16-Menyakiti Dua Hati

2.6K 109 0
                                    

Azril rasa dari semalam dia sedikit tak waras. Ketika ia memeluk erat tubuh mungil Fiza tanpa berfikir panjang dan mengecup kening wanitanya yang mampu membuatnya malu akan tingkahnya sendiri.

Pria yang sedang duduk di ruang kerjanya pun bingung dengan perasaanya saat ini. Apakah dia mulai menyukainya atau bahkan telah jatuh cinta? Sepertinya Azril tak yakin bahwa dialah seorang yang mampu menggantikan Nada dari hatinya.

Bicara tentang Nada, tiba-tiba Azril teringat pada wanita itu. Bagaimana keadaannya saat ini? Kenapa akhir-akhir ini Nada tidak menghubungi Azril?

Azril khawatir, sudah dua minggu Nada tidak memberi kabar kepadanya. Bagaimanapun wanita itu juga pernah dicintainya. Atau bahkan masih dicintainya.

Drt....drt...

Handphone Azril bergetar memecah lamunannya. Azril pastikan kali ini bahwa nama Nada yang tertulis disana. Azril membutuhkan jawaban atas pertanyaan yang akan dia lontarkan kepada Nada agar hilang rasa khawatirnya.

Namun, ketika melihat nama Fiza yang muncul dilayar benda persegi panjang itu. Ada perasaan sedikit kecewa saat mengetahui bukanlah seorang yang diharapkannya.

Astaghfirullah, ada apa denganmu Azril?? Bukanlah kamu telah berjanji akan menjaga perasaan Fiza? Kamu harus bisa mengikhlaskan Nada. Dia ditakdirkan bukan bersamamu. Bidadarimu yang sesungguhnya adalah Fiza.... Batin Azril mengingatkan pada dirinya sendiri agar tidak mengulang kembali kesalahan yang pernah dilakukannya.

Azril kemudian menggeser panel yang ada di layar telfonnya.

"Assalamualaikum, Mas. Fiza mau nanya, apa Mas Azril sudah makan siang? Soalnya Fiza lagi pengen makan mie ayam yang ada di Jl. Hayam Wuruk." Suara Fiza yang terdengar dari spiker handphone. Azril menjawab salamnya.

"Mas belum makan siang. Tapi, Mas ada meeting setelah makan siang, Mas takut telat. Kalau mienya gak beli sekarang gimana? Nanti pulang kantor Mas belikan Fiza ya."

"Hm.... kalau Fiza iya iya aja. Masalahnya mie disana cepet habis. Jadi, sore warungnya sudah tutup. Fiza pengen pakek banget mie ayam di situ Mas. Fiza, sudah ngajak temen-temen pada gak mau." Ocehnya membuat Azril tertawa kecil mendengar suara kesalnya.

"Ya udah, kita beli sekarang." Sambil mengatakan itu, Azril mencari kunci mobilnya.

"Eh... gak usah Mas, biar Fiza berangkat sendiri. Mas Azril sebentar lagi ada jadwal meeting."

"Gak papa, toh ini waktunya masih lumayan lama," kata Azril yang pastinya membuat Fiza bahagia dengan hal sesederhana itu.

"Tunggu ya, sebentar lagi Mas jemput."

"Gak usah Mas, untuk mempersingkat waktu, biar Fiza ke kantor Mas Azril saja. Jadi Mas Azril gak perlu jemput Fiza ke sekolah."

"Jangan, biar Mas jemput."

"Tapi Mas, biar menghemat waktu."

"Udah, tunggu saja sebentar,"

"Mana kuncinya kok gak ada?" Samar-samar Fiza kembali mendengar suara di sebrang telfon. "Kenapa Mas?"

"Ini kunci mobilnya gak ketemu. Mas lupa taruhnya dimana."

"Gak ketinggalan di mobil Mas? Coba di ingat-ingat lagi Mas." Azril diam sejenak, ia mencoba mengingatnya.

"Arfan!! iya!!"

"Gimana Mas, sudah ingat? Ada dimana emangnya Mas?"

"Sepertinya ada meja Arfan. Sebelum Mas ke rungan, Mas nemuin Arfan terlebih dahulu. Kemungkinan terbesar ada di meja Arfan," katanya seraya berjalan menuju ruang kerja Arfan.

Kekasih Halalku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang