Chapter 27

1.3K 110 23
                                    

Setelah Tae mengantar Bbas ke sekolahnya, Beam lalu bergegas untuk membeli beberapa bahan makanan untuk makan malam mereka. Beam sungguh bersemangat menyambut orang tua Tae. Dia sangat menyukai bagaimana sayangnya Darvid dan istrinya kepadanya. Dia merasa tidak dikucilkan karena dia seorang yang entah tidak tau berasal dari keluarga mana.

Dengan senandung kecil, Beam mengambil troli dan mendorongnya. Mengambil berbagai macam bahan seperti daging sapi dan sayuran. Makanan laut pun tak lepas dari incarannya. Intinya dia ingin memasak masakan enak hari ini.

Pagi tadi dia tidak berbicara pada Tae soal makan malam nanti. Dia pikir Tae sudah tau karena dia toh diam saja. Beam terkadang tidak ingin berkata apa-apa pada Tae karena Tae pernah berkata

Kalau aku dan kau sudah tau, lebih baik tidak perlu ditanya lagi. Tanyakan saja apa yang kau belum tau dan sebaliknya aku akan bertanya jika aku tidak tau apa-apa.

Makanya Beam tidak ingin mendapatkan ceramahan pagi dari pria yang sekarang berstatus sebagai suaminya.

Setelah berbelanja cukup banyak, Beam kembali ke rumah dan memulai untuk memasak.

~***~

"Ibu akan kemari?"

Forth cukup terkejut. Pasalnya dia tidak tau kalau ibunya akan menyusul mereka kemari. Padahal sebelum mereka kemari, ibunya berkata dia lebih baik di rumah saja karena sudah ada Forth yang menemani suaminya.

Darvid hanya mengangguk sambil membawa mobilnya menuju gerbang bandara. Setelah memarkirkan mobil mereka, mereka berjalan ke area kedatangan sambil menunggu istri dan ibu mereka.

Selang 20 menit berlalu, sesosok wanita tua keluar membawa satu buah koper dengan senyum dan kacamata terpatri di kedua matanya. Tanpa menunggu lama, Darvid langsung berjalan ke arah istrinya dan memeluknya.

"Apa kalian menunggu lama?"

Cath bertanya pada suami dan anaknya. Cath melepas kacamatanya. Matanya yang berwarna coklat sangat indah terlihat.

"Tidak terlalu, apa kamu lelah?"

Darvid bertanya pada Cath dan dibalas anggukan.

"Kalau begitu kita makan dulu, lalu kita ke apartemen, bagaimana?"

"Tidak perlu, kita lebih baik ke apartemen saja, aku sudah lelah. Urusan makanan nanti saja, aku masih kenyang"

Cath berkata dan memasang kembali kacamatanya dan berjalan mengikuti Darvid dan Forth.

~***~

Tae memijat pelipisnya dengan pusing. Setelah ia sampai di kantornya, teleponnya tidak berhenti berdering karena sang ayah menelponnya. Tae dengan malas tidak mengangkatnya sampai pada akhirnya sekarang ia mengangkatnya.

"Ada apa yah?"

"Kamu ini susah banget ya dihubungin, ayah mau bilang kalau ibumu datang kemari, kami sudah menjemputnya. Ayah menelponmu untuk ikut menjemput ibumu tapi kau sangat susah sekali mengangkat teleponmu"

"Lalu kenapa yah? Ibukan sudah terbiasa kemari, lalu kenapa? Apa ada masalah?"

Tae bukannya ingin menjadi durhaka, tapi ia benar-benar malas keluar dari kantornya saat ini. Lagipula sekarang ada Forth yang menemani ayahnya itu.

"Dasar anak durhaka"

Cath disebelah sana mendengus mendengar perkataan anak sulungnya itu.

"Memangnya kau tidak merindukan ibumu apa?"

Tae sekali lagi memijit keningnya. Ia sungguh sungguh lelah.

"Malam nanti kami akan datang ke rumahmu. Kita akan makan malam bersama. Kemarin ayah sudah menghubungi Beam dan dia bilang dia mau makan bersama kami"

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang