Part 14

1.3K 77 0
                                    

Author lgi rajin up 😁

...
Happy reading~
...

Seperti hari biasa, Yoongi selalu mengantarkan Minji sampai di halte bus.

"Minji, ingat jangan terlalu banyak beraktivitas, dan juga jangan makan makanan sembarangan." Yoongi memperingatkan Minji.

Minji mengangguk. "Iya, Oppa." Ia mengecup singkat pipi Yoongi.

"Apa cuma di pipi saja?" Yoongi merengut lucu.

Minji terkikik melihat wajah Yoongi yang sangat lucu. Ia segera mendekatkan wajahnya pada pria itu dan mengecup bibir Yoongi.

Minji membuka pintu mobilnya dan segera turun, tapi langkahnya tertahan karna Yoongi menarik lengan Minji.

Yoongi menarik tengkuk Minji, menyatukan kedua bibir mereka. Hal itu membuat Minji terkesiap. Tapi setelahnya, ia memejamkan matanya. Menikmati pangutan diantara mereka.

"Itu baru benar." Yoongi mengelap sudut bibir Minji.

Minji tersipu malu. Ia segera keluar dari mobil Yoongi dan melangkahkan kakinya memasuki area sekolah. Hatinya berbunga-bunga dan senyuman selalu terpampang indah di wajah cantiknya.

...
-
...

Seharian ini Minji tak fokus dengan pelajarannya atau pada apapun. Ia hanya tersenyum malu mengingat kejadian manis antaranya dengan Yoongi. Melihat gelagat aneh Minji, Jira menatap gadis itu aneh, tangannya meraba kening Minji.

"Apa kau sakit, Minji?"

Minji terhenyak. "Tidak. Memangnya aku kenapa?"

"Hei, kau sudah seperti orang tak waras! Dari tadi tersenyum tak jelas."

Minji menatap datar Jira dan menepis tangan Jira dari keningnya. "Ck. Aku masih waras, Jira."

"Hahh, baiklah baiklah. katakan padaku apa yang membuatmu menjadi orang yang tak waras begini?"

"Jira, aku—" Minji menggeleng. Ia hampir saja keceplosan.

Jira mengernyit. "Apa?"

"Tidak. Aku hanya bahagia saja hari ini."

Ting!

Minji memeriksa ponselnya. Ia langsung tersenyum girang mendapat pesan dari Yoongi.

'Chagi, ingat jangan lupa makan.'

Minji tersipu malu membaca pesan singkat dari Yoongi. Tangan lentiknya bergerak mengetik di layar ponselnya.

'Ne, Oppa.'

Minji setia menunggu balasan dari Yoongi. Matanya tak pernah lepas dari layar ponselnya.

Ting.

'Saranghae'

Minji tersenyum lebar mendapatkan balasan pesan dari Yoongi. Ah tidak, Hatinya meledak. Rasanya ia ingin terbang tinggi sampai langit ketujuh. Ia memegang dadanya, merasakan detak jantungnya yang berdetak tak karuan.

"Minji, kurasa kau perlu ke dokter sekarang,"

Mendengar perkataan Jira, Minji langsung mengkontrol dirinya. Ia menatap Jira yang sedang menatap horor dirinya.

"Aku baik-baik saja, Jira."

"Wah ... Ada gadis miskin ternyata di sini," seru seorang wanita yang tak lain adalah Tzuyu.

"Perkumpulan gadis miskin yang sempurna," ejek Mina.

Jira menatap kesal ketiga gadis yang sedang berdiri di hadapannya dan Minji.

"Pindah dari sini!" perintah Sana.

"Maaf. Memangnya kalian siapa berani menyuruh kami pindah dari sini?" Jira menatap datar ketiga gadis itu.

"Aku anak pemilik sekolah ini. Dan tidak ada yang boleh membantahku!" gertak Sana.

Jira berdecih. "Ini milik appamu 'kan, bukan milikmu!"

"Ji-Jira, sudah hentikan. Kita pindah saja dari sini." Minji menarik lengan Jira.

Jira menghempaskan tangan Minji. "Tidak, Minji. Kita yang duluan duduk di sini. Lagi pula masih banyak meja kosong di sana, lalu kenapa kita yang harus pindah?"

"Ouh, jadi kalian berani melawanku?" bentak Sana.

Jira memajukan dirinya, mensejajarkan dirinya dengan Sana. "Kenapa? Apa karena kau pikir, kau anak pemilik sekolah ini jadi aku tak berani melawanmu?"

Tzuyu tersenyum sinis. "Sudahlah, Sana. Jangan mengotori tanganmu dengan menyentuh anak dari seorang jalang ini."

"Apa katamu tadi?" Jira mengepalkan erat kedua tangannya.

"Iya. Itu memang benar kan? Kau adalah anak seorang jalang." Mina tersenyum puas.

"Beraninya kau menghina ibuku!" Jira menarik kuat rambut Mina.

"Sialan! Dasar anak jalang!" Mina menarik kembali rambut Jira.

Suasana di kantin yang awalnya tenang berubah menjadi riuh tontonan perkelahian.

"Jira, hentikan." Minji menarik Jira dan menahannya.

"Tidak, Minji. Mereka sudah keterlaluan!"

Mina merapikan kembali rambutnya dibantu oleh Sana.

"Cih! kalian berdua itu sama saja! Gadis perebut berteman dengan anak seorang jalang."

"Maaf, Tzuyu. Ibu Jira bukanlah seorang jalang. Dan satu lagi ... Aku bukanlah perebut!" Minji menatap nyalang Tzuyu.

Tzuyu menggeram kesal. Tangannya terayun untuk menampar Minji. Namun sebuah cekalan di pergelangan tangannya, menghentikannya. Ia melotot menatap Taehyung yang menatapnya bengis.

Taehyung menghempaskan tangan Tzuyu kasar. "Bukankah sudah kukatakan, jangan ganggu Minji lagi!"

"Taehyung, kau masih membela gadis miskin jalang ini?"

Plak!

Minji membelalak, ah bukan hanya Minji saja. Semua siswa yang berada di kantin terdiam kaget.

"Kau berani menamparku, Taehyung?" Tzuyu memegang pipinya yang terasa perih. Matanya memerah.

Taehyung menarik lengan Minji menjauh dari kantin meninggalkan kekacauan yang sedang terjadi.

Taehyung melepaskan tangan Minji tepat saat mereka sudah sampai di taman belakang sekolah. Ia mendudukkan dirinya di bangku.

Minji POV

"Taehyung—"

"Duduklah!"

Aku segera duduk di sampingnya. Aku tak ingin membuatnya lebih marah lagi. Karena menurutku itu sangat menakutkan.

Kutatap ia dari samping. Terlihat sekali raut gelisah dalam wajahnya. Aku tau ini pasti masalah perjodohannya dengan Tzuyu. Ia menghembuskan napas berat.

"Dua hari lagi, hari pertunanganku dengan Tzuyu," ucapnya yang fokus memandang lurus ke depan.

Aku membelalak. Ternyata orang tua Taehyung masih menerima perjodohan ini. Aku menggeleng iba mendengarnya.

"Minji?"

Aku menoleh ke arahnya yang sedang menatapku serius.

"Kenapa?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu."

"Apa?"

"Minji, maukah kau menjadi kekasihku? Aku tidak tau sejak kapan perasaan ini ada. Tapi yang jelas ... Aku mencintaimu, Minji" terangnya.

Aku mengerjapkan mataku dan menggeleng. Tidak! aku rasa ia pasti hanya bercanda.

"Taehyung, kau bercan—"

"Aku serius, Minji."





Tbc.

[NC23+] FATAL DEBT (YoonMin GS) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang