sepuluh

347 48 12
                                    

"Uwoooo! Tempatnya asri banget etdaaaah! SEJUUUUUKKK!!" girang, Sean berseru kala motor yang dia naiki terus menggelundung ke bawah tanpa dinyalakan. "BERASA DI PUNCAK, NJING! SEJUUUUK!" teriaknya lagi dengan merentangkan dua tangannya, merasakan tamparan-tamparan angin yag begitu menggelitik. Laksana tak pernah menghirup udara bebas polusi, dan hanya dengan duduk tak terlalu menantang, anak STM ini berdiri kemudian. Sambil merentangkan tangan ala-ala Rose di film TITANic, Sean kemudian menikmati udara bersih yang terbelah.

Yang mana perilaku ini langsung membuat Hesa mencicit, "hati-hati Sen! Pegangan!" sembari melingkarkan tangan kirinya ke belakang, di pinggang Sean. Kuat, dia menopang beban tubuh Sean.

Perilaku menggemaskan ini tentu mendesirkan hati si remaja. Bukannya menjaga keseimbangan, Sean justru langsung mengalungkan dua tangannya di leher Hesa, membuat pemuda di depannya sport jantung entah untuk yang keberapa kali. Menyandarkan dagunya di atas helm Herma, Sean kemudian berbisik, "nggak salah gue ke sini kak!" sebelum mencium helm Hesa penuh kasih.

Hanya saja, bukannya tersentuh, Hesa langsung ngegas, "lungguh, Sen! Lungguh woi! Nek goling mampus umak engko! (Duduk Sen! Duduk woi! Kalau nanti jatuh, kamu mampus lho!)" yang tentu saja tak dihiraukan oleh Sean. Well, Sean kagak bisa Bahasa planet, kaka! Dan yang dia tahu ... karena Hesa tak masalah dipeluk dari belakang begini, Sean semakin mengencangkan dekapannya.

Hari ini adalah hari yang sangat indah untuk Sean. Pagi tadi ... habis makan salad with peanut sauce yang uwoooo enak bet!, Hesa mengajaknya berekreasi ke berbagai tempat yang murah meriah. Rute pertama, Hesa membawanya ke kebun jeruk. Jeruk yang ... bagi Sean berbeda dengan jeruk yang biasanya dia makan! Untuk mencicipi rasa jeruk ini, harus dihisap! DAN ANJIR ENAK BANGET INI JERUUUK! Dan ketika mereka beli, Sean menganga sekali lagi. KENAPA MURAH BANGET, NJING! Tadi waktu makan di warung juga harganya murah banget! Lagi hari diskon nasional kah ini?!

Setelah puas dengan jeruk ... Hesa melajukan motornya membelah sawah-sawah hijau dan jalan berkelok yaaang ... membawanya ke perkebunan lain. Kini kebun apel dan strawberry! Di sini mereka diperbolehkan memetik dan langsung memakannya di tempat itu juga. Wah, tanpa sungkan Sean langsung makan dengan lahapnya!

Tanpa terasa, matahari sudah tepat di tengah, Hesa mengajak Sean makan di deretan kedai di tepi jurang! Sean sampai tercekat ketika melongok ke bawah dan sepanjang mata memandang adalah hutan. ANJIR! INI KEREN BANGET!

Selepas makan siang, Hesa menawarkan Sean untuk ke paralayang, yah ... siapa tahu Sean ingin naik. Dan selama perjalanan ke paralayang ini ... tanpa malu-malu Sean menunjukkan kebahagiaannya seperti tadi.

Sesampainya di lokasi paralayang ... jantung Sean berdetak tak karoan. Karena dia tak akan menyangka akan benar-benar berdiri di suatu tempat dan memandang kota besar yang sangat tertata rapi seperti ini! Lebih, dia tak menyangka ... akan terjun bersama Hesa!

Setelah mendengarkan instruktur menjelaskan dan memakai sabuk keamanan beserta harness yang cukup belibet, Sean dengan Hesa di belakangnya, menuju tempat luas. Di sini Sean begitu excited. Dia menggenggam pegangan tangan seperti yang diajarkan dengan sangat kuat. Matanya lebar memandang kota di bawah sana, jantungnya berdetak dengan kencang.

"Nggak apa Sen, jangan tegang, ada aku ..." adalah kata menenangkan yang dilontarkan Hesa sebelum mereka bergerak ke set point, lalu berlari daaaaaan terbang!

"UWOOOOOOOOO!!!!!!!" seru Sean kegirangan begitu parasut mengembang dan mereka melayang. "GILAAAA! GILA BANGET!!!" teriaknya lepas di tengah tawa bahagia. Hesa yang berada di belakangnya tersenyum melihat hal ini. Hatinya bersyukur mengetahui jika tamu tak terduganya yang jauh-jauh datang dari Jakarta ... bisa dia ajak bertualang dengan tawa di wajahnya.

