Forth POV
Lam dan earth menarikku ke kantin pusat kampus. Aku tidak tau kenapa mereka menarikku dan ingin makan siang di tempat ini. Padahal di kantin kami saja masih banyak makanan yang cukup lezat dan enak.
"Ayo duduk" ujar lam ketika ia sudah duduk dan masih melihatku berdiri dengan kebingungan.
Setelah duduk aku ingin mengatakan apa yang telah terlintas di dalam kepalaku sedari tadi.
"Kenapa kita makan di sini ?" Ujarku pada lam dan earth yang duduk di samping kanan dan kiriku.
"Kan aku sudah bilang kemarin, kita akan bertemu orang yang akan mengajarimu mengenai tugas-tugasmu forth" ujar lam.
Oh aku baru ingat. Sebenarnya tidak peduli juga sih. Toh bukan aku yang akan mengerjakan tugas itu, tapi dia.
Sementara kami memesan makanan, seorang pria mendekat ke arah kami. Sejujurnya aku sudah menatap pria itu sedari tadi. Namun aku tidak terlalu peduli karena toh dari gelagatnya, dia seperti takut kemari.
Tapi entah sudah beberapa menit dia berfikir dan mengumpulkan nyawa, akhirnya dia ke meja kami.
"Oh Ben ?" Seru Lam pada pria bernama Ben itu. Aku menatap datar pria itu.
Dia tampak gugup melihat kami semua. Sepertinya dia takut berada di sekitar kami. "Duduklah" ajak Lam.
Pria itu kemudian duduk di depan kami. Bangku depan kami masih cukup luang untuk di duduki tiga atau dua orang.
"Jadi dimana orangnya ?" Tanya Earth. Pria bernama Ben itu mengangkat pandangannya dan melihat earth dengan kening sedikit berkerut.
"Di-dia lagi di jalan" ujarnya gugup. Aku terkekeh dalam hati mendengar nada suaranya. Aku tidak tau seberapa banyak keberanian yang dia kumpulkan sampai dia bisa duduk di sini bersama kami.
Kalau saja dia bukan teman Lam yang akan membantuku, mungkin aku sudah mengerjainya sedari tadi. Aku menyeringai sambil memainkan sedotan dari es cappucino yang telah ku pesan sebelumnya.
Sambil menunggu orang yang dimaksud oleh Ben, kami semua saling bercerita satu sama lain. Sebenarnya tidak semua, hanya Lam dan Earth saja. Toh di geng kami, bisa dikatakan hanya mereka berdua lah yang memiliki bakat untuk melucu. Walau terkadang garing, namun entah kenapa, pembawaan Lam dan Earth lah yang membuat kami tertawa.
Namun sesuatu sedang mengusikku. Ada saat dimana mereka masih bercerita, aku seperti merasa sedang diperhatikan. Aku melirik Ben namun dia hanya memainkan ponselnya. Mungkin dia sedang mencoba menghubungi temannya itu. Kemudian aku masih merasa cukup aneh. Rasanya, jantungku berdebar cukup cepat. Entah aku tidak tau lagi ini terjadi karena apa. Apakah aku terserang salah satu penyakit jantung ? Astaga aku tidak mau mati muda. Aku masih mau menikmati hidup mudaku.
Aku berusaha fokus dengan apa yang Lam dan Earth ceritakan, tapi, semakin kesini, jantungku semakin berdegup kencang. Aku semakin khawatir akan kesehatanku. Namun beberapa saat, jantungku seperti kembali berdetak normal ketika seseorang datang menghampiri kami.
"Nah ini dia temanku" Ben berkata cukup keras membuat aku dan para teman-temanku menoleh menatap dua orang pria yang datang ke meja kami. Ketika pandangan kami tertuju pada mereka berdua, para pria itu berhenti berjalan.
Aku menatap mereka berdua. Lebih tepatnya pria yang satunya. Dia memiliki wajah putih dan bermata sipit. Entah rasanya hatiku menjadi tenang kembali.
Aku menatapnya dengan tatapanku yang menurutku biasa saja, tapi dari wajahnya aku bisa melihat kalau dia tampak tidak menyukaiku.
"Ai kit duduklah" Ben menyuruh salah seorang dari mereka bernama Kit untuk duduk. Setelah itu pria di sampingnya ikut duduk juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
FanfictionBeam yang harus berjuang sendiri sebagai single parent buat bbas. Apakah ia sanggup ? ForthBeam Fanfiction