Blind - 1 (Prom)
No matter what people tell you, be yourself
"Hal yang bakal gue lakuin pas sampe rumah pasti rebahan. Lo mau sahabat lo gak produktif gitu? Ayolah, kumpul bentar" berkali kali merayu, berkali kali pula Igna mendapat tolakan dari sahabat tiga tahunnya.
Camelia -sahabat tiga tahun Igna- menggeleng, "Nggak mau."
Dengan jengkel, Igna menghempaskan pergelangan tangan Camel dengan kasar, "Lo bakal nyesel Mel, ngelewatin promposal ini." katanya menggebu gebu.
Camel menggeleng gelengkan kepalanya, "Aku gak mau. Dadah" tanpa menunggu respond dari sahabatnya, Camel pergi begitu saja.
Dari sekian banyak godaan yang datang menghampiri, hanya satu yang tak bisa Camel abaikan.
Rebahan di kasur yang dingin dengan laptop menyala menayangkan film yang sudah Camel ingin tonton semenjak 3 bulan yang lalu.
***
"Angkot mana elah, panas gini" Camel mengeluh. Ia mengibas-ibaskan tangannya di sekitaran muka dan leher.
Karena bosan, Camel mengerucutkan bibirnya sambil menjulingkan matanya. Dengan usaha yang keras, Camel mencoba melihat bibirnya yang ia kerucutkan dengan mata juling.
Camel tidak sadar, sudah berapa lama ia berusaha namun tidak menimbulkan hasil. Tiba tiba, Camel mendengar seseorang terkekeh pelan di sampingnya.
Sedikit merasa terkejut, Camel segera menormalkan kembali ekspresinya sebelum menoleh ke samping kanannnya. Tempat orang tadi terkekeh.
Belum pulih dari rasa terkejutnya, Camel kembali di kejutkan dengan kehadiran Abi di sampingnya. "Ab-abi?" Camel bertanya untuk meyakini dirinya sendiri.
Abimanyu Assegaf adalah teman seangkatan Camel sekaligus orang yang sudah Camel sukai semenjak kelas 10. Namun, sesering apapun Camel mencoba menyadarkan Abi, Abi selalu menutup mata dan telinganya untuk menolak Camel.
Namun juga, sesering apapun Camel mencoba untuk tidak menyukai Abi, ada saja tingkah atau perbuatan Abi yang seolah mencegah Camel untuk tidak berhenti mengaguminya.
"Ngapain kamu di sini?" tanya Camel berusaha terdengar biasa saja.
Diam diam, Abi memperhatikan Camel dari samping. Lalu tersenyum dengan pipi memerah, "Gua kira ini tempat umum".
Camel sesak. Ia tidak bisa berada sedekat ini dengan Abi, apalagi hanya berdua. Camel menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, "Gak pulang?" tanya Camel mengalihkan pembicaraan.
Abi menggeleng, "Angkot kayanya bakal lama. Mau gua anterin?" katanya sambil menatap Camel lekat lekat.
Camel semakin salah tingkah. Beberapa lama tidak berhubungan dengan Abi dikarenakan sibuk ujian, tiba tiba mendapat serangan secara mendadak seperti ini.
Camel menggaruk pipinya, "Nggak usah" katanya dengan kepala menunduk berusaha menyembunyikan rona di pipi.
Abi mengulurkan tangannya, memegang dagu Camel lalu mengangkatnya agar menatap Abi, "Gua anterin" katanya.
Tanpa menunggu jawaban dari Camel, Abi menarik pergelangan tangan Camel agar mengikuti langkahnya menuju kendaraan beroda dua miliknya.
Abi melepaskan tangan Camel untuk naik kemotornya. Abi memasang helmnya terlebih dahulu sebelum menyalakan motornya.
Camel membeku, Camel tidak pernah merasakan kejadian seperti ini. Jangankan kejadian, menghayal saja Camel tidak pernah.
Abi mengulurkan tangannya untuk membantu Camel naik. Atas semua perilaku manis Abi, pertahanan Camel runtuh.
Dengan perasaan yang tidak dapat Camel jabarkan dengan rinci, Camel menerima uluran tangan Abi dengan pipi merah merona.
"Siap?" Abi bertanya menyadarkan Camel dari lamunan.
"Eh, iya siap" jadi pacar kamu.
***
Awalnya, Camel tidak pernah menyukai lampu merah. Ia harus panas panasan dengan suara klakson saling sahut menyahut. Membuat kepalanya pening seketika.
Namun, kali ini Camel bersyukur ia terjebak lampu merah 3 kali bersama Abi. Memberikan Camel kesempatan agar ia bisa lebih lama bersama Abi.
Di belakang, Camel menggigit bibir bawahnya keras keras agar ia tidak tersenyum. Berulang kali Camel pura pura batuk agar ia tidak tersenyum lebar. Namun, rasanya terlalu sulit jika di depan masih ada Abi.
Diam diam, Abi membenarkan kaca spionnya agar menghadap langsung kearah Camel. Melihat Camel menahan senyun sampai pipi memerah, Abi tersenyum.
Abi membuka kaca helmnya, lalu menolehkan kepalanya sedikit ke belakang, "Senyum aja Mel, bibir lo bakal sakit kalo digigit gitu" kecuali gua yang gigit.
Camel sedikit terhuyung karena terkejut. Lalu pipinya semakin berwarna. "Apa sih" katanya salah tingkah.
Abi ikut terkekeh. Lalu saat lampu lalu lintas berwarna hijau, Abi kembali memfokuskan dirinya pada perjalanan. "Oh iya Mel" Abi sedikit berteriak sambil memiringkan kepalanya.
"Hah" Camel mendekatkan kembali kepalanya pada pundak Abi, agar suara Abi bisa terdengar oleh telinganya.
"Datang ke prom sama siapa?" tanya Abi sambil melirik Camel lewat kaca spion.
"Gak datang kayanya deh" Jawab Camel ragu. Camel tidak suka acara seperti itu. Selalu tidak suka.
"Datang aja yuk, sama gue".
OKE SIAP.
03 February 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND
RomanceWarning!! •On-Going "Listen to me baby, i'll kill your family if you refuse me " Ada dua hal yang tidak bisa Camel terima secara lapang dada di dunia ini. Yang pertama kebahagiaannya yang tiba tiba terampas. Lalu omong kosong yang menawarkan kebah...