11-Benar Menerimanya?

2.8K 113 0
                                    

Saat ini kembali senyumannya merekah sangat indah, setelah semua perilaku buruk Azril yang berkali kali membuat air matanya mengalir tanpa diperintah. Kali ini wanita yang sempat kehilangan kebahagiaannya itu sedang berada di meja makan menyiapkan berbagai macam masakannya untuk menu sarapan sang suami.

"Alhamdulillah, sudah beres," gumam wanita yang telah menggunakan seragam dinasnya lengkap dengan hijab panjangnya.

Dengan semangat wanita bermata teduh itu berjalan menaiki setiap anak tangga sampai akhirnya menghentikan langkahnya dihadapan pria yang duduk di tepi ranjang dengan tangan yang sedang sibuk memasangkan kaus kaki di kakinya.

"Mas, sarapannya sudah siap," ucap Fiza memberi tahu.

"Kamu duluan saja, bentar lagi saya nyusul," katanya tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.

Fiza menurut apa yang diperintahkan Azril. Kemudian ia membalikkan badan dan kembali berjalan menuju meja makan.

Tak sampai 5 menit Azril telah turun dari lantai dua. Dan kini pria itu tengah duduk di kursi memperhatikan Fiza yang sibuk melayaninya.

"Abi sama Ummi gak ikut sarapan?" Tanya Azril ketika tidak melihat mertuanya.

"Abi sama Ummi sudah berangkat ke bandara tadi."

"Hah?! Kenapa kamu tidak panggil saya?! Saya yang akan mengantarkam Abi dan Ummi," ucap Azril sedikit kesal.

"Sebenarnya Fiza sudah mau manggil Mas Azril, tapi Ummi melarang. Takut ngerepotin Mas katanya."

"Gak ada kata ngerepotin untuk saya. Abi sama Ummi sudah saya anggap sebagai orang tua saya sendiri." Fiza tersenyum mendengarnya.

"Oh ya, Abi sama Ummi nitip salam buat, Mas."

"Waalaikumussalam," jawab Azril.

Setelah itu, suasana hening sejenak. Kemudian Fiza berdiri dari duduknya hendak melayani suaminya.

"Mas mau yang mana? Ayam koloke mau? Udang saus tiram juga mau? Omelet juga ya, Mas?" Tanya Fiza kepada sang suami. Namun, sebelum Azril mengiyakan, terlebih dahulu Fiza menaruh berbagai lauk di piring milik Azril.

"Sayurnya mau yang mana, Mas? Tumis kangkung?" Lagi-lagi tanpa menunggu persetujuan Azril, Fiza kembali menaruh tumis kangkung di piring Azril yang telah penuh dengan berbagai lauk.

"Ini lagi ya, Mas?" Ketika Fiza hendak meletakkan sayur yang berbeda di piring Azril, pria yang sedari tadi hanya memperhatikan Fiza, kini mulai buka suara. "Fiza, stop!!" Fiza menghentikan kegiatannya. Wajah gembiranya kini berubah ketika Azril menyuruhnya untuk berhenti dengan meninggikan nada suaranya.

"Jangan semuanya, piring saya sudah penuh, tidak mungkin saya bisa menghabiskannya," ucap Azril dengan menurunkan nada bicaranya.

"Maaf," kata Fiza yang masih menundukkan kepalanya.

"Duduklah!! kamu itu disini sebagai istri saya, bukan pelayan yang akan saya gaji tiap bulan." Seketika senyum Fiza merekah. Hatinya menghangat ketika Azril mengatakan istri saya. Apa benar dipikiran Fiza bahwa Azril telah menerimanya sebagai istri sahnya?

"Tapi kan, tugas seorang istri itu melaya---" ucap Fiza terpotong.

"Duduk!"

*****

Tadi pagi rasanya berbeda, entah kenapa Azril merasakan bahagia ketika Fiza melayaninya dengan tulus.

Hal ini lah yang ia inginkan bertahun-tahun lamanya. Namun berbeda, jika dulu ia menginginkan Nada yang akan selalu ada untuknya. Takdir Allah berkata lain, bukan Nada yang akan mendampingi dirinya, akan tetapi Nafiza.

Kekasih Halalku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang