tigabelas

313 40 39
                                    

Tamparan keras mengenai pipi remaja itu, membuatnya membelalak dan tercekat. Cepat, dia memegangi pipinya dan memandang pria dewasa di depannya dengan pandangan tak percaya. Mulutnya menganga dan ingin bertanya apa alasan perlakuan ini, tapi urung karena tanpa ditanya ... lelaki itu berseru kencang, "pergi kau! Dan jangan pernah muncul lagi di depanku!"

Remaja itu tercekat. Napasnya tertahan seiring manik coklat membelalak. Bibir tipis terbuka menutup tanpa suara, tak percaya atas seruan yang baru saja dia dengar.

Kenapa? Mengapa? Apa sal—

"Kau menjijikkan! Sudah goblok, homo pula! Aku tak ingat punya anak makhluk rendahan! Sekarang ... PERGI! P. E. R. G. I !!" teriak pria dewasa itu lagi, tak peduli raut terluka remaja 16 tahun itu.

Seruan yang membuat pemilik rambut ikal dan dikuncir itu menghirup napas dalam-dalam, berusaha meredam seluruh kecamuk di dalam dirinya. Dia lirik koper kecil yang bahkan belum masuk ke dalam rumah dan masih di depan pintu.

Ah, begitu. Dia tak lagi diterima.

Meremat celana jeansnya, dia berusaha merekahkan senyum, "ok kalau begitu. Btw, ibu menunggu ayah pul—"

"AKU BUKAN AYAH MAKHLUK MENJIJIKKAN SEPERTIMU!" potong pria itu kuat dengan tangan menunjuk muka si remaja, membungkam lelaki muda itu detik itu juga. "Selama ada kamu ... selama ada kamu ... AKU TAK AKAN PEDULIKAN IBU DAN ADIMU! PAHAM?!"

Sekejap, senyuman sirna dari wajah remaja berbalut kaos tipis bergambar singa itu. Namun wajahnya yang mengeras dan mukanya yang tunjukkan tekad, jelaskan dia belum menyerah.

"Kalau begit—" ucapnya mencoba bernegosiasi, tapi gagal karena lelaki berbalut kemeja dan berdasi itu langsung memotong, "aku tak mau tahu! PERGI!" sembari menunjuk pintu keluar sekali lagi

"D-dengarkan ak—"

"PERGI!"

Menggeretkan gigi kuat, pemuda yang terus menerus tak diberi kesempatan itu kemudian menjerit, "BIARKAN MEREKA TINGGAL DI SINI BERSAMAMU DAN YANG LAINNYA! DAN AKU BERJANJI AKAN MENINGGALKAN KALIAN SELAMANYA!"

Jeritan yang membuat pria di hadapannya terdiam. Sebelum dia menyeringai dan berikan pandangan mencemooh pada remaja acak-kadut di sana. Sombong, dia kemudian berkata, "deal," sebelum menendang si remaja keluar dari rumahnya.

***

"Hes? Hesa?!" Andre melambaikan tangan di depan Hesa yang sedang serius melarikan tangannya di depan laptop entah untuk keberapa kalinya. Dia sudah berada di samping lelaki ini bahkan sebelum matahari tenggelam yang mana artinya sejam yang lalu, tapi tak kunjung jua mendapatkan perhatian Hesa. Karena itulah dia berusaha membangunkan lelaki itu dari alam keseriusannya.

Dan usahanya berhasil, Hesa menampar tangan itu, berikan pandangan membunuh sesaat pada Andre sebelum kembali bekerja. Seketika Andre mendengus. "Kerjaan deadline kapan?" tanya pria ini sambil memutuskan untuk duduk tenang dan membuka laptopnya sendiri. Pertanyaan yang lagi, tak dijawab oleh Hesa. Haha. Biasa sih, manusia ini memang kalau lagi serius suka kaga indahkan sekelilingnya! Tertutama kalau lagi mengejar lembaran dolar.

... bahkan sepertinya Hesa pun melupakan Sean. Lihat tuh! Hengponnya ude geter-geter dari tadi, dikacangin!

Yang mana ini membuat sebuah ide licik muncul di benak Andre. Dia langsung mengambil hp itu dan menjawabnya. Tentu saja ini langsung membuat manusia di seberang sana kaget bukan main. Dia sampai berseru, "BANG ANDRE LU NGAPAIN BUKA BUKA HP KA HESA?! DIMANA KA HESA?! LU CULIK?!" tapi Andre juga lebih terkejut lagi. Dia sampai berteriak, "BAJING! LU BUGIL DI VC NGAPAIN DAH?! LU MAU FILMING VIDEO PORNO????!!!"

BL : URAKANWhere stories live. Discover now