Chapter 09

2.1K 181 18
                                    

Beam POV

Aku cukup terkejut ketika mengetahui bahwa Forth berada di sampingku tadi. Aku pikir dia hanyalah seorang mahasiswa yang sama denganku yang ingin menunggu bus datang. Tapi ketika aku menolehkan kepalaku ke samping ternyata dia adalah Forth. Tiba-tiba saja jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan saat menyebutkan namanya, darahku berdesir kencang dalam balutan nadiku.

Ketika aku di berikan helm, aku cukup bingung padanya. Dengan alasannya itu sekali lagi membuat tubuhku menghangat. Bukan hanya dia yang memberiku perhatian seperti itu, melainkan ada juga Nam dan lainnya. Namun hanya Forth saja yang entah dapat membuat suhu tubuhku naik menjadi hangat.

Ketika aku ingin berterima kasih padanya karena sudah mengantarku, dia malah melesat dengan cepat meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan. Entah aku merasa dia tampaknya malu karena sudah mengantarku atau dia memiliki kepentingan lain ? Aku tidak tau, tapi yang jelas, ketika aku bertemu dengannya lagi, emh maksudku besok, aku akan berterima kasih padanya.

Ketika aku masuk ke dalam rumahku, aku bisa melihat phi Nam bersama Bbas sedang bermain seperti biasanya.

"Papa!!" Seru Bbas seperti biasa ketika melihatku pulang. Sekarang sudah jam 4 sore, aku cukup tidak terbiasa pulang ke rumah jam segini. Biasanya aku setelah dari kampus langsung berangkat ke minimarket untuk bekerja.

"Bagaimana keadaanmu ? Sudah membaik ?" Tanya phi Nam padaku. Aku tersenyum pada phi Nam sebagai bentuk apresiasiku atas perhatiannya.

"Lumayan phi, hari ini aku tidak merasakan demam ataupun pusing" ucapku.

"Papa!! Papa!! Papa tidak bekelja ?" Tanya Bbas yang menarik-narik celanaku di bawah sana. Seperti biasa dia meminta gendonganku.

Aku menyamakan tinggiku dan menggendongnya dalam pelukanku. Aku tersenyum padanya dan mencium kedua pipi gembulnya itu. Ah anakku, kau sangat menggemaskan.

"Papamu belum bisa bekerja Bbas" ucap phi Nam membantuku untuk menjawab pertanyaan anakku itu.

Bbas menatap aku dan Nam bergantian. Lalu ia menyentuhkan tangannya di atas keningku dan itu membuatku tersenyum geli. Tingkahnya benar-benar menggemaskan dan seperti orang dewasa. Bahkan sekarang dahinya mengernyit bingung seperti sedang berfikir keras.

"Apa papa macih cakit ?" Tanyanya dengan keningnya yang masih sama seperti tadi. Ia tampak khawatir melihatku.

"Papa sudah sembuh Bbas" ujarku lembut. "Terima kasih sudah mencemaskan papa"

"Jadi..." Bbas menaruh ujung jarinya di bawah dagunya seperti berfikir. "Papa bica main cama Bbas dong?"

Aku mengangguk pada anakku. Ia berteriak senang dan meronta untuk turun dari gendonganku. Aku menurunkannya hingga kedua kakinya yang mungil menyentuh lantai. Dia berjingkrak-jingkrak kesenangan di bawah sana.

"Ye ye papa bica main cama Bbas, ye ye" dia masih saja melompat-lompat senang membuat kami berdua yang notabenenya orang dewasa tertawa lepas melihat tingkah lucu Bbas.

***

Akhirnya, setelah sekian lama, aku bisa membawa Bbas bermain sepuasnya di salah satu mall di kota ini. Awalnya aku hanya ingin mengajak Bbas pergi bermain mandi bola, namun karena phi Nam memaksa kami, maka dari itu aku dan Bbas pergi untuk berbelanja. Phi Nam membelikan Bbas baju, celana, sepatu bahkan tas sekolah. Aku sudah berusaha menolak semua pembelian phi Nam tapi dia malah menatapku tajam. Bahkan dia berbisik "apa kau tidak lihat anakmu sangat senang saat ini ?" Dan itu benar. Bbas tampak semangat melewati lorong demi lorong di toko anak ini. Ia menunjuk ini itu bahkan menanyakan semua gambar tokoh kartun yang ada.

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang