Home sweet home!

623 70 9
                                    

Blind - 17 (Home sweet home! )

Aku tidak pernah berhenti mencintaimu. Aku hanya menyembunyikannya.

"Tunggu dulu" Axelle menarik tangab Camel yang hampir membuka pintu mobil.

Camel mengernyit, mengurungkan niatnya untuk segera turun dan masuk ke dalam rumah. Lebih baik ia mendengarkan Axelle sekali kali daripada harua berakhir seperti tadi malam, "Apa?" tanyanya.

Axelle tersenyum, mengusap pipi Camel dengan gerakan memutar. "Ingat honey, pernikahan kita sebentar lagi. Mungkin beberapa hari ini aku tidak bisa menemuimu karena aku harus mengurus pernikahan kita. Tapi akan ada beberapa pelayanku yang akan menjagamu."

Camel menghela napasnya. Menjaga dalam artian Axelle adalah mengekang Camel. Membatasi segala ruang geraknya. Memerintahkan Camel agar tidak melakukan ini-itu.

Dengan terpaksa, Camel mengangguk.

Axelle merasakan perasaan membuncah dalam dadanya melihat Camel yang patuh. Ia semakin merasa... Sempurna. Kehidupan yang Axelle inginkan. Tidak ada yang melawannya, walau itu Camel sekalipun.

Axelle menarik tangan Camel. Memangkas jarak yang ada di antara mereka berdua, sehingga hanya ada secelah udara yang melewati mereka.

Napas Axelke memberat. Menyapu bibir Camel, sehingga bibirnya terbuka. Mata Axelle turun memperhatikan bibir Camel. Bibir yang pernah ia rasakan, dan akan selalu menjadi candunya.

Axelle menelan salivanya, menjilat bibir bawahnya. Menahan perasaan yang bergejolak.

Axelle bukanlah pria suci. Sudah banyak perempuan yang Axelle nikmati hanya untuk menggantikan perasaan yang Axelle miliki untuk Camel.

Ia berkali kali meledakkan dirinya pada mereka. Namun hanya wajah Camel yang ada di bayangannya, dan nama Camel yang selalu ia sebut saat mencapai titik kepuasan.

Axelle tidak kuasa, ia menarik tengkuk Camel sehingga jarak diantara mereka benar benar tidak ada.

Camel tidak protes seperti biasanya. Atau mungkin Camel masih tidak percaya.

Axelle menggerakkan bibirnya bergantian. Menarik dagu Camel kebawah sehingga ada cela diantara bibir Camel yang memudahkan Axelle untuk menjelajahi mulutnya.

Lidahnya masuk, mengabsen satu persatu susunan gigi Camel. Lalu membelit lidahnya sehingga mereka bertukar saliva.

Camel memukul bahu Axelle saat ia kehabisan oksigen untuk ia hirup.

Axelle menjauh, sebelum benar benar menarik dirinya dari Camel, Axelle menggigit bibir Camel.

"Kau tau, aku mencintaimu."

***
"

Buun? " Camel memasuki rumahnya perlahan lahan. Mengangkat kakinya bergantian dengan gerakan slow motion agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.

Keadaan rumahnya gelap, bersih dan dingin, seperti tidak di huni untuk beberapa hari.

"Bunda?" Panggil Camel pelan. Satu sisi, Camel berharap agar tidak ada keluarganya d rumah. Namun di sisi lain Camel berharap mereka menyambut kedatangannya.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang