9-Disebuah Malam

3.1K 124 2
                                    

Azril baru saja teringat tujuan utamanya kesini untuk memberitahukan Fiza bahwa temannya menjenguknya. "Saya mau bilang, ada teman kamu dibawah. Biar saya panggil untuk menemui mu di kamar ya..."

Fiza memberanikan mendongakkan kepalanya. Namun ia tidak menatap wajah tampan pacar halalnya itu. "Tidak usah, Mas, biar Fiza menemuinya di bawah."

"Kamu yakin?"

"Iya, Mas."

"Yaudah, sini saya bantu," ujar Azril kemudian membantu Fiza untuk berjalan.

Ketika berjalan menuju ruang tamu, kedua insan yang disatukan dengan ikatan halal itu menghentikan langkahnya sejenak dengan kening yang berkerut saat melihat pria dan wanita yang sedang duduk disofa saling membelakangi dengan raut kesal. Seperti anak kacil yang sedang bertengkar saja.

"Diana," panggil Fiza membuat wanita yang bernama Diana itu menoleh kearahnya.

Wajah kesal Diana seketika berubah menunjukkan senyum manisnya "Eh... Fiza." Fiza membalas senyum sahabatnya tak kalah manis. Kemudian Fiza dan Azril kembali berjalan. Lalu, mereka duduk di sofa  berwarna abu-abu itu.

"Sudah lama nunggunya, Din?"

"Gak lama kok," sahut Diana.

Disaat mereka sedang berbincang-bincang. Tiba-tiba Bi Halim datang dengan tangan yang sedang membawa nampan yang berisikan segelas sirup. Mungkin itu untuk Diana, menurut Fiza.

Namun berbeda dengan Azril. Ia melihat Bi Halim membuat wanita beranak dua itu berkata, "maaf Tuan, saya tadi bikin minumannya sesuai yang diperintahkan Tuan. Ternyata minumannya kurang satu," jelas Bi Halim yang takut Azril mengira bahwa ia melakukan pekerjaannya dengan lambat.

Bi Halim meletakkan segelas minuman berwarna jingga itu di atas meja, tepat didepan Diana duduk.

Merasa ada yang aneh, Azril menatap Qois penuh selidik. Qois menyengir. Kemudian berucap, "tiba-tiba tenggorokan gue pengen yang dingin-dingin. Dan kebetulan Bi Halim yang cantik ini bawa minuman dingin. Ya gue minum aja." Azril menggelengkan kepalanya.

"Oh iya... Qois yang tampan, baik hati dan tidak sombong  ini mau mengucapin terimakasih kepada Bi Halim yang cantik jelita. Kopi sama sirup buatan Bibi enak baget," katanya sembari mengangkat kedua jempolnya.

"Dan Qois masih belum tahu rasa masakan Bibi. Nanti Bibi masakin buat Qois ya..." Bi  Halim tersenyum dengan tingkah sahabat tuannya itu.

"Siap," sahut Bi Halim.

Setelah itu Bi Halim kembali mengerjakan pekerjaanya yang sempat tertunda.

"Maaf ya, teman saya ini kelakuannya memang seperti itu," ucap Azril kepada Diana. Diana yang sudah mengerti bahwa pria itu memang menyebalkan . Sangat!!

"Iya, memang ngeselin tuh orang." Azril mengernyitkan kening. Apakah mereka telah saling kenal?

"Tapi gue baik kan?" tanyanya dengan senyum sok gantengnya.

Diana akui bahwa Qois memang orang baik. "Iya," sahut Diana. "Tapi tetep aja lo ngeselin!! gak ngehargai gue!!"

"Kok lo masih bahas itu lagi. Kan gue sudah bilang, waktu itu gue lagi ada urusan mendadak. Gak ada waktu lagi buat pamit sama lo."

"Setidaknya lo nunggu gue bentar."

"Gue gak ada waktu."

"Padahal gue ambil minumnya gak sampai 5 menit."

"Beberapa kali gue udah bilang, GUE GAK ADA WAKTU."

"Sok sibuk banget lo."

"Emang gue sibuk!!"

Kekasih Halalku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang