Sang Surya Tenggelam

138 12 0
                                    

Adam terlihat teramat kacau, usai menceritakan peristiwa tersebut. Aku yakin tidak mudah baginya melupakan kejadian itu, meskipun setahun sudah berlalu. Hanya saja kenapa saudara kandung gadis itu harus membunuh adiknya sendiri. Alasannya untuk menyelamatkan sang adik dari dosa itu, tak dapat diterima akal sehat. Agama manapun tak membenarkan tindakan tersebut.

Mentari di ufuk barat mulai kemerah-merahan. Sinarnya mulai tampak redup, seakan turut merasakan duka yang teramat dalam. Beberapa burung camar tampak berterbangan untuk kembali ke peraduan. Riak gelombak masih tetap setia menyentuh pinggiran pantai. Meski kemudian menjauh lagi hingga ke tengah laut. Begitu juga pantai, meski ombak perih menyalib dengan riaknya, namun pantai tak pernah enggan menanti. Berdiri di tepian laut menjelang senja datang bertandang, adalah sebuah keindahan yang menghadirkan ketenangan.

Kini, mulai kupahami. Kenapa lelaki ini mampu bertahan dalam waktu yang cukup panjang dalam keterasingan. Terbalas dengan kenyamanan yang dipersembahkan oleh pantai dan senja.

Ah ... andai saja keberadaanku di sini atas sepengetahuan dan izin ayah ibu, tentu hal ini menjadi momen terindah dalam hidupku. Ah bagaimana mungkin bisa, mana ada penculik yang meminta izin dan pamit dulu pada keluarga korban. Ada-ada saja! Membayangkannya aku pun senyum-senyum sendiri.

Seiring sang surya masuk ke peraduan di dasar laut, aku pun beranjak meninggalkan bibir pantai. Mendekati pondok, kulihat Adam terbaring di sana. Aku paham suasana hatinya. Mengulang kisah buruk di masa lalu tentu seperti menguak luka. Sepertinya malam ini ia tak ingin melanjutkan kisahnya. Padahal aku masih penasaran bagaimana kelanjutan cerita itu. Termasuk bagaimana ia sampai berada di pulau ini dan menyendiri di sini.

Aku pun naik ke balai-balai pondok dan menggeletakkan tubuhku. Sulit netraku terpejam setelah mendengar cerita lelaki penculikku itu. Meskipun tumbuh rasa simpati di hatiku, namun tindakannya melakukan penculikan ini tidak bisa dibenarkan. Lagipula tidak mungkin aku berada di sini selamanya. Ayah dan ibu pasti teramat risau akan keberadaanku.

Aku mulai berpikir keras, apa kira-kira yang harus kulakukan agar Adam mau melepaskanku. Mengembalikan kepada keluarga.

"Tidaaak ... jangan mati Naya, kau masih teramat muda!"

Sontak aku bangkit dan menoleh ke arah pondok dimana Adam terbaring. Teriakan itu mengejutkanku. Ternyata igau lelaki itu yang tadi terdengar. Aku hanya memandang iba ke arahnya. Mungkin ia bermimpi. Aku melanjutkan usahaku untuk memejamkan mata. Meskipun teramat sulit karena pikiranku berkecamuk. Berpadu rasa kasihan dan sesal terhadap lelaki itu.

Bunyi gemerisik dedaunan yang terinjak mengejutkanku. Aku berpaling dan spontan duduk bersiaga. Ah ternyata Adam.

"Maaf, aku mengejutkanmu."ucap Adam pelan.

"Ya, aku kira ada binatang buas,"sahutku lugas.

"Kau belum tidur?"tanya Adam.

"Aku enggak bisa tidur, mendengarmu berkisah mengacaukan pikiranku,"jawabku.

"Maafkan, aku melibatkanmu dalam masalahku,"ujar lelaki itu.

"Kau masih berhutang banyak penjelasan padaku,"tukasku lagi.

"Ya, aku akan tuntaskan semua kisah, mungkin sudah waktunya kubagikan duka yang terpendam selama ini,"ucap Adam.

"Ya ... aku siap mendengarkan,"ujarku menguatkan.

Dapat kubayangkan selama lebih kurang setahun, lelaki ini berada dalam pelarian. Bersembunyi di tempat yang terasing, sepi dan sunyi. Tak pernah berinteraksi dengan orang lain apalagi berkomunikasi atau bertukar pikiran. Wah bagaimana jika aku berada di posisinya? Hanya ada dua alasanku untuk tidak berkata-kata, yang pertama ketika sedang tidur dan yang kedua kalau aku sedang melaksanakan ujian.

"Tidurlah lagi, pagi masih lama!"perintah Adam kepadaku.

"Kau sendiri, kenapa tidak tidur?"sahutku balik bertanya.

"Aku sudah tidur dari tadi, sekarang ingin memeriksa keadaan di sekeliling dulu, sekedar memastikan semuanya baik-baik saja,"jawab Adam.

"Memangnya ada yang mencurigakan ya?tanyaku sedikit khawatir.

"Berjaga-jaga kan jauh lebih baik sebelum terjadi,"ujarnya dengan santai.

ELUSIFWhere stories live. Discover now