Chapter 13

1.6K 229 31
                                    

Beam POV

"Iya, Bbas adalah anakku" ungkapku jujur dan menatap tegas Forth. Aku benar-benar tidak akan menyembunyikan Bbas jika memang sudah waktunya. Dan mungkin inilah saatnya bagi Forth untuk mengetahui Bbas. Hanya Forth, tidak dengan orang lain.

Aku menatap Forth lurus dan datar. Aku bisa melihat wajah Forth yang entah bisa aku bilang dia syok atau kaget? Aku juga tidak tau. Tapi yang terpenting, sekarang aku lega karena bisa mengatakan pada Forth mengenai Bbas.

Setelah itu, kami makan dengan diam. Tidak ada lagi percakapan antara aku dan Forth. Hanya terkadang Forth meladeni tiap pertanyaan Bbas. Dari penglihatanku, Bbas lumayan bisa dekat dengan Forth. Bahkan dia tertawa dan bermain dengan Forth. Jujur saja itu membuatku senang dalam hati. Tapi tatapan Forth kembali membuatku sedikit risau. Aku hanya berharap agar dia tidak memikirkan lebih lanjut soal Bbas. Aku tau dia memiliki banyak pemikiran dan pertanyaan tentang Bbas, tapi aku juga memiliki hak untuk tidak menjawab pertanyaan dia nantinya.

Setelah makan malam itu selesai, Forth membayar semua makanan kami, termasuk makanan phi Nam dan Bbas. Forth tidak protes, dia malah senang karena bisa bercengkrama dengan anak kecil. Tapi itu dengan Bbas, tidak denganku. Seketika aku kembali menjadi khawatir dan takut. Aku tidak peduli setelah ini Forth menjauh atau berhenti menjadi temanku. Toh urusan kami juga telah selesai. Seperti yang aku katakan, setelah ini aku akan berhenti untuk bertemu dengannya.

Aku mengantar Forth menuju motornya di parkiran. Dia masih tidak mengatakan apapun padaku dan aku juga tidak berniat mengatakan satu kata pun. Di dalam cafe, aku menyuruh phi Nam menungguku bersama Bbas. Dia sedang menghabiskan dessert pudingnya.

Sesampainya kami di parkiran, Forth memakai helmnya. Ia menatapku sejenak seperti ingin bertanya sesuatu. Tapi sepertinya dia urungkan.

"Terima kasih atas makanannya" ujarku membuka percakapan. Bagaimana pun dia telah mengajakku makan malam dan ditambah dia membayar makanan Bbas dan phi Nam. Forth tersenyum padaku. Senyum yang sedikit beda. Kemudian dia mengangguk sekali dan mulai menjalankan motornya. Aku hanya bisa diam dan menatapi kepergian motornya. Aku pun berfikir, mungkin inilah terakhir kalinya aku bisa bertemu dengannya.

Aku kembali masuk ke dalam cafe dan mendapati Bbas telah selesai memakan pudingnya. Phi Nam menatapku dengan senyumnya. Aku duduk di sebelah Bbas.

"Papa, om tadi udah pulang?" Tanyanya. Aku tersenyum dan mengusap lembut rambutnya.

"Iya sayang" Bbas balas mengangguk padaku.

"Om tadi baik ya, pa. Bbas suka sama om tadi" seketika aku melihat phi Nam dan dia juga menatapku. Namun hanya sebentar dan aku menatap Bbas.

"Bbas sudah kenyang? Mau pulang? Kita bobo yuk" ajakku. Bbas mengangguk dan turun dari kursinya. Dia berjalan ke arahku dan naik ke dalam gendonganku. Aku menatap phi Nam seakan mengodenya untuk berdiri dan pulang.

***

Ketika aku sampai di depan rumah, phi Nam kemudian pamit padaku. Di dalam taksi tadi, phi Nam tidak bertanya soal Forth. Dia malah berbincang tentang keseharian Bbas hari ini. Sampai akhirnya dia mengatakan bahwa sebelumnya Bbas menariknya masuk ke dalam cafe itu. Phi Nam memang membawa Bbas di sekitar cafe tadi untuk bermain. Setelah mereka masuk ke dalam cafe, tanpa sengaja Bbas melihatku yang berdiri dan berjalan ke arah toilet. Maka dari itu dia langsung ke meja Forth dan bertanya padanya.

Aku hanya bisa mendengarkannya tanpa mencegah atau memotong perkataannya. Itu karena aku juga penasaran, kenapa mereka bisa berada di cafe yang sama dengan kami?

Aku membuka pintu rumah. Di dalam sedang keadaan gelap. Untungnya Bbas sudah tertidur saat di taksi jadi dia tidak rewel. Kalau dia tau rumah kami gelap, dia akan berteriak dan memelukku dengan erat. Bbas bukannya takut dengan gelap, dia hanya kurang terbiasa saja.

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang