2 | Rasa sakit yang tidak sebanding

8.4K 705 14
                                    

AFTER YOU'VE GONE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AFTER YOU'VE GONE

PELAJARAN Biologi telah berlangsung kurang lebih dua jam, tapi sejak sepuluh menit lalu, Dewa telah kehilangan fokusnya untuk menyimak materi yang disampaikan Bu Laras. Laki-laki itu termenung sembari menatap kosong pada papan tulis putih sampai Kava menyenggolnya. Dewa menatapnya bingung. “Apa?”

“Tugas kelompoknya mau kerjain di mana?”

“Ha?” Dewa mengernyitkan keningnya tidak mengerti.

Kava berdecak kesal. “Ketahuan lo nggak nyimak apa yang dibilang sama Bu Laras. Hadeh! Dew, ini hari ulang tahun lo deh, tapi kenapa lo suram amat?”

Dewa melempar cengiran lantas menggaruk tengkuknya. “Santai aja kali. Emangnya Bu Laras ngomong apa?”

“Kerja kelompok. Isinya tiga orang. Terus udah dibagi.”

“Sama siapa aja?” tanya Dewa.

“Tuh.” Bibir Kava menunjuk pada seorang gadis berperawakan kurus yang melangkah mendekati keduanya. “Terus gue dan lo. Kita sekelompok.”

Dewa mengenali gadis itu sebagai Firsa, atlet lari kebanggaan sekolah ini. Meskipun sudah dua tahun berada di satu kelas yang sama, tapi Dewa tidak pernah terlihat obrolan bersama gadis itu. Bukan karena Firsa sombong, atau Dewa yang demikian, hanya saja memang tidak ada hal yang perlu diobrolkan andai tidak ada tugas kelompok seperti ini.

“Kalian kenapa?” Firsa menunjukkan ekspresi heran saat menyadari dua laki-laki itu menatapnya tanpa kedip.

“Nggak.” Dewa menggeleng kaku.

“Ya udah. Kita kerjain di mana tugasnya? Rumah lo? Atau lo...” Jari jempol Firsa menunjuk Dewa dan Kava secara bergantian. “Atau gue?”

“Rumah lo aja.” Dewa menjawab. Satu dari seratus alasan dia tidak memberikan izin kepada teman kelompoknya untuk mengerjakan tugas di rumahnya adalah kenyamanan Bunda. Ia tahu wanita itu memerlukan keadaan tenang sesudah lelah syuting film, meskipun Dewa bisa saja membawa teman-temannya ke gazebo belakang atau ke kamarnya, tapi tetap saja, selain itu Bunda selama ini juga melindungi identitas sebenarnya Dewa.

Firsa mengangguk.

Jadi, diskusi Biologi hari itu berakhir kala bel pertanda pulang menggema.

Dewa langsung mengemasi buku-bukunya ke dalam tas. Lantas menyambar jaket yang dia sampirkan di badan kursi.

“Gue duluan ya.”

After You've GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang