Chapter 11

2K 194 8
                                    

Beam POV

Aku menaruh jaket yang Forth pinjamkan padaku ke dalam keranjang cucian. Mungkin lusa aku baru bisa mengembalikannya. Aku harus mencuci jaket itu besok dan semoga saja besok bisa kering. Tapi aku pikir sepertinya waktuku tidak cukup banyak. Jadi setelah aku pikir-pikir kembali, mungkin bukan lusa aku mengembalikan jaket itu. Aku tidak tau kapan tapi yang jelas, jika sudah aku cuci, aku akan langsung mengembalikannya.

"Lancar?" Tanya Phi Nam.

Aku tersenyum dan berjalan ke arahnya. Dia duduk di sofa ruang tengah kami.

Setelah menidurkan Bbas, dia belum pulang karena menungguku. Aku cukup tenang karena mengetahui Bbas tidur dengan cepat malam ini.

"Lumayan phi" aku pun duduk di sampingnya.

"Apa orangnya susah untuk di ajari?"

"Tidak juga, dia... lumayan cepat untuk mengerti?" Kataku sedikit bertanya.

"Kenapa nadamu seperti tidak yakin?" Aku terdiam. Yah bagaimana pun, tadi saat aku mengajari Forth, dia hampir bertanya terus menerus. Wajar sih, ya namanya juga belajar kan ya? Tapi ada beberapa yang hal yang terkadang ia tanyakan berulang-ulang.

Berbicara mengenai apa yang telah aku lalui tadi, aku teringat akan satu hal yang membuat aku merasa malu setengah mati.

"Beam, kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Dan kenapa aku melihat wajahmu memerah? Apa kau sakit lagi?"

Phi Nam menaruh telapak tangannya di keningku. Aku menggelengkan kepalaku pelan.

"Ti-tidak phi, aku, aku cuma.. em.. kepanasan saja" kataku sambil mengibaskan tanganku.

"Panas?" Phi Nam mengedarkan matanya dan mencoba merasakan hawa di ruangan ini. "Tidak kok, phi malah biasa saja"

"Mungkin karena phi duduk anteng di sini. Aku kan daritadi banyak bergerak. Apalagi habis ngajar, jadi cukup banyak energi yang aku buang" oke, ucapanku tadi asal ngarang banget.

"Oh iya, tadi pertanyaan phi apa?" Aku bertanya ulang karena lupa dengan apa yang ia katakan tadi.

Phi Nam menatapku bingung dan berkata.

"Apa ya? Ah phi lupa" katanya.

Aku mengangguk mengerti. Aku menatap jam di ruangan ini dan ini sudah cukup malam.

"Phi nggak mau pulang? Ini sudah malam loh" aku yakin phi Nam mengerti nada ucapanku. Sekali lagi aku tidak pernah menyuruh phi Nam untuk pulang atau bisa dibilang mengusir dirinya. Bahkan jika dia ingin menginap disini lagi aku tidak keberatan.

"Iya phi sudah mau balik kok. Kamu benar kan gak apa-apa?" Tanyanya lagi. Sepertinya phi Nam masih ragu dengan ucapanku tadi soal kepanasan.

"Iya phi" dia tersenyum dan mulai berdiri. Aku juga ikut berdiri dan mengantar phi Nam sampai di depan pintu dan sampai akhirnya punggungnya tidak terlihat olehku.

Aku mendesah pelan dan masuk kembali ke kamar untuk melihat Bbas dulu lalu membersihkan tubuhku. Setelah itu baru aku akan tidur bersama Bbas.

* * *

Hari ini adalah hari terakhir diriku mengajari Forth di rumahnya. Selama beberapa hari ini, kami memang belajar disini, hanya saja mungkin kami akan pindah tempat, tidak di ruang tamunya terus. Kadang di taman belakang rumahnya bahkan sampai di kamarnya.

Catat.

Di sana kami ada berlima. Tidak berdua. Tapi apa juga yang harus aku katakan. Kami kan berdua laki-laki. Salah satu dari kami bukan wanita jadi kenapa aku harus takut untuk berduaan dengannya?

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang