Chapter 07

2K 193 15
                                    

Beam POV

Aku berjalan di koridor kampusku. Keadaanku setelah istirahat dan minum obat semalam sudah membaik. Saat aku bangun tadi pagi, entah aku sudah merasa segar kembali. Tubuhku kembali terasa seperti sediakala.

Dan seperti biasanya, aku sudah menitipkan bbas pada phi nam untuk ia jaga.

"Ai beam!!" Kit berlari ke arahku ketika ia melihatku. Tiba-tiba saja dia memelukku erat membuatku terasa sedikit sesak.

"Ai kit, lepaskan pelukanmu" protesku.

"Aku kangen tau !! Sehari tanpamu membuatku memendam semua rasa resah di hatiku" ujar kit puitis.

Aku hanya memutar bola mataku malas. Masih pagi juga nih anak sudah puitis.

Kit kemudian melepas pelukannya. "Apa kau sudah sehat ?"

Aku mengangguk padanya. "Sudah"

Kit tersenyum padaku. Kami kemudian berjalan kembali menuju kelas.

"Beam, kamu ingatkan ? Kalau nanti setelah kelas selesai kita akan bertemu dengan seseorang ?" Tanya kit.

Aku mengangguk mengiyakan. Beberapa hari yang lalu, kit mengatakan padaku kalau seseorang ingin di ajari mengenai mata kuliahnya. Aku saat itu ingin menolak pada penawaran kit, tapi ketika kemarin aku tau kalau aku di cutikan dari minimarket selama seminggu, aku langsung menerima ketika kit menghubungiku kemarin.

"Bagus. Jadi kamu jangan pulang dulu, oke ? Soalnya orang ini tuh gak sabaran banget tau gak ? Dari kemarin udah maksa temen aku untuk bertemu denganmu"

Aku tersenyum pada kit. Namun dalam tubuhku, entah kenapa jantungku terasa berdetak lebih kencang ketika mendengar perkataan kit sebelumnya. Aku seperti merasa gugup. Mungkin karena aku akan bertemu orang baru ?

***

Seperti yang kit katakan sebelumnya. Setelah kuliah selesai, ia menyeretku menuju kantin yang berada di pusat kampus kami. Letaknya sangat strategis dari tiap fakultas.

"Pelan-pelan ai kit" protesku pada kit ketika ia menarikku kesana kemari.

"Bagaimana kita bisa tenang beam! Temanku sudah menelpon semenjak kita belajar tadi"

Sejak tadi aku memang cukup memperhatikan kit yang terkadang melihat ke arah ponselnya. Bukannya aku mau menegurnya, tapi mungkin dia memiliki masalah. Apalagi saat itu kita lagi belajar. Aku tidak ingin mendapatkan hukuman dari dosen yang mengajar saat itu.

Setibanya kami di kantin pusat, aku melihat banyak sekali manusia yang berstatus mahasiswa dan mahasiswi. Tidak semua sih, tapi kebanyakan dari mereka.

"Orangnya yang mana ?" Tanyaku pada kit.

Lagi.

Jantungku terasa berdetak kencang.

"Aku telepon dulu" ujar kit. Dia berjalan cukup jauh dariku untuk menelpon temannya itu.

Aku pun menunggu kit dengan mencoba mengalihkan pandanganku pada beberapa mahasiswa yang ada di kantin ini.

Deg

Mataku tiba-tiba terarah pada satu sosok yang duduk dan tertawa disana. Ia tertawa bersama teman-temannya. Melihat tawanya membuat jantungku lebih berdetak kencang lagi.

Aku memegang dada kiriku mencoba untuk menormalkan detak jantungku. Aku menghembuskan nafas perlahan.

Namun dengan cara itupun tidak berhasil.

Ada apa denganku saat ini ? Apa aku terkena penyakit jantung ? Aku tidak ingin mati muda. Aku memiliki anak yang harus aku jaga dan besarkan.

Kit datang padaku membuyarkan pandanganku. "Ayo kita kesana"

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang