Dalam masa persembunyiannya, ternyata sesekali Adam datang ke kampungku. Pantas saja setiap kali aku menyendiri di tepi sungai, aku merasa ada yang mengintai. Rupanya lelaki ini pelakunya.
"Aku sering mencuri dengar percakapanmu dengan Farid, sahabatmu itu,"ujar Adam.
Aku terdongak mendengar pengakuannya."Jadi kau menguping pembicaraan kami?"
Kulihat lelaki itu tersenyum meringis,"Tak sengaja mendengar, tepatnya!"dalihnya.
Aku hanya bisa tertawa mendengar ia berkelit. Lalu kutatap serius wajah lelaki itu.
"Kapan kau akan mengembalikan aku kepada keluargaku?"tanyaku menegaskan kembali keinginanku.
Ia balas memandangku dengan tatapan aneh menurutku. Tajam namun lembut. Tak urung hatiku bergetar seketika. "Oh, jangan kau tatap aku seperti itu." Aku membatin.
"Benarkah kau ingin kembali?"sahut Adam dengan tatapannya yang menghujam tepat di jantungku.
"Tentu saja, aku teramat merindukan Ayah dan Ibu." Aku nyaris tak mampu meneyembunyikan debaran aneh ini. Mungkin suaraku terdengar bergetar. Kualihkan segera pandangan untuk menutupi keresahanku.
"Baiklah Ainin, besok pagi aku akan mengantarmu sampai ke tepi sungai. Setelah itu kau bisa kembali ke rumahmu, berkumpul dalam kedamaian orang-orang terkasih." Terdengar nada sendu keluar dari lisannya.
"Bagaimanapun ada kehidupan lain yang menantikan kehadiranku demi masa depanku,"desahku lirih. Entahlah, sampai detik ini tak kulihat sinaran terang masa depanku.
"Hanya ada satu hal lagi yang belum sempat kuceritakan, tetapi aku takut kau salah paham dengan informasi ini,"ujar Adam.
"Apa itu? Berjanjilah untuk tidak menyembunyikan apapun dariku, Adam,"pintaku pada lelaki itu.
"Aku tahu di mana pembunuh Naya berada saat ini,"ucap Adam.
"Maksudmu? Abang kandung Naya?"tanyaku meminta ketegasan.
Adam menatapku kembali dan berucap lirih."Kau boleh saja tak percaya, tetapi aku mengatakan yang sesungguhnya."
Aku semakin bingung dengan pernyataannya. Menjadi berbelit-belit. Siapa lelaki yang dimaksud oleh Adam sebagai pembunuh kekasihnya itu? Lalu kenapa aku harus tidak percaya. Aku menunggu lanjutan dari ucapannya.
"Abang kandung Naya, yang juga pembunuh itu adalah Zairin, tunanganmu." Suara Adam yang lirih itu terasa seperti godam yang mengentak di kepalaku. Aku terhenyak dan tak mampu berbicara. Adam menatapku seolah menegaskan bahwa apa yang dikatakannya itulah kebenaran.
"Be-benarkah itu, Adam?" Aku tergagap.
"Apakah ada sikap atau perilakunya yang kau anggap aneh?"tanya Adam.
Aku jadi teringat sikap posesif Zairin yang berlebihan. Terngiang kata-katanya saat yang membuatku bergidik. Bahwa ia akan menyelamatkanku dari keberingasan tangan-tangan durjana yang ingin merusak.
"Ya, sikap posesifnya yang berlebihan membuatku takut," jawabku pelan.
"Semoga saja firasatku salah." Adam bergumam lirih.
"Apa maksudmu?"tanyaku.
"Semoga kau baik-baik saja. Saat telah menikah nanti aku harap ia memperlakukanmu dengan baik," jawab Adam.
"Apakah tidak lebih baik kau ungkap kasus pembunuhan itu, Adam,"usulku.
"Aku tidak memiliki bukti yang cukup, akan sangat sulit untuk mengungkapkannya," tukas Adam ragu.
Aku membenarkan keraguannya. Tanpa bukti dan saksi maka tidak ada kekuatan untuk mengungkapkan kasus tersebut. Yang ada nanti malah lelaki ini akan menerima hukuman yang lebih berat, karena melarikan diri dari jerat hukum. Belum lagi jika ditambah dengan kasus penculikan terhadap diriku. Ini merupakan tindakan kriminal yang tentunya harus dipertanggungjawabkan.
"Begini saja Adam, aku akan membantu menyelidiki Zairin. Aku berusaha mencari bukti tentang kasus pembunuhan itu," ucapku berusaha meyakinkan Adam.
"Tidak! Jangan kau lakukan. Itu akan membahayakan dirimu,"tukas Adam, "biarkan aku melakukannya dengan caraku."
Aku membaca ada nada dendam yang membara dalam ucapannya,"Jangan Adam! Jangan menjatuhkan diri lebih dalam lagi, tidak semua perkara harus diselesaikan dengan tindak kekerasan."
Lelaki itu beranjak seraya menggamit lenganku, lirih ia berucap," Izinkan aku menikmati saat terakhir bersamamu di tempat ini."
Kembali gelenyar aneh menyelisik ruang batinku. Rasa hangat merona di wajahku. Aku pasrah saja ketika lengan kekar itu merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya.
YOU ARE READING
ELUSIF
Mystery / ThrillerAinin Shofia,gadis 22 tahun mendamba cinta sejati dalam hidupnya tersekat oleh perjodohan dengan seseorang yang sakit jiwanya. Kemudian malah menjadi korban penculikan oleh buronan polisi, di luar kendali ia terlibat secara emosi dan berniat mengung...