Broken

806 124 20
                                    

Blind - 7 (Broken)

Jika kamu putih, aku tidak ingin menjadi warna lain. Karena aku tidak ingin menghancurkanmu yang begitu sempurna tanpa kamu sadari.

"Aku mohon.. Jangan drama lagi" Camel terisak. Ia takut. Benar benar takut. Kenapa sekarang yang terdengar hanya caci dan maki?. "Aku.. Tidak ingin menikah denganmu, tuan. Aku mohon. Kau menakutkan" Camel berkata lirih.

Axelle terdiam. Ia membuat gadisnya bergetar ketakutan. Tanpa ia sadari, pelukannya sedikit melonggar sehingga Camel bisa terbebas dan berdiri.

Axelle tidak akan membiarkan Camel pergi. Lagi. Ini yang kedua kalinya. Mungkin untuk yang pertama tidak pernah Camel sadari. Namun saat ini Camel sadar. Sepenuhnya sadar. Dan Axelle tidak akan pernah membiarkannya.

Axelle berdiri, lalu kembali menarik tangan Camel yang baru berjalan beberapa langkah untuk kembali ia peluk.

Axelle memeluk Camel dilehernya. Terlalu erat sehingga Camel merasa ia tidak bisa bernapas. Camel memukul lengan Axelle yang melilit lehernya. Axelle mengabaikan. Gadisnya ini.. Nakal.

Axelle memperlakukan Camel seperti ratu. Namun, ratunya ini perlu sedikit latihan untuk menghargainya.

Jika Camel tidak bisa diperlakukan dengan manis, maka Camel akan diperlakukan dengan seharusnya.

Napas Axelle memburu. Ia membungkukan dirinya sehingga sejajar dengan telinga Camel.

Camel merinding dibuatnya. Napas Axelle benar benar bisa Camel rasakan. Suara napasnya yang memburu begitu keras di telinga Camel. Detakan dada Axelle juga terlalu keras sehingga Camel dapat merasakan semua itu. Camel tau, Axelle marah.

"Kau dengar ini, honey" jeda Axelle. Ia mengangkat pandangannya. Memberi tanda kepada pria berbadan besar untuk benar benar melakukan tugasnya, "aku akan membunuh keluargamu, jika kau menolakku."

***

"Aku akan membunuh keluargamu, jika kau menolakku" ucap Axelle tegas. Tepat di telinga Camel agar Camel dapat memproses ucapannya dengan cepat.

Camel masing loading. Ia tidak menggunakan earphone seperti keluarganya yang lain, sehingga Camel benar benar mencernanya. Sebenarnya bukan itu yang menghambat respond Camel, tapi Camel benar benar tidak menyangka jika pria berparas dewa bisa melakukannya.

Tiga pria berbadan besar terlihat merogoh saku mereka. Lalu sebuah pistol berwarna hitam dengan ukiran ukiran aneh di sisinya dan terlihat berat keluar dari saku mereka. Camel tau, itu bukan pistol mainan seperti di film home alone.

Pistol tersebut terangkat. Tiga pistol untuk masing masing kepala. Kepala ibunya, ayahnya, lalu kakaknya.

Setelah itu. Baru Camel sadar betul apa yang Axelle katakan. Camel terkekeh, "Kau... Kau bercanda" lalu Camel menangis. "LEPASKAN MEREKA BODOH" Camel berteriak histeris. Ia menggigit lengan kokoh milik Axelle. Berharap Axelle kesakitan lalu melepaskannya. Namun, ekspektasi benar benar di luar realita. Axelle tidak mengubah eskpresinya sedikitpun. "BUNDAAA!!."

Axelle mundur dengan tetap membawa Camel dipelukannya. Axelle kembali duduk di sofa. Pertunjukan yang akan membawa Camel kedalam pelukannya akan segera di mulai, "Ah.. Biar kau semakin percaya honey, bagaimana jika salah satu hewan berbulu lucu itu kita jadikan uji coba?" tanya Axelle enteng.

Camel mengernyit, lalu ia segera paham saat seekor kucing memasuki rumahnya. ITENG BEGO, NGAPAIN MASUK SEKARANG GOBLOK. Dalam hati Camel berteriak frustasi.

Iteng, kucing persia satu satunya yang Camel miliki. Ia rawat Iteng sepenuh hati sampai Iteng menjadi sebesar itu. Dan katanya akan di jadikan uji coba. Hah, jangan bercanda. Camel menyayangi Iteng. Sungguh. Walau Iteng itu jelek. Iteng pesek dan juga hitam tanpa ada warna lain di tubuhnya.

Camel menggeleng, "Aku mohon jangan. Aku mohon. Dia.. Dia.. Dia anakku" Camel menangis terisak isak. Mencoba terlepas dari pelukan Axelle untuk menghampiri Iteng.

Kenapa lepas dari pelukan Axelle bisa sesulit ini. Kalau tau akan seperti ini, Camel mungkin akan makan semakin banyak untuk menggemukkan badannya yang tidak bisa gemuk.

Camel frustasi, Iteng mulai di gendong oleh seorang pria berbadan besar yang tiba tiba masuk rumahnya. Sekarang, ada empat pria berbadan besar di ruang tamu rumahnya. Mereka bukan tamu, tentu saja. Atau lebih tepatnya, tamu tidak di undang yang tidak di harapkan.

"ITEENG!" Iteng menoleh sambil menjilati kakinya, "LARI BEGOO!" Iteng mungkin terlalu senang di gendong oleh pria berbadan besar yang Camel akui cukup tampan, sehingga Iteng hanya menggesekkan tubuhnya sambil mengeong manja di lengan pria berbadan besar itu. Camel rasa, setelah masalah ini selesai, Camel akan mengajari Iteng untuk tidak centil kepada orang asing. Itu juga kalau Iteng selamat. Kalau tidak, Iteng pasti mengeong menyesal.

Melihat tidak ada harapan, Camel menoleh pada Axelle. Axelle menunduk menatap Camel. Tidak ada senyuman lagi disana saat Camel menatapnya. Hanya ada pandangan kosong takut kehilangan. "Aku mohon, Axe. Jangan sakiti Iteng. Dia... Dia.. Dia nyawaku" Camel kembali terisak isak, "Aku mohon. Jadikan aku saja sebagai bahan uji coba, jangan Iteng" Camel memukul dada Axelle.

Axelle menggeram kesal, "Aku akan benar benar membunuh kucing itu jika kau berkata seperti itu lagi."

Axelle tau, mulai detik ini Camel dan tangisannyalah yang menjadi kelemahan Axelle. Dan itu yang Axelle takutkan.

7 maret 2020

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang