Ice Cream(outh)

808 43 4
                                    

Blind - 20 (Ice Cream(outh))

Kamu satu satunya, namun aku salah satunya.


Camel kira, Axelle akan kembali dalam beberapa jam. Karena membawakan es krim terlezat tidak semudah itu. Apalagi sekarang sudah hampir petang, pasti jalanan di kota sudah di penuhi berbagai macam kendaraan yang saling berlomba lomba untuk sampai di rumah.

Namun nyatanya, Axelle kembali sekitar 5 menit kemudian dengan tampang datar.

Camel mengernyit. Namun ia mengabaikan.

"Aku menyuruh Carl untuk membelikanmu es krim" jawab Axelle tanpa di tanya.

Camel mengangkat bahunya acuh. Ia sedikit tidak peduli, karena nyatanya es krim hanyalah alibi. Dan siapapun itu Carl, Camel memohon maaf padanya karena telah Axelle repotkan.

"Honey" panggil Axelle.

Camel menghela napasnya. Ia rasa akhir akhir ini sering sekali menghela napas. Ia berharap menghela napas tidak membuatnya cepat tua.

"Honey" Axelle kembali memanggil.

Camel memejamkan matanya, berusaha sekeras mungkin untuk menghilangkan pening yang tiba tiba menyerangnya.

Camel membuka matanya, ia menoleh hanya untuk menemukan wajah konyol Axelle yang tersenyum lebar karena mendapatkan perhatiannya.

Axelle menggeser tubuhnya agar menempel pada tubuh Camel. Memeluk Camel dari samping dan semakin bersorak saat Camel tidak menolaknya. "Aku merindukanmu, honey".

Bodoh.

Ia hanya pergi beberapa menit dan langsung merindukannya.

Camel melegakan tenggorokkannya, "Aku juga".

Axelle semakin tersenyum lebar. Ia memeluk Camel kian erat sehingga Camel merasa sedikit sulit untuk bernapas. Axelle mencium pipi Camel sebelum menyembunyikan kepalanya di lekukan leher Camel.

Axelle merasa terlalu bahagia. Ia harus menyembunyikan pipinya yang memerah padam.

Camel merasa geli sendiri saat Axelle tersenyum di lehernya. Axelle terlalu kekanak kanakan. Ia bahagia hanya karena Camel memberikan sebuah kebohongan kecil.

Seharusnya Axelle sadar, bahwa ia tidak akan semudah itu untuk Camel terima.

Namun sepertinya Axelle adalah pria tampan yang kaya, tapi bodoh.

Axelle memberikan apa yang Camel inginkan dalam sekejap. Rela menghambur hamburkan puluhan juta hanya untuk membelikan Camel selembar gaun yang sialnya sangat indah.

Namun Axelle tersenyum kegirangan saat Camel mengatakan bahwa ia juga merindukan pria ini.

Camel juga sadar, jika Axelle akan memperlakukan Camel lembut jika Camel menjadi gadis penurut yang manis.

Lalu Axelle akan berubah menjadi monster saat Camel Menentangnya.

Axelle tipikal lelaki dewasa yang ingin segala sesuatu berada di bawah kekuasannya. Axelle biasa mengendalikan segalanya. Namun Axelle jatuh cinta -jika boleh di katakan- pada Camel yang akan menentang apapun.

Axelle akan menuruti apapun keinginan Camel selama Camel patuh padanya. Benar benar tipikal pria membosankan dan kolot.


***


Camel tidak merasa menyesal. Seingatnya, ini adalah es krim terenak yang pernah Camel cicipi. Dengan campuran rasa buah buahan yang segar dan vanilla yang lembut.

Camel sampai berkali kali memejamkan matanya saat ia melumat es krim yang rasanya begitu luar biasa.

Axelle terkekeh, "Ini es krim ke-4 yang kau makan, honey". Axelle menatap Camel tepat di matanya.

Jika seperti ini, Camel merasa begitu di cintai.

Camel mengabaikan. Mencoba menepis segala pikiran pikiran yang melayang di otak cantiknya. Camel kembali membuka cup es krim yang ke-5. Kali ini es krim tersebut berwarna coklat. Namun pasti ada kejutan di dalamnya. Camel tidak sabar.

Ia menyendokkan satu es krim penuh untuk ia bawa ke dalam mulutnya. Ia kembali memejamkan mata. Mencoba fokus untuk menelaah berbagai rasa yang ada. Terasa asing, namun asing yang menyenangkan.

"Honey" Camel membuka matanya. "Aku ingin mencoba".

Camel mengangguk. Ia mengulurkan salah satu cup es krim yang masih tertutup pada Axelle tanpa ragu. Mungkin ia juga tidak akan menghabiskan semuanya, jika tidak ingin perutnya bergelambir.

Axelle tidak menerimanya. Ia mengambil sendok mungil yang Camel genggam, lalu menyendokkan satu es krim yang berada di tangan Camel. Mengangkatnya, lalu memasukkannya kedalam mulut Camel.

Camel kembali memejamkan mata saat rasa dingin seperti membekukan kepalanya.

Namun ia semakin membeku saat merasakan benda kenyal yang hangat mendarat tepat di bibirnya yang dingin.

Camel terbelalak. Ia ingin menampar Axelle. Namun urung saat melihat Axelle memejamkan matanya. Menikmati.

Ia kira semua hanya sekedar ciuman tanpa gerakan. Namun Camel salah. Ia semakin membeku saat Axelle menarik bibir bawah Camel agar tebuka. Saat terdapat celah, Axelle memasukkan lidahnya. Mengabsen satu persatu gigi Camel, sebelum berhenti tepat di mana es krim tadi berada.

Axelle mengecapnya. Merasakan es krim paling lezat langsung dari mulut Camel.

Camel seperti mati rasa saat melihat Axelle memakan es krim langsung dari mulutnya. Memakannya tanpa rasa jijik. Ia seperti menikmati.

Axelle memastikan tidak ada es krim yang tertinggal sebelum menarik dirinya menjauh. Axelle menjilat bibirnya. Manis, perpaduan sempurna antara manisnya es krim dengan manisnya bibir Camel.

Satu sendok es krim terasa berbeda kali ini.

5 Februari 2021

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang