Menikah-Mati

819 123 26
                                    

Blind - 8 (Menikah-Mati)

Percayalah, kamu terlalu berharga untuk sebuah sampah.

"Aku tidak akan menyakiti anakmu" ucap Axelle sedikit geli. Gadisnya ini.. Selalu saja menggemaskan dari dulu. Setelah memberi perintah untuk menurunkan Iteng, Axelle mengangkat tubuh Camel, lalu meletakkannya kembali di pangkuannya dengan tubuh menghadap dirinya. "Aku masih sama. Menikah, atau keluargamu mati."

Camel menunduk. Axelle terlalu berkuasa. Di ruang tamu saja ada empat pria berbadan besar, entah ada berapa di luar rumahnya.

Camel tau, tangisannya melemahkan Axelle. Tapi Camel juga tau, Axelle hanya akan mengabulkan permintaannya sesekali. Dan jika permintaan itu dirasa merugikan Axelle, ia akan menolaknya mentah mentah.

Namun, tidak salahnya mencoba.

Camel kembali menangis terisika. Kali ini isakannya sungguh kencang, "Aku mohon Axe.. Dia keluargaku. Mereka yang merawatku dari kecil. Aku mohon" Camel menarik jas yang Axelle gunakan sambil menatap mata Axelle.

Axelle kesal tentu saja. Gadisnya ini mulai memanfaatkan kelemahannya. Dan ia tidak ingin di kuasai. Ia biasa menguasai, "Menikah, atau mati?" Axelle menatap Camel tajam.

Gagal. Udah gagal pokoknya.

"Atau.. " Camel mengangkat kepalanya, menunggu apa yang akan Axelle katakan selanjutnya, "Seluruh keluargamu benar benar mati" Camel mengernyit, "Keluarga besar."

Camel langsung menoleh saat suara berdebum terdengar tak henti henti. Di sana, nenek, kakek, bibi, paman, sepupu, bahkan keponakannya yang masih kecil didorong secara paksa dengan tubuh dan mulut terikat. Persis seperti kondisi keluarga kecilnya.

Camel menggeleng. Ia tidak tau sebusuk apa hati Axelle sebenarnya, "Ngga.. Ngga. Lepasin mereka" Camel memohon. Ia mencoba berdiri, namun lagi lagi Axelle menahannya. "Kau licik, Axe" Camel menatap Axelle dengan pandangan mencemooh.

Axelle tersenyum miring, ia tidak keberatan dengan itu karena benar adanya, "Aku tidak perduli. Menikah atau mati" lagi lagi Axelle bertanya.

Camel menggeleng, "Aku tidak akan menikah. Setidaknya, tidak dengan bajingan sepertimu. "

Napas Axelle semakin memburu, "Kau harus di beri peringatan ternyata. "

Mata Camel melotot. Apa lagi? Setelah Axelle membawa keluarga besarnya, benar benar keluarga besar. Saudara dari pihak ayah dan ibunya benar benar memadati ruang tamu kecil rumahnya, lalu masih ada lagi? Apa ini tidak cukup?.

Lalu di sana, Camel kembali melihat Iteng di gendong oleh pria yang berbeda. Camel menggeleng. Ia benar benar tidak percaya. Camel berteriak, memukul dada Axelle, mencoba turun dari pangkuannya, bahkan menangis sampai memohon sudah Camel lakukan.

Axelle tidak main main. Camel sudah terlalu kurang ajar. Camel tidak sadar bahwa dirinya di puja oleh Axelle. Camel terlalu tamak sampai ia memanfaatkan kelemahan Axelle. Dan Axelle terlalu bodoh untuk mengikutinya.

Namun, Axelle benar benar harus memberikan hukuman kecil pada gadis kecilnya. Axelle mengangkat tubuh Camel, meletakkannya di posisi awal, sehingga Camel benar benar bisa melihat keluarga besarnya kumpul. Lalu di tengah sana, ada Iteng dalam gendongan pria besar berpistol.

Iteng hanya mengendus lalu menggeliat. Benar benar tidak paham dengan apa yang akan terjadi. Iteng menatap Camel, matanya berbinar. Lalu redup saat melihat Camel menangis sambil mencoba turun dari pangkuan Axelle.

Iteng tahu Camel majikannya. Yang memeliharanya. Yang mengambil Iteng saat ia berada dalam kandang kecil tanpa seorang induk. Camel yang menyangi dan tidak pernah memukul atau menendang Iteng saat Iteng tidak sengaja mencakar wajahnya.

Disana majikannya, bukan orang yang sedang memeluknya ini.

Iteng mencakar, lalu turun mencoba menghampiri Camel. Membuktikan bahwa Iteng adalah kucing betina yang kuat. Bisa melawan pria dewasa sehingga melepaskan tubuhnya.

Lalu Iteng menghampiri Camel, mencoba membantu Camel untuk lepas dari Axelle.

Namun nyatanya, bukan itu yang pria besar berpistol maksud. Ia hanya menunggu anggukan dari Axelle.

Setelah Axelle mengangguk dan memeluk Camel lebih erat, Pria besar berpistol itu mulai mengarahkan pistol pada bagian apapun Tubuh Iteng.

Mata Camel melebar. Camel meneriakkan nama Iteng diiringi dengan tembakkan pistol dengan suara yang memekakkan telinga.

Peluru itu melesat terlalu cepat sehingga Iteng tidak mempunyai waktu menghindar. Peluru itu membolongi kepala Iteng.

Iteng terjatuh, tepat di depan kaki Camel. Iteng kejang, diiringi dengan suara mencicitnya.

Darah mengotori lantai. Semerbak amis darah mulai tercium. Camel ingin memejamkan matanya, namun ia tak sanggup.

Setelah Iteng tidak melakukan pergerakan apapun, Camel kembali menangis meraung raung. Ternyata Axelle memang benar sekejam itu. Camel tidak mungkin menikah dengan pria kejam seperti Axelle. Namun Camel tidak sanggup menyaksikan keluarganya kejang seperti Iteng.

Camel tau Axelle tidak pernah bercanda dengan ucapannya. Axelle akan melakukan apapun. Membunuh hewan kecil yang lucu dan tidak berdosa saja Axelle bisa, apalagi membunuh beberapa orang yang menjadi penyebab Camel menolaknya. Itu adalah pekerjaan mudah.

Masih dalam tangisan yang meraung raung, Camel mendengar Axelle berbisik, "Jadi honey, menikah denganku atau keluargamu akan mati sekarang juga di hadapanmu?."

Yang Camel tau, hidupnya bukan lagi miliknya.

8 Maret 2020

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang