Sinar mentari pagi menyelinap di balik dedaunan, kuregangkan otot-otot tubuh yang terasa kaku. Lelaki itu masih meringkuk di atas bale-bale pondok kecil, terlihat lelap tak bergerak. Beringsut perlahan kulangkahkan kaki menuju ke arah pantai. Pelan kuinjak dedaunan kering yang bertebaran agar tak menimbulkan suara berisik. Di bibir pantai kubasahi wajah dan tubuh sekedarnya. Kaos rajut merah marun lengan panjang dan kulot denim biru dongker yang kukenakan sudah tak beraturan lagi. Hampir sepuluh hari berada di tempat ini hanya dengan selembar pakaian yang melekat di badan sungguh sangat tidak nyaman. Andai saja ada beberapa lembar pakaian mungkin bisa aku kenakan berganti-ganti.
"Hei Ainin Shofia, sadar non! Kamu bukan sedang liburan, kamu lagi dalam sekapan penculik yang berbahaya, nyawamu jauh lebih penting daripada sekedar busana,"batinku mengingatkan.
Hmm tersenyum miris disaat menyadari kenyataan ini, kuhela kuat napas yang mulai terasa pepat seraya menyibak rambut panjangku yang terasa kering dan kasar. Kembali kususuri pinggiran pantai sembari berharap ada sesuatu yang mungkin dapat menjadi alat untuk membantuku keluar dari tempat ini. Oh ya aku ingat, beberapa hari yang lalu kutemukan perahu kecil yang tersembunyi di balik batu besar di sebelah sana. Kupercepat langkah ke arah batu karang tersebut.
"Alhamdulillah, perahu ini dapat kugunakan untuk kembali ke seberang pulau ini,"batinku bersorak.
Aku yakin daratan yang tampak dari kejauhan itu terhubung ke kampungku. Segera kutarik perahu yang terbuat dari bahan fiber glass itu keluar dari ceruk batu karang. Di dalam nya terdapat kayuh yang terbuat dari kayu, cukup berat ternyata. Lalu kunaiki perahu tersebut dan mulai mengayuh. Meskipun belum pernah sebelumnya hal ini kulakukan tetapi tak menyurutkan semangat untuk menjauh dari cengkeraman si penculik itu. Kucoba terus mengayuh meski agak sulit untuk menjaga keseimbangan perahu kecil ini sebab ombak mulai mempermainkannya. Belum jauh meninggalkan tepian, di tengah usaha keras yang kulakukan, tiba-tiba gelombang cukup besar datang meriak menuju pantai. Tak urung perahu kecil ini ikut bergoyang, semakin sulit mengatur keseimbangannya dan akhirnya perahu pun terbalik. Aku menggapai-gapai pinggiran perahu berusaha mencari pegangan agar tubuh ini tetap terapung. Meskipun aku sedikit bisa berenang tetapi sepertinya tak cukup membantu. Aku nyaris menyerah ketika ombak kembali menyerang dan menenggelamkan bagian kepala. Air laut yang asin mulai mengalir melalui tenggorokan dan hidungku. Tubuhku semakin lemah.
"Oh Tuhan, selamatkan aku jika memang takdir hidup di hadapan memberikan kebaikan untukku,"doa kupanjatkan dalam hati sembari terus berupaya menggerakkan kaki dan tangan agar terus terapung. Perahu kecil itu semakin sulit kuraih. Dalam pandanganku yang mulai mengabur oleh air laut, terlihat sesosok bayangan berenang ke arahku. Sebelum kesadaranku hilang terasa ada lengan kekar yang merenggut leherku.
Selanjutnya aku tak tahu apa yang terjadi, tetapi samar kurasakan ada sesuatu yang hangat menempel di bibirku lalu serta merta aku memuntahkan air laut hingga terbatuk-batuk.
"Apa yang kau lakukan, apa kau mau bunuh diri?!,"suara bariton itu mengejutkanku.
"Untuk apa kau selamatkan aku, biar saja aku mati di tengah laut itu," sergahku dengan suara yang serak bercampur isak.
"Kalau kau mau mati jangan pakai nyusahin orang!"hardik lelaki itu lagi.
"Kalau begitu kenapa tidak kau kembalikan saja aku pada keluargaku, mereka pasti sangat mengkhawatirkan keadaanku. Kau tahu di sana banyak orang yang menyayangiku, ada Ayah dan Ibu, kerabat serta sanak saudara. Aku juga punya sahabat yang sangat peduli padaku, dan aku juga memiliki tunangan yang memperhatikanku. Mereka semua merindukan aku tidak seperti kau, yang hidup sendiri tak ada yang memperdulikanmu,"ucapku nyaris berteriak.
"Diam kau, aku pernah memiliki itu dulu,"sahut lelaki itu pelan tetapi tajam.
Kemudian ia berlalu meninggalkanku yang terus menangis terisak-isak.
YOU ARE READING
ELUSIF
Mystery / ThrillerAinin Shofia,gadis 22 tahun mendamba cinta sejati dalam hidupnya tersekat oleh perjodohan dengan seseorang yang sakit jiwanya. Kemudian malah menjadi korban penculikan oleh buronan polisi, di luar kendali ia terlibat secara emosi dan berniat mengung...