"KAK HESA GUE CINTA ELUUUU!" seru Sean lagi yang langsung membuat Hesa terdiam dan hanya bisa mengedipkan mata heran. Gimana-gimana? Mereka lagi asyik-asyiknya terbang dan tiba-tiba Sean ...

"GUE BAKAL MASUK UNIV LU TAHUN DEPAN! TUNGGU GUE DAN JANGAN NAKAAAAL!!" jerit Sean lagi tanpa sedikit pun peredaman. Lalu seolah setuju, bumi pun menggemakan teriak demi teriakan Sean. Mendua kali lipatkan suaranya, pengumumannya.

"CINTA GUE BUKAN CINTA MONYET KAAAAK! YAKINLAH SAMA GUUUEEE!!" teriak Sean kencang sekali lagi, tanpa malu. Ah. Justru lelaki dewasa di belakangnya ini yang lalu. Lihatlah wajahnya memerah kini. Dia sungguh tak menyangka Sean akan melakukan hal ini, di sini.

"LU CINTA GAK SAMA GUE KAAAAK?!" tanya Sean, kini sambil melirik ke belakang. Di saat itulah Sean melihat betapa meronanya wajah Hesa. Betapa lelaki yang dia puja itu menunduk, berusaha menyembunyikan semburat merah di pipinya. Menggemaskan!

Mungkin karena menggemaskan inilah, begitu mereka mendarat, begitu kakinya menapak kembali di bumi tercinta, Sean langsung balik kanan dan hendak memeluk lelaki ikal ini. Hanya untuk mendapati Hesa telah berada di belakangnya persis dan tangan besar lelaki itu, tanpa permisi menangkup dagunya, lalu menyatukan dua bibir mereka.

"Dalam suatu hubungan, adakalanya perbuatan lebih menunjukkan rasa dibanding jeritan. Tak usah banyak bicara dan buktikan jika kamu memang mencintaiku," bisik Hesa kemudian, tepat di telinga Sean sebelum tiba-tiba Sean merasakan lidah basah menyapu telinganya, menjilat lubang di sana, membuat jutaan volt menyengat seluruh tubunya. "Aku juga menunggu hari ... untuk bisa menyantapmu," lanjut Hesa kemudian dengan senyum cerah merekah sebelum dia berbalik, meninggalkan Sean yang tercengang untuk memproses ucapannya.

***

Sean dan Herma pulang hari Sabtu. Sebenarnya mereka ingin lebih lama. Namun kukuh, Hesa menolak. Kata Hesa, "daripada kamu main-main di sini, belajar sana! Katanya mau buktiin kalau cinta aku?" begitu. Dan ucapan ini cukup telak membungkam Sean, tapi cukup membuat Herma terbahak kencang dan menyerukan jika Sean udah bucin level akut!

Di stasiun, Sean memeluk kencang Hesa sambil menangis Bombay, bak dia adalah bayi yang akan berpisah dengan ayahnya. Sementara keduanya mesra-mesraan, Herma dan Andre bercakap-cakap. Berbeda dengan dua orang yang touchy itu, dua manusia ini tak saling menyentuh.

"Pantat lu kaga apa-apa, kan, bang?" tanya Herma dengan seringai jahil merekah di bibirnya. Matanya memandang lelaki berambut cepak itu jahil. Dan bukannya membungkam mulut Herma yang seenak jidat melemparkan kata, Andre justru terkekeh. Lalu seraya merekahkan seringai menantang serupa Herma, Andre bertanya, "ade lu yakin nggak akan apa-apa kalau kaga ada pantat gue?"

Sesaat, dua orang ini terdiam. Kemudian keduanya terbahak bersama, membuat Sean dan Hesa berjengkit keheranan dengan tawa laknat mereka. Namun abaikan pandangan aneh HeSen (Hesa dan Sean), dua manusia ini bersalaman dan saling adu rematan tangan.

"Lu jan jadi bot orang lain lho kak. Bokong lu punya gue," geram Herma sembari menekan tangannya.

"Lu kaga usa kawatir. Gue kaga ada rencana jualan bokong. Kawatirin junior lu tuh yang akan kehilangan belaian. Jangan-jangan dia nanti masuk ke lubang yang salah," balas Andre seraya terkekeh kekekekeke.

"Terus biar kaga salah lubang gimana, bang? Ada solusi?"

"Ya lu balik sini lagi, pe'a!"

Keduanya terkekeh lagi secara bersamaan, sebelum saling menarik satu sama lain dalam pelukan.

Mereka adalah dua orang yang terluka karena percintaan yang kandas.

Mereka ialah manusia yang tak pernah dilihat oleh orang yang mereka cintai.

Tapi bukan berarti mereka tak boleh bahagia.

Dan coba-coba mereka di pagi hari itu ... sepertinya mengisi kekosongan jiwa mereka yang haus akan belaian.

.

.

[TBC]

[EDIT KAPAN KAPAN WAE YAAAAA]

BL : URAKANWhere stories live. Discover now