Kunjungan

635 99 24
                                    

Blind - 11 (Kunjungan)

Tidak semua orang akan setuju dengan pendapatmu.

Pukul sebelas, Camel memutuskan untuk membersihkan dirinya dan memakai pakaian nyaman untuk tidur. Ia akan menjadi manusia nokturnal untuk beberapa hari.

Beberapa menit berguling guling di tempat tidur untuk mencari posisi yang nyaman, kantuk tidak juga menyerang Camel.

Dengan kesal, ia bangun dan mengambil laptopnya untuk menonton beberapa film yang sudah ia rencanakan beberapa bulan yang lalu.

Di pertengahan film, pikiran Camel melayang layang. Kemarin semua masih baik baik saja. Ia masih memerah karena bawa perasaan dengan Abi. Malamnya ia bersenang senang dengan teman temannya, walau berakhir kesal karena Abi dan pacar medusanya. Lalu beberapa jam kemudian, semua berubah.

Statusnya juga mungkin berubah. Sekarang Camel adalah calon istri pria yang sialan tampan. Padahal kemaren ia masih jomblo yang tidak mengenaskan. Ia bahagia. Asal ada Abi.

Ah, Abi. Bagaimana sekarang ia bersama Abi? Tiga tahun dan itu tidak berarti apa apa gitu? Camel tau, ia salah mengharapkan kekasih orang. Tapi, ini tiga tahun. Yang bener aja.

Camel mendesah kesal. Ia kembali memusatkan perhatiannya pada film di layar laptopnya yang menayangkan sepasang kekasih sedang berciuman dengan latar senja.

Melihat itu, Camel mengangkat tangannya dan meraba bibirnya.

Bibirnya ternodai. Dan ternodai oleh orang yang Camel tidak harapkan. Sial. Hidup Camel benar benar sial sekaligus menyedihkan.

Camel kembali mengingat saat bibir Axelle bergerak lembut di bibirnya. Hangat dan memunculkan perasaan aneh di dirinya.

Lalu saat Axelle menjilat lehernya dan meninggalkan tanda yang bahkan sampai saat ini tidak juga hilang. Menyebalkan memang.

Lalu telinganya, saat Axelle membisikkan kata kata dengan napas hangat yang menerpanya.

Ah, Camel gila. Tubuhnya harus di rendam dengan pembersih dosa.

Camel menutup laptopnya yang masih menayangkan adegan ciuman itu. Camel kesal tentu saja. Adegan itu mengingatkan Camel tentang kejadian semalam.

Camel mendengar keributan dari luar sana. Lalu saat ibunya menyebut nama Axelle dengan kasar, Camel langsung menjatuhkan dirinya dan pura pura tidur.

Karena takut ketahuan Bohong, Camel memutuskan untuk menutup sebagian wajahnya dengan selimut.

"Adik saya sedang tidur tuan Axelle yang terhormat" bentak Revo.

"Saya tidak akan mengganggu" kata Axelle dingin.

Camel semakin ketakutan. Bagaimana kalau Axelle berhasil masuk ke kamarnya, lalu mengunci kamar Camel sehingga mereka hanya akan berduaan di dalam sini. Lalu Axelle kembali melakukan hal semalam, dan berlanjut ke -- hentikan, oke hentikan. Otak Camel sedang tidak baik baik saja saat ini.

Camel mulai mencoba untuk rileks agar ia tidak terlihat sedang menipu.

Bunyi pintu kamar yang terbuka membuat Camel siaga. Sial. Kenapa Camel harus tidur menghadap pintu. Harusnya ia membelakangi.

"Aku tau kau tidak tidur, honey" Camel merasa sia sia. Namun ia akan malu jika actingnya harus ia akhiri sekarang.

Camel merasa kasurnya berdenyit saat Axelle duduk di sampingnya. Ya, Axelle sangat besar sehingga kasurnya saja tidak mau Axelle duduki.

"Bangun honey. Kau harus mencoba gaun pengantinmu" Axelle menggoyangkan bahu Camel yang ia ketahui tidak tertidur.

Camel semakin malas membuka matanya. Ia belum tertidur dan harus pergi untuk mencoba gaun pengantin yang tidak ingin ia gunakan.

Camel menutup matanya. Ia bahkan menahan napasnya agar Axelle mengira ia telah mati, lalu Axelle meninggalkan Camel selama lamanya.

Konyol. Camel tau dirinya konyol. Camel rasa juga otaknya tidak sedewasa umurnya.

"Emm!!" Camel melotot kesal saat Axelle mencubit ujung hidungnya sehingga udara tidak dapat Camel hirup. Ah, dasar bar bar.

Axelle tertawa keras saat melihat Camel kehabisan napas dengan wajah memerah dan mulut megap megap seperti ikan keluar dari perairan.

Gila. Axelle benar benar gila. Harusnya Axelle membunuh Camel dari awal. Jangan seperti ini.

Setelah merasa puas, Axelle melepaskan tangannya dan menarik Camel untuk ia peluk, "Maaf honey, aku terlalu merindukanmu. Ah, sudah berapa lama kita berpisah?" katanya sambil mengusap punggung Camel.

Bener kan, gila.

Sudah berapa lama katanya? Bahkan Axelle baru meninggalkan rumahnya pukul 12 malam, dan kembali lagi dalam beberapa jam kemudian.

Camel menepuk punggung Axelle beberapa kali, "Lepaskan aku, Axe" perilaku Camel sungguh sangat berbeda dengan ucapannya. Camel menepuk punggung Axelle seperti menyayangi pria itu, tapi mulutnya mengusir Axelle.

Hah, Axelle tidak tahu kenapa perasaan ini selalu tumbuh sangat pesat seiring berjalannya hari dan perilaku aneh gadis ini.

"Katakan bahwa kau mencintaiku, honey" Axelle mencengkeram pinggang kecil Camel dengan erat sehingga Camel meringis kesakitan. Axelle tidak merasakan ada pergerakan apapun selain cengkeraman di kemeja belakangnya.

"Akh.. Aku kan, tidak mencintaimu" jawab Camel apa adanya.

Axelle menggeram marah. Ia langsung melepaskan pelukannya dan mencengkeram pipi Camel kencang. Camel kembali menangis. Ia tidak akan tahan dengan perilaku kasar Axelle. Tubuhnya remuk, bahkan sebelum Axelle meremukkan tubuhnya.

"Katakan, honey" katanya dengan rahang mengetat marah. Lagi lagi Camel sungguh tidak tahu diri. Ia sudah mencoba untuk berbuat dengan lemah lembut pada Camel, namun Camel seolah sangat menyukai sisi kasar dirinya

"Ak-- aku mencintaimu" katanya sebelum menangis kejar.

"Hsst.. " Axelle kembali menarik tubuh Camel kedalam pelukannya. Mengusap punggung Camel untuk meredakan tangis gadis itu, "Aku juga mencintaimu."

8 Mei 2020

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang