25- Luka Baru

836 61 4
                                    

Lima bulan kemudian.

Waktu berlalu begitu cepat. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Begitu pula dengan yang Azril rasakan. Padahal baru kemarin dia mendapatkan kabar bahagia bahwa sang istri sedang mengandung buah cintanya. Namun kini, sebentar lagi dirinya akan bertemu dengan Azril junior.

Perut Fiza yang tadinya datar kini kian membesar membuatnya sedikit kesusahan untuk berjalan. Bahkan untuk berdiri saja Fiza tidak kuat berlama-lama.

"Fiza mau yang ini boleh ya?" ucapnya seraya menunjuk menu pilihannya.

"Boleh, apa yang kamu ingin pesan saja. Tapi, harus Fiza habiskan." Mata Fiza membinar mendengarnya.

"Asik...Makan besar nih," gumamnya.

Semenjak kehamilannya menginjak 4 bulan, nafsu selera makan Fiza ikut meningkat drastis. Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, untuk makan saja harus dipaksa dan itupun hanya sedikit yang masuk kedalam perutnya.

"Mas Azril mau pesan apa?"

"Terserah sudah."

Ternyata Azril sama seperti kita saudara-saudara, jika ditanya selalu jawabnya terserah. Awas saja nanti ngomel makanan yang Fiza pesan Azril kurang menyukainya. Dipastikan dia akan mendapatkan omelan Fiza.

"Tadi ya mas Fiza kan buka tiktok."

"Terus?" sahut Azril.

"Dari banyaknya vidio yang Fiza lihat, ada satu vidio yang bisa buat Fiza jadi pengen makan malam sama Mas Azril."

"Lah.... bukannya tiap hari kita makan bareng."

"Iya, tapi di vidio itu beda mas. Di mejanya itu ada lilin, bunga juga alunan musik. Jadi suasana dinner itu semakin romantis."

"Kalau gitu, nanti mas cari restoran seperti itu ya." Fiza mengangguk, ia senang bukan main ketika suaminya kini selalu peka dengan kode-kode yang ia berikan. Tak apa meskipun bukan malam ini, yang penting Azril mengiyakannya saja dulu.

******

"HANDPHONE NYA BUNYI MAS!!" teriak Fiza setelah mendengar ponsel Azril yang berkali-kali berbunyi tapi tak kunjung diangkatnya.

"Kemana sih Mas Azril," gumam Fiza.

Fiza mempercepat mandinya, ia takut ada hal penting yang ingin disampaikan kepada Azril mengingat ponselnya itu terus berbunyi tanpa henti.

Ketika Fiza keluar dari kamar mandi, ponsel Azril berhenti berdering. Kemudian Fiza mengambil benda pipih tersebut, berinisiatif untuk memberikannya kepada Azril.

Ketika hendak berjalan mencari keberadaan Azril, ponsel yang dipegangnya itu mendapatkan notifikasi.

Kening Fiza berkerut saat tak sengaja melihat nama yang tertera pada layar ponsel suaminya.

Nama itu tidak asing bagi Fiza membuat memorinya mengulang pada kejadian satu tahun yang lalu.

"Nada?" gumamnya.

"Iya, aku Nada, Mas Azril tidak mengenaliku?"

"Jujur Mas, sikap Mas Azril berbeda saat ini kepadaku. Aku sengaja melakukan ini agar bisa memastikan bahwa Mas Azril masih Mas Azril yang aku kenal dulu. Ternyata, Mas Azril memang benar-benar berubah. Ketika aku tidak ada kabar, Mas Azril tidak mencariku sekalipun." Nada mencoba menahan matanya untuk tidak menumpahkan cairan bening yang telah menggenang. Namun, nyatanya tidak bisa. Air matanya meluncur sangat deras.

"Mana Mas Azril yang dulu? Yang berjanji untuk setia menungguku kembali? Berjanji akan menikahiku ketika ku kembali? Apa Mas Azril melupakannya?! Atau memang, janji itu tidak akan Mas Azril tepati?! Apa wanita itu alasan dari sikap Mas Azril kepadaku?! Apa posisiku telah tergantikan, Mas?! Apa itu benar Mas?!" Tangis Nada semakin pecah. Bahunya bergetar membuat Azril ingin menenangkannya dalam pelukannya. Namun, tidak!! Azril tidak bisa melakukan itu.

Kekasih Halalku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang