MLP; One

4.3K 465 21
                                    

"Tae, sebelah sana masih bocor. Perbaiki ulang!"

"Ya."

"Yang ini temperaturnya tinggi, turunin."

"Sudah."

"Mesin B sudah dicek belum?"

"Akan."

"Good! Oh, sudah jam segini. Saya mau ke pantry sebentar. Nanti kita gantian, okay?"

Taehyung melirik jam di ponselnya, kemudian mendengus sebal.

Ngopi lagi? Yang benar saja.

Taehyung hela napas lelah. Bukan main sekali pekerjaanya hari ini. Menjadi asisten mekanik memanglah pekerjaan utamanya, tapi kalau sepanjang hari ia hanya diperbudak begini ya tidak asyik juga.
Tadinya ia pikir tak masalah jika Park Hyungsik yang jadi partner kerjanya hari ini, sebagai pengganti Choi Minho yang mendadak cuti. Ia pikir, bekerja dengan siapapun tak masalah, toh juga sama saja. Rupanya anggapan itu buyar lantaran seniornya itu sangatlah pemalas.

Hampir semua mesin yang mengalami kerusakan, berhasil ditangani Taehyung seorang diri. Sedangkan Hyungsik? Ia sibuk dengan gawainya dan tak acuh terhadap pekerjaannya sendiri. Ia baru akan beranjak dari kursi jika ada manajer yang melintas untuk mengawasi mereka. Setelah itu, ia kembali mojok dan asyik bermain game.

"Pak,"

Taehyung menghampiri atasannya di kantor khusus mekanik, niatnya ingin mengadu soal partner kerjanya itu.

"Kenapa, Tae?"

"Besok saya out dari line 5 ya, saya capek."

Nam Woohyun, mekanik senior itu tertegun, "Kok dadakan sih? Ada apa?"

"Mendingan saya capek sekalian sama machinery team daripada kerja di line tapi partnernya macam Bang Hyungsik."

Woohyun tertawa, paham, "Baru pernah ketemu Hyungsik kamu ya? Dia emang kayak gitu orangnya, suka malas. Tapi aslinya di itu terampil lho, Tae."

"Terampil kalau tidak dipergunakan sebagaimana mestinya ya buat apa, Pak" Taehyung mendengus, "Pak, sekali ini saya minta tolong. Sebelumnya mana pernah sih saya minta yang aneh-aneh ke Bapak. Saya cuma tidak mau kerja sama, dengan orang yang memang tidak bisa diajak bekerja sama."

"Lah terus kalau kamu out, yang jadi asistennya Hyungsik siapa?"

"Suruh dia kerja sendiri. Kalau ada asisten dia malah asyik main gim, Pak. Makan gaji buta dong namanya."

Woohyun terkekeh maklum, "Tae, kamu cuma perlu membiasakan diri sama dia saja sebenarnya. Kalau kamu sudah tau betapa ajaibnya tangan dia nanganin mesin-mesin di sana, pasti kamu bakal berubah pikiran."

Taehyung gelengkan kepala, tak tertarik sama sekali. Ia sudah kepalang lelah dan malas bernegosiasi, "Pindahkan saya saja deh Pak. I think it's gonna be better."

"Begini saja deh," Woohyun menepuk bahu Taehyung pelan, "Saya kan tidak bisa putuskan masalah ini sendirian. Saya perlu runding dulu sama senior lain soal perlu tidaknya kamu dipindahin. Kan kamu tau sendiri kalau semua mekanik di sini sudah ada pair-nya masing-masing."

Taehyung menghela napas lesu, ia tau kalau permintaannya ini mana bisa langsung direspon positif, "Ya sudah deh."

"Pak Nam, ada yang ingin bertemu Bapak," sekretaris Woohyun berucap setelah mengetuk pintu. "Dia bilang dari bagian rubber."

Woohyun mengangguk, "Suruh masuk saja."

"Saya balik deh, Pak. Permintaan saya yang tadi tolong dipertimbangkan lagi," Taehyung berucap sebelum berbalik badan. Bersamaan dengan seseorang yang baru masuk ke dalam ruangan, dan sontak berikan efek kejut pada jantung Taehyung.

Deg.

Sekali. Tapi kencang bukan main.


"Kamu?!"


To be continued..


Bersambungnya ala ala sinetron escetepe banget ndak? Wk

My Loveliest Partner (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang