Part 05

2.1K 106 0
                                    


Happy reading

...


Minji berjalan pelan memasuki Cafe Euphoria dan mencari orang yang menyuruhnya untuk datang di cafe tersebut. Mata Minji tertuju ke arah seorang pria yang sedang duduk disalah satu kursi dekat jendela. Minji segera menghampiri pria tersebut.

"Ada apa menyuruhku kemari Taehyung?" tanya Minji to the point.

Taehyung mendongak menatap Minji dengan tatapan elang khasnya.

"Duduklah!" perintah Taehyung.

Melihat Minji yang masih enggan untuk duduk, Taehyung segera berdiri menuju ke arah Minji lalu mendorong Minji untuk duduk di kursi yang berhadapan dengannya.

Minji mendengkus pelan. "Cepat katakan apa yang kau inginkan?"

Taehyung tersenyum miring. "Sepertinya kau sudah mulai berani padaku ya?"

Minji diam mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

"Apa karna kejadian di UKS tadi?"

Minji menatap Taehyung dengan nyalang. "Apa aku ini permainanmu, Taehyung? Kau seenaknya memperlakukanku seperti tadi. Aku tau aku hanya gadis miskin yang tak bisa mengganti ponselmu yang mahal itu. Tapi, aku juga masih punya harga diri, Taehyung."

Taehyung bungkam mendengar perkataan yang muncul dari mulut Minji. Bahkan mata Minji mulai memerah.

Tes

Satu buliran bening sukses mengalir ke pipi mulus Minji.

Taehyung terhenyak, sesaat kemudian ia menjulurkan tangannya ke pipi Minji. Menghapus air mata yang jatuh dari mata Minji hingga membuat Minji tertegun. Ini pertama kalinya ia melihat Taehyung dengan sikap lembut dan sorot mata yang bersalah.

"Maaf. Aku sudah sangat keterlaluan tadi." Taehyung mengelus pelan pipi Minji.

"Ke-kenapa kau tidak ingin aku lepas darimu, Taehyung?"

Taehyung menatap dalam manik mata Minji. "Itu karena ...."

"Karena?"

"Karena kau masih punya hutang padaku," ucap Taehyung datar.

Minji mendengkus pelan. Baru saja tadi Taehyung bersikap sangat lembut padanya. Tapi, sekarang si Malaikat Maut Kim Taehyung sudah kembali seperti awal.

"Kerjakan PR ini untukku. Selesaikan hari ini juga! Besok PR-nya akan kukumpul."

Minji memelototkan matanya. Tak masalah jika ia harus mengerjakan satu PR saja. Namun, Taehyung memberikan lima buku PR yang harus ia kerjakan dan selesaikan hari ini juga.

"Ta-tapi, Taehyung—"

"Aku tak ingin mendengarkan alasan apapun," potong Taehyung cepat.

"Baiklah."

Minji merapikan buku yang Taehyung berikan lalu memasukkannya ke dalam tasnya. Ia segera beranjak dari kursi tersebut.

"Mau kemana?" tanya Taehyung.

"Tentu saja pulang. Sudah tidak ada yang dibicarakan lagi kan?"

Taehyung menahan lengan Minji dan menariknya sehingga membuat tubuh Minji terduduk kembali.

"Temani aku makan dulu,"

Minji mengernyit. Baru saja ia akan menolak permintaan Taehyung, tapi ....

"Temani aku makan sekarang atau akan ku seret kau ke hotel sekarang!" ancam Taehyung.

Minji bungkam. Ia lebih menurut saja pada Taehyung karena lelaki itu tak pernah bermain-main dengan ancamannya.

...

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Minji baru pulang ke rumah Yoongi. Ini semua gara-gara Taehyung yang menyeret Minji ke lapangan untuk menemaninya berlatih basket.

Minji melihat mobil Yoongi yang sudah terpakir dengan rapi di garasi. Minji masih berdiri di depan pintu masuk. Ia semakin bimbang untuk masuk atau tidak. Ia takut kalau Yoongi akan marah padanya nanti, lagi pula alasan apa yang akan ia berikan nanti jika Yoongi bertanya.

Di tengah kebimbangannya, tiba-tiba pintu di depannya terbuka dan menampilkan sosok Yoongi yang sedang berdiri dengan tatapan dinginnya.

"O-oppa ...."

"Dari mana saja kau?" Yoongi bertanya dengan datar.

"Mi-mian, Oppa. Tadi aku pergi ke rumah temanku untuk mengerjakan tugas kelompok."

Lagi-lagi Minji terpaksa berbohong di hadapan Yoongi.

"Rumah temanmu? Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan, Oppa,"

"Siapa namanya?"

"Oppa, kau sudah seperti detektif saja,"

"Jawab saja pertanyaanku!"

Minji menelan kasar ludahnya. "Song Jira, Oppa."

Yoongi mengangguk pelan.

"Untuk apa Oppa bertanya nama temanku?"

"Tentu saja untuk mengetahui kau berbohong atau tidak. Kali ini Oppa percaya padamu karna Oppa kenal dengan ayah temanmu itu."

Minji menghembuskan napas lega.

"Tapi, awas saja jika Oppa melihatmu pergi dengan laki-laki lain."

Minji menggeleng pelan. "Tidak kok, Oppa." Minji tersenyum.

"Baiklah ayo masuk."

Saking tegangnya Minji yang mendapatkan interogasi dadakan dari Yoongi, ia baru sadar kalau mereka belum masuk ke rumah.

.
.
.

Kini Minji sudah berbaring di tempat tidur. Sungguh ia sangat lelah karena sudah mengerjakan PR Taehyung yang bejibun itu. baru saja ia akan terlelap tapi, tiupan napas di telinganya membuat Minji bergidik geli.

"Oppa," racau Minji dengan mata terpejam.

Bukannya berhenti, kini Yoongi beralih mengecup leher Minji. Kali ini Minji membiarkan Yoongi, ia berharap Yoongi tidak akan berbuat yang lebih jauh lagi tapi, ternyata dugaannya salah. Yoongi menelusupkan kepalanya di balik piyama Minji dan mengecup bahkan menyesap kulit di perut Minji.

"Ahh, Oppa ... hentikan,"

Minji mengigit bibir bawahnya menahan desahan lain yang akan muncul dari mulutnya.

"Kenapa kau menahannya, Baby...?"

Oh tidak! Jika Yoongi sudah memanggilnya seperti itu, pasti Yoongi menginginkan dirinya lagi. Minji menggeleng pelan.

"Ayolah, Baby," rengek Yoongi.

Yoongi mulai mendekatkan wajahnya ke leher jenjang gadis itu dan menyesapnya pelan.

"O-oppa jangan meninggalkan bekas di situ...."

Yoongi menhentikan aktivitasnya dan kembali menatap Minji.

"Kenapa?"

"Besok aku masih masuk sekolah, Oppa."

"Baiklah kalau begitu ...."

Yoongi membuka piyama Minji dan membuka pengait bra Minji. Ia mulai menyesap dan menggigit pelan puting payudara Minji.

"Eunghh ... Oppa ...."

Yoongi mengigit puting Minji dengan keras. Membuat Minji tersentak kaget.

"DADDY, Baby ... DADDY!"

Yoongi mengelus bagian sensitif Minji.

"Ahh ... stop it, Daddy!" pinta Minji.


Tbc.

[NC23+] FATAL DEBT (YoonMin GS) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang