duapuluhempat

232 33 3
                                    

Andre kelabakan bukan main mencari Diana. Berkali dia mengecek ponselnya yang berdiri cakep di hengphon-stand untuk mengecek keberadaan Diana lewat aplikasi maps bauatan Hesa. Dia adalah titik abu dan adiknya dilambangkan titik hijau. Titik ini muncul beberapa saat yang lalu dan posisinya masih di … areal sekolah Sean. Tapi titik merah yang dilambangkan sebagai Sean … kenapa jauh dari si hijau? Dan … dan kenapa titik ini makin lama makin ja—

Bangsat! Ada yang ngebawa Diana! Siapa pun itu, orang itu bukan Sean!

Menarik gas, Andre melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Jakarta belum macet, dia bisa memeraktekkan keahliannya dalam berzigzag, menerobos kereta besi di jalan raya. Otaknya satu: dia harus bisa mengejar siapa pun itu yang membawa Diana! Bagaimana jika … bagaimana jika …

“Shit! Dianaaaa!” geram Andre sembari berusaha keras menahan kecamuk emosi yang menggerogoti dada.

Memicingkan mata, Andre melihat rute yang diambil penculik Diana. Orang ini membawa Diana keluar keramaian! Dan membayangkan Diana yang akan dinodai ramai-ramai, Andre ugal-ugalan menerobos jalanan. Adrenalinnya berpacu. Segala cara Andre gunakan untuk memperpendek jarak; termasuk ke jalan tikus. Di jalan sempit gang-gang tersembunyi inilah, Andre berusaha memperpendek jarak. Tidak, lebih tepatnya dia berusaha memotong dan menyambut mereka dari atas jembatan penyebrangan.

Namun sambil menaikkan motor, Andre kebingungan? Dimana Diana? Mana yang membawa Diana?

Baru ketika titik Diana melintasi titiknya … baru saat sebuah motor sport melintas di bawahnya … saat mata Andre menangkap sosok adiknya yang duduk menyender ke depan dengan tangan memeluk pinggang sang pengemudi tapi sepertinya tanpa tenaga … baru saat itulah Andre tahu dan dia … langsung meledak.

Meski motornya sedang posisi menanjak, dia gas motornya kencang, kemudian dia kelokkan stang mendadak sembari memiringkan bodi; membuat motornya seketika melompat jauh … memasuki celah di antara atap jembatan penyeberangan dengan pagar pengaman setinggi pinggang.

Melayang, Andre keluar dari jembatan udara dan terjun ke jalanan ramai. Tak acuhkan sumpah serapah yang menyambut dan polisi yang sudah mengangkat peluit, Andre menarik gas. Dia kunci tujuannya di depan dan merubah persneling pun kopling, dia pacu motornya.

Sialnya, orang yang membawa Diana menyadari keberadaannya. Motor biru itu kemudian melesat pula.

“JANGKRIIIIIK!” seru Andre sembari menarik kembali pedal gas dan mengejar orang itu, lelaki berbalut jaket merah tak asing.

Gerakan motor kuwusuku yang ditunggangi lawan Andre tak main-main. Dari bagaimana cara pria itu melakukan kepotan tajam, bagaimana dia meliuk zig-zag di kepadatan yang makin rapat, Andre tahu orang ini berpengalaman. Mungkin sekelas abangnya dalam berkendara. TAPI FUCK! ANDRE NGGAK MAO KAGUM SAMA MALING, PENCULIK ADIK—

Dan seketika Andre menahan napasnya, matanya membelalak saat orang itu, tiba-tiba bekelok tajam di sebuah persimpangan yang penuh kendaraan dan ramai akan suara peringatan akan adanya kereta api yang melintas. Andre bahkan bisa mendengar derak kerta yang akan melintas—KRL yang akan lewat—dan dari suaranya sepertinya tak hanya satu KRL. Dan saat itulah motor pembawa Diana gas pol … menerjang palang yang tertutup, tepat di saat dua kereta dari arah yang berlawanan mau melintas.

Membuat Andre seketika berteriak, “DIANAAAAAAAA!!!!” dengan mata melotot lebar dan napas tercekat.

Dan saat kereta melaju tanpa henti pun tanpa suara BRAK tubrukan yang berarti, hela napas lega meluncur dari bibir Andre. Tapi tak lama, semua indranya kembali bekerja, dia menoleh kemana arah Diana dibawa pergi. Melihat rute … Andre langsung melajukan motornya lurus, dia tak akan menunggu gerbong KRL selesai melintas.

BL : URAKANWhere stories live. Discover now