empatbelas

270 35 19
                                    

Hesa memandang layar telponnya sembari merebahkan badan di kursi empuk kereta. Di dalam layar ponsel sebesar 6" ini terdapat seorang nenek yang sedang goyang-goyang di kursi goyang sambil memangku benang dan peralatan rajut, tapi telinganya tersumpali earphone warna kuning mentereng.

"Ooo ... dadi ora muleh minggu iki goro-goro enek tugas seko dosen nang Jakarta. Ngono ta, le? (ooo ... jadi minggu ini enggak pulang karena ada tugas dari dosen ke Jakarta. Gitu, nak?)" Eyang berambut putih yang disibak ke belakang, digelung dan dijapit pakai penjepit rambut itu bertanya seraya manggut-manggut. Hesa yang mendengarnya terkekeh. Iya, itu eyang putri Hesa dan benar dia baru saja menjelaskan pada keluarga satu-satunya jika dia tak bisa bertandang ke rumah beliau minggu ini.

"Nggih mbah e, leres. Mbah sehat-sehat nggih, obate diunjuk lho! Ah, yotro nipun saking kula tasih to mbah? (Iya Eyang, benar. Eyang sehat-sehat selalu lho ya, jangan lupa obatnya diminum. Ah, uang dari saya masih kan, Yang?") halus, menggunakan bahasa jawa terhalus yang dia pahami (krama inggil) dia bertanya pada wanita berusia lanjut itu. Senyum ramah pun melengkung di bibirnya, membuat terpesona embak-embak penumpang lain yang tak sengaja melihat ikut terpesona.

Yang seketika membuat Andre meremat tiket keretanya dan melemparkan pesawat itu ke wajah Hesa, membuat cowok yang kaga sadar udah keganjenan itu mengerang, "aaawww!!" dan spontan mendongak sambil menyenggrang, "lapo se? koen njaluk mati ta?! (Apaan sih? Minta mati ya?!)" Yang tentu bikin bingung sang Nenek, tapi begitu si pelaku pelemparan kertas menunjukkan batang hidungnya dan merebut satu earphone Hesa, wanita tua itu berseru, "oalah! Bejo to maeng? Jo, Bejo! Koen iku cek nakal e nang masmu! (Oalah! Tadi karena Bejo? Jo, Bejo! Kamu itu kok nakal banget ke kakakmu ya!)"

Andre yang dipanggil Bejo langsung menggelembungkan pipinya. Dia yang memang duduknya bersebelahan dengan Hesa melakukan protes sambil menaruh bokong, "omaaaa! Ini Andre maaa! Masa lupa terus sih?!" Hesa hanya memutar matanya jengah melihat Andre sok imut.

"Angel jenengmu le. Wes, aku ilinge koen Bejo. Salahe lair bareng mbek sapiku, Bejo! (Sulit ah namamu, nak. Udahlah, aku ingetnya namamu Beju. Salahmu sendiri lahir bareng sapiku si Bejo!)" balas nenek kedua pemuda itu sambel terkekeh, bodoh amat sama wajah Andre yang makin menekuk tak suka. Hesa hanya bisa tepuk jidat mendenngar alasan yang entah bagaimana selalu sama. Eyang Sri Surjani memang tak pernah mendengar Andre dengan benar dan itu sejak dia dibawa pulang oleh ayah mereka!

Singkat cerita, teman-teman dua manusia ini masuk satu persatu dan dikarenakan mereka duduk bersebrangan, berhadapan, dengan duo ini, Hesa memutuskan untuk menyudahi panggilannya. Di akhir telepon, tentu saja petuah datang membanjir. Kali ini untuk Andre, mungkin karena neneknya melihat Kartu Hasil Studi si kunyuk jelek, makanya beliau berpesan.

"Jo, bejo! Koen iku ojok tura-turu ae kerjaanmu! Sinau o tah golek kerjo pisan ben biso koyo Desta. Ilengo bapakmu kui gak beres. Mboh mbiyen aku ngidam opo kok anakku dadine ngono. Maneh, ileng! Opo sing kedadean nang Desta, biso kedadean nang awakmu pisan! Mulane mandirio! Ojok ngempeng susune emakmu ae! (Jo, bejo! Keseharianmu jangan leyeh-leyeh goleran terus! Belajar atau cari kerja sekalian biar bisa seperti Desta. Ingat nak, bapakmu agak nggak beres. Kaga tahu dulu aku ngidam apa dah, kok bisa punya anak cem begituan. Sekali lagi, inget! Apa yang terjadi pada Desta bisa terjadi padamu juga! Makanya mandiri! Jangan jadi anak mama!)" Kira-kira begitulah ceramah beliau yang hanya dibalas sikap hormat dan seruan, "woookeee oma! Siyaaaap!" oleh Andre seperti biasa.

Dan setelah telpon tertutup, tiada satu pun di antara mereka yang membuka pembicaraan mengenai apa yang tadi dibicarakan. Bukan tak mau, Andre lebih ke ... tak ingin membuat Hesa teringat masa-masa itu ...

Masa-masa dia dicoret dari kartu keluarga dan ditendang dari rumahnya sendiri hanya karena orientasi seksualnya.

Untung ada nenek yang baik hati, yang bersedia membesarkan Hesa. Dan mungkin demi nenek, Hesa berubah. Oh, benar! Kalian tak tahu jika dulu, waktu kediaman inti keluarga Suhendra masih di kota S (iya Hesa bukan asli kota em), Hesa termasuk preman. Rambutnya dulu panjang, tatoan dan selalu berantakan dalam berbusana. Kebalikan dia yang sekarang lah!

"Eh rek, kan masih weekend nih dan belum ada kegiatan, main ayo!" Radit, lelaki berambut spike kecil dengan lesung pipi di kedua pipinya tiba-tiba memecah keheningan malam. Lampu kereta padahal sudah diredupkan dan serangan kantuk udah menyerang tiga temannya, tapi mendadak dengan menggebu dia beberkan ide brilliantnya. "Terus aku baru inget, kamu lak (kan) dari Jakarta, Ndre. Dolan (main) ke rumahmu gimana kita?"

Andre tergugu. Dia membatu seketika mendengar ide ini dan tanpa sadar melirik ke arah Hesa yang sudah menaikkan masker hitamnya sampai hidung dan telah memasang hoodie jaketnya di atas kepala hingga menutupi mata. Andre bersumpah, meski gelap, dia bisa melihat mata Hesa yang awalnya sudah terpejam, membuka dan berkilat tajam. Sebelum tertutup lagi dan guratan samar di wajah tegas itu suratkan ekspresi bodoh amat.

"Sakareeep (terseraah)!!" Jawab satu-satunya cewek di sana. Yang langsung membuat Radit menoleh ke arah Hesa.

Namun bahkan sebelum Radit bertanya, Hesa menyahut, "sorry. Pass. Aku ada bocah yang harus didisiplinkan."

Penolakan simple yang bahkan dijawab sambil memejamkan mata dan melesakkan kepala lebih dalam ke arah jendela kereta. Penolakan yang entah bagaimana menyayat hati Andre dalam. Kekehan hambar dia lempar kemudian seraya menimpali, "oke oke kita bertiga saja," sembari lengkungkan sebuah senyum. Senyum yang tak meraih mata dan sarat akan kesedihan.

Dalam jawaban enteng Hesa tadi, Andre sadar ... Hesa ke Jakarta bukan untuknya.

Memejamkan mata, Andre berusaha memerangi luka yang menganga. Dia berusaha keras menasihati dirinya sendiri jika ...

Masanya sudah berakhir 4 tahun yang lalu.

Sejak karena kepengecutannya ...

Dia membunuh Desta.

Menghancurkan Desta.

Hingga kini ...

Hanyalah tinggal Hesa.

.

.

[tbc]

[dikit? iya. wahahah. sori sori. lagi banyak dramaaaa di IRL]

BL : URAKANWhere stories live. Discover now