Chapter 20

1.4K 126 16
                                    

Orang Ketiga POV

Setelah sampai di rumah, Beam terlihat sangat panik. Bahkan air matanya tidak kunjung berhenti sejak ia turun dari sebuah taksi. Beam terpaksa menaiki taksi agar ia bisa lebih cepat sampai di rumahnya.

"Bagaimana bisa Forth?" Tanya Beam masih dengan nada sedihnya. Setelah Beam sampai tadi, Forth telah menceritakan segalanya. Tapi nyatanya Beam tampak kurang mendengarkan karena kepanikannya.

"A- aku juga tidak tau Beam. Aku berniat membuat susu untuk Bbas, tapi yang terjadi ketika aku selesai membuat susu, Bbas sudah tidak ada di tempatnya semula" Forth kembali menjelaskan secara singkat agar Beam bisa lebih paham.

Air mata Beam masih berlinang turun tapi sudah tidak sederas sebelumnya. Bahkan suaranya sudah mulai serak dan ia mulai sesegukan secara perlahan. Sejujurnya ingin Beam meledakkan kemarahannya pada Forth, tapi ia sadar kalau ini bukan salah Forth. Lalai? Mungkin. Tapi Forth lalai karena dia bermaksud baik membuatkan susu untuk Bbas.

Mereka berdua terdiam di ruang tengah. Hanya suara sesegukan Beam yang mengisi kekosongan di sana. Forth sudah duduk di samping Beam dan mengelus punggungnya perlahan. Forth sangat merasa bersalah sekali melihat Beam yang sangat bersedih. Merasa elusan di punggung Beam tidak cukup, ia membawa Beam masuk ke dalam pelukannya dan tetap mengelus punggung Beam dengan kedua tangannya. Beam tidak menolak. Dia butuh sandaran agar pikirannya bisa tenang. Bahkan sampai ia tertidur karena kelelahan dengan tangisannya.

"Forth, apa yang terjadi?" Nam baru saja sampai dan dia begitu kebingungan ketika masuk dan melihat Beam tertidur dalam pelukan Forth. "Bbas kemana?" Tanya Nam kembali. Biasanya jika melihat papanya menangis, anak kecil itu pasti akan selalu berada di sampingnya dan melakukan hal yang sama seperti Forth.

"B- Bbas menghilang phi" ujar Forth sedikit takut pada wanita yang cukup berusia itu. Nam memproses perkataan Forth dengan kening berkerut. Menghilang? Apa maksudnya?

"Bbas sepertinya di culik phi" lanjut Forth karena melihat kebingungan dari wajah Nam. Mendengar itu, Nam membulatkan matanya. Sepertinya ini sangat berhubungan. Segera Nam duduk di sofa dekat Forth dan Beam duduk.

"Kau tau Forth? Sebenarnya aku juga telah tertipu. Ketika aku sampai di rumah sakit tadi, perawat di sana mengatakan bahwa teman yang aku maksud tidak di rawat di sana. Tidak tidak, bukan tidak di rawat, tapi memang temanku tidak ada di sana. Aku pikir dia di rawat di rumah sakit lain, tapi perasaanku menyuruhku untuk datang ke rumahnya. Dan benar, temanku itu ada di rumahnya dengan kondisi sehat. Ketika itu aku mulai curiga dengan keadaan yang aku alami. Jikalau ini penipuan meminta uang, aku tidak mendapatkan rugi yang cukup besar, hanya masalah transportasi saja yang aku keluarkan. Itu artinya orang yang menipuku menginginkan hal lain. Dan itu . . ."

"Bbas" Forth dan Nam berbicara bersamaan menebak hasil kesimpulan perkataan Nam.

"Tapi untuk apa dia ingin memiliki Bbas? Apakah dia ingin meminta uang tebusan? Tapi jika di pikir, penculik mana yang mau menculik anak yang tinggal di rumah yang sangat sederhana ini? Bukan maksudku merendahkan phi, tapi penculik juga pasti akan berfikiran tentang uang, ia akan menculik anak orang kaya jika ingin mendapatkan uang" ujar Forth.

Mendengar itu, Nam merasa cukup setuju dengan Forth. Tapi jika benar penculik itu menginginkan uang, Nam memiliki cukup banyak uang yang bisa ia berikan, asal Bbas selamat. Bbas sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

Mereka terdiam beberapa saat. Saling memikirkan hal yang sama. Mencari tau apa motif penculikan ini dan siapa yang menculik Bbas.

"Bagaimana jika kita menghubungi polisi?" Saran Nam.

"Sepertinya belum bisa phi jika belum 1x24 jam" kata Forth.

"Tapi ini urgent, masa kita harus menunggu selama itu?!" Protes Nam. Terkadang ia merasa kesal saja dengan hal ini. Di kira anak hilang itu seperti main petak umpet apa? Yang bakalan muncul sendiri nanti?

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang