WHAT?!

934 136 25
                                    

Blind - 6 (WHAT?! )

Jika senja bisa bicara, biarkan dia yang mengatakan bahwa aku mencintaimu.


Axelle pura pura batuk saat mendapatkan tatapan mematikan dari keluarga gadis yang berada di pelukannya ini. Axelle tidak takut. Sungguh. Axelle hanya merasa segan. Sejauh yang Axelle tau, Indonesia itu selalu menjunjung tinggi tata kerama. Mereka akan mencibir jika melihat hal hal yang terlalu intim. Bahkan, ciuman saja dipandang ilegal oleh masyarakat Indonesia. Menurut Axelle, itu adalah peraturan paling konyol yang pernah Axelle dengar.

Tanpa di persilahkan, Axelle duduk di sofa ruang tamu yang sebenarnya tidak layak di sebut sebagai sofa.

Axelle duduk, otomatis Camel berada di pangkuannya. Pelukan itu belum terlepas, bahkan semakin lama semakin erat. Camel sampai merasa sesak.

Melihat tatapan keluarganya, Camel bergerak tidak nyaman. Camel masih di bawah umur di bandingkan keluarganya. Camel masih 18 tahun, ia baru saja menyelesaikan ujian nasionalnya. Dan rasanya sangat canggung berada di pangkuan laki laki dewasa dan di perhatikan oleh keluarganya.

Camel kembali menoleh kebelakang, "Axe" panggilnya sehingga Axelle kembali menatapnya, "lepaskan aku. Kumohon."

Axelle menggeleng. Ia tau Camel tidak nyaman, namun ia tidak peduli.

Camel mendesah kesal. Percuma. Ia kembali meluruskan pandangannya. Menatap mereka satu persatu dengan pandangan memohon. Lalu, keluarga Camel gantian mendesah kesal karena mereka tidak bisa melakukan apapun untuk Camel.

"Aku ingin menikah dengan Camel."

***

"Aku ingin menikah dengan Camel."

Camel tersedak ludahnya sendiri. Keluarganya langsung melotot protes. Mereka kembali memberontak untuk melepaskan tali yang mengikat mereka, namun percuma.

Sambil terbatuk batuk, Camel kembali menoleh kebelakang, "KAU GILA?!" teriak Camel dengan mata melotot.

Axelle terkekeh melihat ekspresi Camel. Tanpa tahu malu, Axelle memajukan wajahnya dan mencium bibir Camel sekilas. Mengabaikan tatapan yang siap membunuhnya. Salahkan saja peraturan di negara ini, dan salahkan ekspresi Camel yang kelewat memggemaskan. "Tentu aku waras, honey" Axelle terkekeh kecil.

Mata keluarga Camel melotot. Para pria berbadan besar bahkan sampai membuka mulut mereka setelah mendengar kekehan Axelle.

Camel memberontak, "Aku tidak mau, kau dengar itu" Camel mengernyitkan alisnya, bibirnya tanpa ia sadari menekuk kebawah, tangan Camel terlipat di dada. Marah yang sungguh menggemaskan.

Axelle mengusap rambut belakang Camel. Ia meluruskan pandangannya, dan mengangkat alisnya melihat ekspresi beragam orang orang di depannya. Tau Axelle memperhatikan, mereka kembali mengubah ekspresi menjadi normal.

Wajah Axelle kembali ke asalnya. Mata tajamnya kembali menatap keluarga Camel satu persatu. Bibirnya kembali membentuk satu garis lurus. Axelle membenarkan posisi Camel agar gadisnya itu dapat duduk dengan nyaman. Pembicaraan ini akan berlangsung panjang, "Aku serius. Aku ingin menikah dengan Camel."

Melalui tatapan, Axelle memerintahkan pria berbadan besar untuk membuka kain yang menutup mulut keluarga Camel.

Sepersekian detik setelah pengikat mulutnya terbuka, ibu Camel berteriak heboh memerintahkan putrinya untuk berlari kearahnya, "CAMEL, TURUN KAMU!!" namun akhirnya ibu Camel paham, bahwa ia tidak bisa berbuat apapun dengan tali mengikat tubuhnya.

"Aku tidak meminta izin kalian. Aku hanya mengabarkan kalian bahwa aku akan menikah dengan Camel."

Mata Camel melotot, ia menoleh kebelakang untuk melayangkan protes. Ekspresi Axelle kembali berubah saat berhadapan dengan Camel. Camel ingin melayangkan protes, namun ia bungkam. Karena terlewat kesal, Camel menampar Axelle pelan. Sangat pelan, sehingga terasa seperti elusan oleh Axelle. Bukannya tidak berani, Camel hanya takut merusak pipi mulus Axelle.

Pria berbadan besar lagi lagi menganga melihat perilaku Camel. Jika saja itu bukan Camel, mungkin saja perempuan itu akan hilang ke esokan harinya.

"Saya sebagai ayah kandung Camel menolak. Dan saya rasa seluruh keluarga besar Camel akan menolak" ucap ayah Camel telak.

Axelle tersenyum meremehkan, "Apa yang bisa kalian lakukan? Kalian berada di bawah kuasaku."

Ibu Camel terisak, "Kami tau. Kami hanya orang orang miskin yang tidak berguna. Namun kami punya harga diri. Kami tidak akan menyerahkan putri kami kepada orang kaya yang berperilaku sampah seperti anda. "

Camel tau, pembicaraan ini mulai berat. Seharusnya Camel berada di kamar, tidak mendengarkan pembicaraan orang dewasa. Walau Camel sudah dewasa. Namun, Camel mulai takut. Pelukan di perutnya terasa semakin menyesakkan. Sehingga Camel rasa perutnya ini akan rata seperti tanah.

"TUTUP MULUT BUSUKMU ITU!" Teriak Axelle penuh amarah. Axelle tau, Camel mulai bergetar di pelukannya. Axelle berteriak tepat di belakang Camel.

Camel sendiri mulai menangis. Camel tumbuh di tengah keluarga yang harmonis. Tidak pernah membentak atau berkata kasar. Sehingga saat ia mendengar teriakan seperti ini, Camel merasa asing. Dada Camel berdetak tidak karuan, sama seperti detakan orang yang berada di belakangnya.

Napas Axelle memburu, "Jangan pernah anda sangka, karena anda adalah ibu gadis yang aku cintai, aku akan menghormati anda. Hanya Camel yang akan aku hormati. Karena hanya dia yang aku inginkan."

04/04/2020

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang