8 | Sebentuk perhatian kecil

6.1K 645 30
                                    

Dewa benci saat dirinya mengalami kelaparan di tengah malam yang mengharuskannya untuk turun ke lantai bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewa benci saat dirinya mengalami kelaparan di tengah malam yang mengharuskannya untuk turun ke lantai bawah. Bukan apa, ia hanya sedang tidak ingin berpapasan dengan Bunda yang kerap pulang jam segitu. Dewa hanya tidak ingin Bunda merasa tidak nyaman melihatnya, jadi ia bertindak tahu diri daripada membuat wanita itu muak melihatnya. Sayangnya tengah malam kali ini, Dewa mau tidak mau harus turun ke dapur supaya cacing dalam perutnya tidak terus-terusan mendemo dan mengganggu waktunya belajar. Sebelum lupa menceritakan, Dewa itu pengidap insomnia parah. Laki-laki itu bisa saja melek sampai pagi dan paginya lagi. Sehingga tidak usah heran melihat kantung mata hitam kian pekat di bawa matanya. Dan tidak seperti orang pada umumnya yang menghabiskan tengah malamnya dengan bermain ponsel, Dewa menggunakan waktunya untuk kembali mengulang pelajaran atau membaca pelajaran yang belum ia pahami——walau bisa dikatakan, ia hampir menguasai semua mata pelajaran kelas sebelas.

Tampaknya Dewa benar-benar serius dengan perkataannya mendapat beasiswa.

Dan juga, siap untuk berjauhan dengan Adera.

Dewa menuruni tangga sembari memegangi perutnya yang terus berbunyi, membuatnya menggerutu lalu mempercepat langkah menuju dapur. Sesampai di sana langsung membuka kulkas dan kontan mengesah kala hanya mendapatkan mie dan beberapa helai sayuran hijau.

“Makan mie kayaknya enak,” gumamnya. Kemudian bergerak mengeluarkan bahan-bahan seperlunya. Sepertinya ia harus berbelanja besok.

Cukup lama menunggu air sampai mendidih dan memotong sayur, suara pintu depan yang terbuka membuat Dewa mematung. Matanya mengedar lalu menemukan figur wanita yang sedang berdiri melepas high heels. Dewa lekas tersadar kala bunyi blup blup dari panci terdengar, laki-laki jangkung itu lantas bergerak memasukkan mie.

Bunda datang ke dapur tidak lama kemudian dan mendekati dispenser untuk mengambil minum. Wanita itu sama sekali tidak memandang ke arah dirinya. Bertindak seolah tidak ada orang lain selain dirinya.

Dewa jadi canggung, padahal biasanya ia akan menyapa wanita itu walau hanya sekadar basa yang sudah basi.

Dewa mengaduk pancinya dalam pikiran yang lari ke mana-mana, sampai tanpa sadar Adera berdiri melihatnya dengan hampa. Sebentuk tatapan yang tidak lagi menyiratkan penolakan, tapi seperti kekecewaan. Adera berbalik dan berderap menjauhi area dapur.

Dewa tersadar lalu lekas bergerak mematikan kompor, sayangnya pergerakannya terlampau buru-buru sampai tangannya tanpa sengaja menyenggol gagang panci sehingga benda tersebut jatuh dengan dramatis ke lantai, tepat di atas sepasang punggung kakinya. Dewa kontan menjerit begitu hawa panas terasa menusuk kulit dan berjongkok menyingkirkan untaian mie di atasnya. Ia meringis perih.

“Makanya jangan ceroboh! Gini aja nggak bisa!”

Sebuah tangan menariknya berdiri kemudian bergerak menjauhkannya dari lokasi tumpahan mie kuah panas. Adera berdecap lalu berjalan menjauhinya. Dewa pikir wanita itu akan meninggalkannya di sini, tapi rupanya Adera kembali lagi dengan pasta gigi. Sanggup membuat Dewa tidak dapat berkata-kata karena sesaat kemudian Adera berjongkok di depannya dan mengoleskan odol tersebut ke bekas tumpahan air panas.

After You've GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang