Seoul, 2004
"Kenapa baru pulang, huh?! Kamu pikir sekarang sudah jam berapa?!"
Yoongi menunduk, memeluk lututnya sendiri sembari menahan perih di punggung akibat sebuah pecutan sabuk yang baru diterimanya beberapa saat lalu.
"Ma-maaf. Tadi saya-"
"Mana hasil ujian kamu? Pasti hasilnya masih sama buruknya dengan minggu lalu kan?!" Wanita itu menggeledah tas Yoongi dan menemukan selembar kertas hasil ujian matematika Yoongi. Tertera angka 7 dengan tinta merah di sana.
Ia menggeram rendah, "Kamu janji apa sama saya huh?!"
Yoongi mendongakkan kepala, menatap wanita yang selalu ia panggil dengan sebutan ibu itu dengan nanar, "Sa-saya janji dapat nilai sempurna di ujian selanjut- aakkk!"
Satu tamparan keras melayang di pipi hingga membuat tulang pipinya terbentur ujung meja. Sakit dan perih bukan cuma ia rasakan di tubuh, melainkan merambat jauh ke dalam hatinya.
"Kamu bohong sama saya, Yoongi! Berani sekali kamu ya!"
"Saya ngga bermaksud begitu, Bu. Sumpah!"
"Mau jadi apa kamu kalau nilai matematika saja sejelek ini hah?!"
"Bu, maaf Bu.. Yoongi janji-"
"Mau janji apa lagi kamu? Hah?! Mau janji apa lagi?!"
Yoongi sudah bersiap menutup mata untuk serangan selanjutnya namun tak lama..
"Kak! Jangan Kak! Sudah cukup!" Seorang wanita berpenampilan anggun menarik lengan Ibu Yoongi yang bersiap dengan sabuknya lagi.
Di tempatnya meringkuk, Yoongi menghela napas lega."Eunji.. kenapa kamu ke mari lagi? Saya sudah larang kamu kan?" tanyanya dengan nada kesal.
"Kak, saya bawa oleh-oleh dari Jeju. Buat Kak Eunbi seorang, kok. Yoongi ngga saya kasih tenang aja," bisik Eunji pada sang kakak yang lantas tersenyum senang.
"Cuma buat Kakak?"
Eunji mengangguk antusias, "Iya. Sembari kita buka oleh-olehnya, aku temani Kakak makan terus habis itu minum obatnya ya?"
"Hum! Oke! Jangan kasih Yoongi, dia nakal!"
"Iya, Kakakku sayang."
Eunji melirik pada Yoongi sekilas, lantas melemparinya kode agar segera pergi dari sana sekarang juga. Untungnya Yoongi cepat tanggap dan langsung ke luar rumah sebelum kewarasan Ibunya kembali hilang.
...
Taehyung mengernyitkan dahi begitu kakinya menapak di depan kelas Yoongi yang lebih ramai dari biasanya. Sedikit terheran lantaran ada beberapa kawan Yoongi dari kelas lain berada di sini juga.
"Bang, ini ada apa ya?" Taehyung bertanya pada Namjoon yang kebetulan akan ke luar kelas.
"Ah, itu si Yoongi. Biasalah. Bisnis kecil-kecilan," jawaba. Namjoon justru makin membuat alis Taehyung menukik bingung. Iapun memutuskan masuk ke dalam untuk mencari tau apa yang terjadi.
"Nah, selesai!"
"Yeaayyy! Terima kasih Yoongiii!" Kihyun, salah seorang teman Yoongi dari kelas lain bersorak gembira. Matanya menatap kagum hasil tangan ajaib Yoongi memperbaiki pesawat mainannya.
"Dengan begini, saya tidak akan merepotkan Ayah dengan meminta mainan baru. Ah, Yoongi, bagaimana kalau nanti siang kamu ke rumah saya. Masih banyak mainan saya yang rusak. Sayang kalau dibuang begitu saja."Yoongi menggumam sesaat, "Boleh juga. Tapi traktir saya eskrim dan makanan enak ya! Orang tuamu kan kaya, pasti tidak akan sulit membayar saya dengan makanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveliest Partner (Taegi) ✔
FanfictionInginnya sederhana; berawal dari teman masa kecil, lalu berujung menjadi teman hidup selamanya. Sekiranya itulah yang ada di dalam benak Taehyung ketika bertemu kembali dengan Yoongi. It's Taegi AU. Story - Written by Chaerachae