan ngebut-ngebutan hah?" Tanyaku.

"Tidak, tapi demi keamanan saja. Ingat, kau memiliki seorang anak, kalau kau tidak ada, dia akan bersedih nantinya" ujarnya.

"Tapi kan keselamatanku itu bergantung padamu, kalau kau salah membawa motornya ya aku jadi korban juga"

"Sudahlah, semakin lama kita berdebat disini, semakin lama pula kita sampai. Pokoknya tetap seperti ini sampai kita di minimarket nanti" ujarnya. Aku hanya bisa mengikuti saja. Kemudian tidak begitu lama, Forth pun membawa motornya sampai ke minimarket.

~***~

Orang Ketiga POV

"Sepertinya dia tidak mendengarkan ancaman anda tuan" ucap seorang pria yang duduk di bagian kemudi. Orang itu menatap kaca dan bertatapan dengan pria yang duduk di kursi penumpang belakang.

"Dia memang keras kepala" katanya pendek.

"Lalu kita kemana sekarang tuan?" Tanya pria di depannya. Tae hanya diam tapi pikirannya berkelana ke sebuah rencana untuk menjebak Beam.

~***~

Kit POV

Aku benar-benar tidak tau harus berbuat apa lagi sekarang. Tapi mau bagaimana lagi, kalau ayah dan ibu sudah mengatakan A, ya aku harus menjalankan A. Inilah akibatnya kalau aku terlalu menuruti kedua orang tuaku. Walau sebenarnya aku memiliki keinginan untuk membantah perintah mereka, tapi aku cukup tak tega. Apalagi jika melihat wajah kedua orang tuaku, aku teringat akan kejadian ketika aku sakit. Mereka sangat khawatir padaku, itu sangat jelas dari wajah mereka. Ketika aku kesusahan, ketika aku sedang banyak masalah, mereka selalu ada untukku. Untuk itu, ketika diam-diam aku berjanji pada diriku untuk tidak mengecewakan mereka, maka aku harus benar-benar menepati janji pada diriku sendiri. Termasuk salah satunya dalam hal ini.

"Akhirnya kamu datang juga" ayah merangkulku ketika aku sampai di loby sebuah hotel. Di atas hotel ini terdapat restoran mewah tempat tujuan kenapa ayah menyuruhku kemari.

"Ya mau bagaimana lagi yah" pasrahku. "Oh iya, ibu kemana?" Tanyaku.

"Ibumu sedang berbelanja seperti biasa dengan temannya" aku memutar bola mataku malas karena aku tau siapa teman yang ayah maksud itu. "Ya sudah, ayo kita masuk, seseorang sudah menunggu kita"

Masih dalam rangkulan ayah, aku dan dia pun masuk ke dalam hotel sampai ke restoran di lantai atas. Ketika sampai, ayah melepas rangkulannya dan berjalan di depanku. Aku hanya mengikutinya dengan malas.

"Maaf lama Sam" kata ayah pada temannya itu. Pria bernama Sam yang duduk di salah satu kursi restoran, menarik kursinya dan berdiri. Menghampiri ayah dan bersalaman dengannya.

"Tidak apa, dia juga belum datang kok, ayo duduk" Sam membawa ayah untuk duduk di sampingnya. Dengan malas aku mengikuti mereka berdua. Ketika ayah duduk, Sam menghampiriku dan menepuk pundakku. "Ayo duduk nak, dia belum datang, mungkin sebentar lagi" ujarnya. Aku pun tersenyum setengah hati dan berkata dalam hati,

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang