Blind - 12 (Wedding Dress)
Experience more.
"Aku akan setuju dengan apa pun yang kau ingin, honey" Axelle mengusap rambut Camel sambil tersenyum manis. Setelah meminta secara baik baik kepada Camel untuk ikut dengannya ke butik, akhirnya Camel setuju.
Baik baik menurut Axelle. Bukan menurut Camel.
Camel menghela napas. Apakah Axelle lupa kalau calon istrinya ini adalah remaja berusia delapan belas tahun, sedangkan Axelle sendiri pria dewasa yang Camel sendiri tidak tau berapa umurnya. Selera mereka pasti berbeda.
Kalau Camel, melihat barang lucu saja pasti langsung ia beli. Walau secara harfiah dia tidak membutuhkan. Asal lucu, pasti Camel beli. Tidak memikirkan sesusah apa mencari uang, dan semendesak apa barang lain yang Camel butuhkan. Secara garis besar, Camel juga memilih barang yang menurutnya unik, menggemaskan, dan jarang. Tidak mementingkan unsur keindahan ataupun kesopanan yang pasti akan di pikirkan oleh orang orang dewasa seperti Axelle.
Camel memanfaatkan kesempatan yang ada. Selagi Axelle mengangkat telepon yang Camel sungguh tidak peduli siapa itu, Camel asik memilih baju baju kurang bahan yang Camel pikir akan sangat cocok jika ia gunakan di pantai, bukannya memilih gaun pengantin.
Mata Camel berbinar saat melihat salah satu pakaian yang pasti sangat pas di badannya. Namun saat Camel mengangkat kedua tangannya, perut rata Camel akan terekspos dengan indah. Ah, Camel jatuh cinta pada baju ini.
Camel mengambilnya, meletakkannya di depan badan dan mencoba mengukur ukur.
"Honey" badan Camel langsung tegang saat ia merasakan sentuhan sepanjang punggungnya. Axelle ini...apakah dia tidak bisa berhenti melecehkan Camel?.
Axelle memperhatikan baju yang Camel pegang. Membayangkan Camel memakai baju itu untuk menggoda dirinya membuat Axelle memejamkan matanya. Namun ia tau, baju itu sangat tidak cocok jika hanya di gunakan di dalam kamar. Pasti Camel akan menggunakannya untuk pergi bersama teman temannya. Teman pria maupun wanita, lalu pria mata keranjang akan dengan bebas mentap tubuh Camel.
Tidak. Axelle tidak rela. Tubuh Camel hanya miliknya.
"Aku suka baju itu. Seksi dan menggoda" Camel menoleh saat melihat respond Axelle tentang baju di tangannya. Axelle menoleh saat merasa Camel memperhatikannya. Mata mereka bertemu, mulut Axelle terbuka nakal sebelum membentuk senyuman miring, "Namun percaya padaku honey, aku lebih suka kau tidak memakai apapun. Karena itu akan mempermudah segalanya."
***
Axelle menyerahkan Camel kepada pelayan di butik itu selagi Axelle kembali mengangkat telepon.
Camel terlihat semakin kesal. Wajahnya tertekuk karena ucapan vulgar Axelle. Tidak vulgar sebetulnya, hanya Camel tidak nyaman mendengar kata kata seperti itu.
"Maaf mengganggu nyonya, tapi gaun seperti apa yang kau inginkan?" tanya pelayan wanita yang masih setia mengikuti setiap langkah Camel.
Camel menoleh, ia tidak tau gaun seperti apa yang bagus untuk pernikahan. Camel jarang ikut ibunya menghadiri pernikahan. Sekalinya ikut, yang pengantin gunakan hanya kebaya, sesuai dengan adat yang di gunakan. Namun sesuai dengan apa yang Axelle katakan, tema pernikahan mereka terbuka. Garden party atau apa lah itu. Mereka akan mengadakan di dua tempat berbeda. Dan Camel yakin, Axelle tidak mungkin menggunakan adat betawi, sunda, atau bahkan jawa. Rasanya tidak pas.
"Bisa tante kasih liat ke aku, gaun gaun terbaik di sini?."
***
Mata Camel berbinar saat melihat gaun yang di sandingkan dengan jas. Sepasang.
Camel tidak peduli dengan jas. Camel yakin Axelle akan menggunakan apapun yang Camel pilih, meskipun itu jas dengan bawahan sarung.
Matanya terpaku pada gaunnya.
Gaun pernikahan yang Camel yakini akan menutupi seluruh tubuh kecilnya. Namun Camel rasa itu akan melekat sempurna di tubuh Camel.
Dengan panjang yang Camel rasa melebihi mata kaki, namun bagian punggung gaun itu terbuka sampai sebatas pinggul. Bagian lengan gaun itu juga cukup terbuka sehingga akan memunculkan tulang selangkanya. Panjangnya memang melebihi mata kaki. Namun bagian bawah gaun tersebut tembus pandang sampai sebatas paha sehingga akan memperlihatkan kaki mulusnya.
Bagian pinggang gaun tersebut di sertai dengan tali yang ukirannya tidak dapat Camel jelaskan. Batik, namun lebih elegan.
Warna gaunnya putih bersih di sertai dengan kerlap kerlip yang tidak berlebihan di tempat yang seharusnya. Menambah kesan dewasa.
Mata Camel melirik jas yang berdiri di samping gaun itu. Warnanya berbeda, namun sungguh serasi jika di sandingkan, "Aku memilihnya. "
"Tidak. Aku menolak."
***
"Tidak. Aku menolak" Axelle masuk dengan langkah tergesa gesa. Melihat pilihan Camel jatuh pada gaun yang sangat terbuka, tentu Axelle menolak. Enak saja.
"Pilih yang lain, honey. Gaun ini terlalu terbuka" katanya mutlak.
Mata Camel melebar. Tinggal di bumi bagian mana Axelle ini. Came saja yang tinggal di negara yang menjunjung tinggi kesopanan masih merasa gaun ini layak. Dan laki laki ini?. Gila. Sungguh gila.
Camel menggeleng, "Ini, atau tidak sama sekali" katanya sambil menunjuk gaun yang Camel maksud.
Para pelayan di sekitar mereka hanya diam. Tidak berani ikut campur.
Axelle mengangkat alisnya. Ia mendekati gaun tersebut. Menelitinya dengan mata tajam pria itu. Tanpa meminta bantuan, Axelle mengambil gaun tersebut, "Ini?" tanya Axelle.
Camel mengangguk semangat, gaun ini benar benar indah, "Iya. Aku akan meng-"
Sreek.
"Oops honey, maaf. Aku rasa kau tidak bisa menggunakannya lagi."
12 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND
RomanceWarning!! •On-Going "Listen to me baby, i'll kill your family if you refuse me " Ada dua hal yang tidak bisa Camel terima secara lapang dada di dunia ini. Yang pertama kebahagiaannya yang tiba tiba terampas. Lalu omong kosong yang menawarkan kebah...