MLP; Eleven

1.8K 315 83
                                    

Yoongi hela napas jengah, lantaran menemukan ada sosok gadis cantik sudah berdiri di depan rumahnya, lengkap dengan mobil mewah miliknya.

"Berangkat kerja bareng yuk!" Jiae melambai ringan pada Yoongi yang tak acuh dengan sapaannya.

"Kantormu berlawanan arah dengan pabrik. Harusnya kamu ngga perlu repot-repot."

Jiae tersenyum simpul, "Saya ngga merasa direpotkan kok. Lagipula hari ini saya ngga lagi punya jadwal ketemu klien, jadi ya bisa santai."

Yoongi sedang malas berdebat, maka itu ia hanya membuka pintu mobil dan masuk dengan wajah tanpa ekspresi. Dan tentu saja Jiae tidak mempermasalahkan itu. Sudah terlanjur bucin memang susah.

"Sudah sarapan?" tanya Jiae di tengah mengemudi.

Yoongi balas dengan anggukkan kepala, bersikap seolah ia sudah mengisi perut dari rumah. Padahal nyatanya ia sengaja tak sarapan agar bisa sarapan bersama Taehyung di kafetaria perusahaan.

Eh? Tunggu sebentar. Kenapa mendadak jadi kepikiran Taehyung?

"Oiya, Yoon. Dua hari lagi tanggal 9 lho," celetukan Jiae mengusik Yoongi yang tengah fokus membaca portal berita daring.
"Kamu ngga ada niatan pulang kampung?"

Yoongi dengus malas, "Belum tau."

"Tuh kan, kebiasaan. Kamu selaluuuuu aja melewatkan peringatan hari kematian Bibi Eunbi. Kamu jangan terlalu keras hati begitu, Yoon. Bagaimanapun dia kan Ibu kandung kamu."

"Ada topik lain tidak? Saya malas membicarakan hal tidak penting," Yoongi kembali fokus pada ponselnya, mengabaikan Jiae yang menatapnya sendu.

"Yoon, saya tau kamu teramat benci sama Ibu kandung kamu. Tapi plis, bisa kan kamu menghargai Bibi Eunji yang sekarang merawat kamu, huh? Dia pasti bakal sedih kalau lagi-lagi kamu bersikap seperti ini. Sudah tiga tahun, Yoon. Masa kamu-"

"Yoo Jiae," mata Yoongi mendelik tak suka pada gadis cantik di sampingnya, "Saya rasa apa yang kamu lakukan sudah melampaui batas. Kamu tak ada hak buat mengatur saya begini dan begitu karena hubungan kita hanya sebatas urusan bisnis. Tolong kamu jangan lupakan itu."

Jiae mendesah pelan, "Kamu memang keras kepala ya? Padahal saya sudah minta berkali-kali ke kamu, lupakan perjanjian itu dan kita bangun hubungan dari awal. Saya serius ingin menikahi kamu, Yoongi."

Yoongi nyaris tertawa, mengejek kepercayaan diri Jiae yang menurutnya sudah overdosis.

"Ya, dan sayapun serius soal saya yang tidak tertarik dengan perempuan dan sampai kapanpun tidak akan menikahi gadis manapun.

Paham kamu?"

....

"Bang, ini kunci passnya," Taehyung mengulurkan kunci itu pada Yoongi yang sudah nangkring di atas kap mesin.
"Mau saya bantuin dari atas ngga?" tawarnya yang langsung dibalas gelengan kepala Yoongi.

"Ngga perlu. Kamu break aja duluan, dari tadi belum minum kan kamu?"

Taehyung agak tertegun, bukan karena ia lupa sedari tadi belum menyentuh air minum sama sekali. Tapi karena Yoongi yang entah sejak kapan suka mengucapkan kalimat berbau perhatian begini padanya. Meski cuma menyuruhnya untuk rehat sejenak, atau sekadar memberinya botol air minum. Taehyung kan jadi geer.

"Uuh, nanti aja deh. Saya mau break bareng kamu. Ya kan ngga lucu masa saya ke pantry sendirian ninggalin partner saya yang udah cemong oli begini."

Ucapan Taehyung lantas menyentak Yoongi, buru-buru ia mengambil sapu tangan di saku belakang celananya dan mengusap wajahnya yang entah cemong di mana.

My Loveliest Partner (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang