Outro

2.1K 298 73
                                    

Kenapa harus ada pertemuan jika berujung perpisahan?

Taehyung menyulut rokoknya canggung. Tak terbiasa, tentu saja. Kikuk mendera bersamaan percikan api yang membakar ujung kreteknya. Ia hisap kuat lalu menghembuskan asapnya perlahan di udara. Terasa lega? Tidak. Yang terjadi dadanya semakin sesak saja.

"Kamu bukan perokok, Taehyung."

Park Jimin, seorang yang pernah menjadi kawan sekelas Taehyung semasa SMP menghampiri dengan tawa geli.

"Cuma iseng."

"Ngga sekalian minum?"

Taehyung gelengkan kepala, "Pengalaman minum terakhir saya, berakhir di kantor polisi. Saya kapok."

"Sebenarnya itu salahmu karena mengemudi di saat mabuk. Ck, dasar ceroboh" Jimin mengambil sebatang dari kotak rokok milik Taehyung, "Itu sebabnya sampai sekarang kamu ngga berani mengendarai mobil lagi kan?"

"Jungkook mana?" Taehyung melengos ke arah lain, tempat di mana kawan-kawan sekelasnya berkumpul. "Kamu datang sama dia kan?"

Jimin merotasikan bola matanya, "Tae, saya sama dia udah putus lama."

"Tapi kelihatannya kalian masih lengket dan ngga terpisahkan?"

"Haahh, kelihatannya saja kan? Tapi nyatanya, Jungkook sekarang lebih suka main sama Bang Seokjin. Ck."

Taehyung tertawa geli, "Dia cuma mau buat kamu cemburu, Jim."

"Ngga, Tae. Toh ngga ada gunanya juga kami dekat lagi. Mau balikan pun rasanya sudah mustahil," Jimin menghisap rokoknya, "Kamu sendiri gimana? Masih ngejar kakak kelas kita itu?"

Taehyung tertegun, bukan karena tak paham dengan siapa yang dimaksud Jimin. Melainkan ia jadi ingat bahwa sudah lebih dari empat bulan ia kehilangan kontak dengan orang itu.

"Dia resign empat bulan lalu, dan kabar terakhir dia diterima kerja di cabang perusahaan Boeing di Jepang," Taehyung mendengus, "Setelah itu saya ngga tau lagi kabar dia gimana. Dalam sekejap dia menghilang.. seperti Avatar."

Jimin terbahak. Sesaat lupa kalau harusnya ia berikan simpati yang banyak pada kawannya itu.

"Haduh hahahaa haduh, maaf. Saya paling ngga tahan kalau dengar lawakan spontan macam itu," Jimin mengusap matanya. Ia punya kebiasaan unik jika tertawa maka matanya sontak berair.
"Tapi Tae, serius. Kamu sesuka itu sama senior kita di SMP, huh?"

Taehyung hembuskan asapnya ke udara, matanya melirik Jimin sembari anggukan kepala pelan.

"Sangat."

Jimin menepuk bahu lebar Taehyung. Berikan gestur sederhana untuk- setidaknya, menyalurkan semangat yang memang tak seberapa.

"Sayapun masih terlalu sayang sama Jungkook. Tapi ketika saya sadar kalau dia sudah ngga bisa diharapkan lagi, maka yang bisa saya lakukan cuma merelakan dia bahagia dengan yang lain kan?"

Taehyung tersenyum tipis, di antara rasa celekit yang ia ingin tertawai dengan miris.

...

"Tidak mau masuk?"

Sebuah tepukan di lengan membuat Yoongi tersentak kaget. Matanya membola ketika tau siapa yang kini tersenyum memandangnya.

"Kihyun?"

"Hei! Ke mana saja kamu? Selama ini cuma kamu lho yang ngga pernah kelihatan di setiap reuni SMP diadakan. Sibuk sekali, huh?" Tanpa sungkan Kihyun merangkul bahu Yoongi dan membawanya masuk ke dalam aula tempat diselenggarakannya reuni akbar itu.

My Loveliest Partner (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang