Seoul, 2004
"Ini, Bang"
Mata Yoongi berbinar tatkala Taehyung memberikannya satu kotak bekal berisi kimbap yang sangat menggugah selera. Ya, sudah tiga hari ini Yoongi mendapat asupan bekal makan siang dari Taehyung. Ia menepati janjinya pada si kakak kelas pendek itu. Meski harus menahan pilu lantaran ia membuat Ibunya semakin repot.
"Tidak apa-apa, Tae. Ibu justru senang kalau ada yang suka sama masakan Ibu. Ah, nanti Taetae kenalkan Ibu sama teman Taetae yang itu ya?"
Taehyung menghela napas dalam begitu teringat ucapan sang Ibu tempo hari, seiring matanya menatap Yoongi yang sudah melahap kimbapnya dengan lahap.
"Selamat makan ya, Bang. Saya mau ke kelas dulu," pamit Taehyung.
"Eiitt! Sebentar sebentar!" Yoongi menahan kepergian Taehyung dengan menghalanginya dengan kaki rampingnya, "Kamu ngga bisa pergi gitu aja sebelum saya selesai makan."
Dahi Taehyung mengernyit, "Kok gitu?"
"Saya ngga suka makan sendirian," balas Yoongi sembari menarik lengan Taehyung agar duduk di sampingnya. "Masa bodoh kamu sudah makan atau belum, kamu harus temanin saya di sini sampai saya habiskan kimbap ini."
"T-tapi Bang, saya harus ke kelas sekarang."
"Mau apa sih? Istirahat baru berakhir sepuluh menit lagi."
"Ada tugas yang belum sempat saya kerjakan. Jadi saya harus mengerjakannya sekarang Bang, atau nanti saya bisa dihukum sama Pak Hyukjae."
Bola mata Yoongi berotasi jengah, "Ya ampun sama Pak Hyukjae aja takut. Dia ngga bisa galak orangnya. Santai aja."
"Tapi kan Bang-"
"Kamu temanin saya di sini atau pulang sekolah kamu traktir saya kue ikan sepuluh buah?!"
Taehyung sontak gelengkan kepalanya cepat. Ia memilih risiko ditegur gurunya dibanding harus menguras kantongnya demi mentraktir kakak kelasnya ini.
Senyum terulas lebar di bibir Yoongi, "Nah gitu dong."
...
Back to present..
Yoongi menatap aneh pada Taehyung yang kini asyik melahap kue ikannya. Ini sudah kue kelima yang masuk ke dalam mulutnya.
"Emang seenak itu?" Yoongi bertanya sembari menyulut rokoknya. Taehyung balas dengan cengiran lebar.
"Enaaaaakk sekali!" Taehyung mengacungkan ibu jarinya di depan wajah Yoongi, "Bukannya dulu kamu suka banget makan kue ikan, Bang?"
Tertegun, Yoongi nyaris tersedak ludahnya sendiri, "Kamu masih ingat?"
"Apa sih yang saya lupakan kalo itu tentang kamu, Bang?"
Yoongi sadar kalau wajahnya memanas, dan sialnya Taehyung bisa melihat rona kemerahan itu dengan jelas.
Seringaian usil tercetak di wajah Taehyung, "Ciya, malu ya? Hihihiiwww ciya malu ciyaaaa!"
"Nggak!"
"Ngaku ajalah Bang kalau kamu tersipu sama saya. Ngga apa-apa kok. Wajar."
Yoongi mendengus, asap rokoknya ia hembus kasar, "Kamu jangan ngikut usil kayak karyawan di gedung C deh. Mau kalau saya sampai resign benaran kali ini hah?"
"Hehehe. Jangan dong. Kalau Bang Yoongi resign nanti saya kerja sama siapa dong?"
Yoongi tak acuh, ia lantas beranjak dari duduknya. Membuang plastik es kelapanya ke dalam tempat sampah, sebelum akhirnya berbalik untuk memandang Taehyung sesaat.
"Tae?"
"Hum?"
"Kenapa-" Yoongi mengulum bibirnya, "Kenapa kamu bisa ingat semuanya jika itu tentang saya?"
Taehyung tertegun, kunyahannya terhenti begitu saja tatkala kedua matanya bersinggungan langsung dengan manik indah milik Yoongi.
Sejujurnya ia tak punya alasan khusus, ia bahkan tak mengerti kenapa segala kenangan di masa kecilnya bersama Yoongi tak bisa lenyap dari ingatannya.Melihat Taehyung yang tak kunjung memberi respon, Yoongi akhirnya berbalik badan. Tapi tiba-tiba saja..
"..mungkin karena sejak dulu," Taehyung tersenyum kecil, "kamu menjadi sosok yang istimewa buat saya, Bang."
Percaya atau tidak, satu kalimat itu membuat rona merah di wajah Yoongi semakin menjadi-jadi.
...
"Oh? Sudah pulang?"
Yoongi berdecak sebal begitu menemukan sosok itu di rumahnya.
"Mau apa kamu ke mari lagi?"
"Saya rindu kamu, Yoon" perempuan berambut panjang itu lantas menahan pergerakan Yoongi dengan memeluknya erat. "Saya selalu merindukan kamu, tau?"
Yoongi decih pelan sembari melepaskan diri dari pelukan perempuan itu, "Lantas kamu berharap saya bakal mengucapkan hal yang sama? Cih, itu tidak akan mungkin terjadi, Yoo Jiae."
Gadis itu, Yoo Jiae. Adalah seorang yang sejak dua tahun lalu mengisi kehidupan Yoongi. Sosok yang diperkenalkan dengan harapan bahwa bisa meluluhkan hati keras pemuda itu.
"Apa yang sudah Ibu saya berikan pada kamu sebenarnya, hm? Kenapa kamu sekeras ini demi hal yang sudah jelas sia-sia belaka?"
Jiae menggeleng keras, "Tidak ada. Saya cuma mau menyenangkan beliau saja. Bagaimana? Apa kamu sekarang mulai tertarik sama saya?"
Yoongi merotasikan bola matanya, "Kamu kurang beruntung. Karena saya tidak berdegup sedikitpun."
"Ayolah, Yoon," Jiae merengek sembari menarik ujung kemeja Yoongi, "Kamu ngga bisa begini terus ke saya. Nanti saya harus bagaimana kalau bertemu Ibu kamu, hah?"
"Saya sudah peringatkan kamu berkali-kali. Semua ini ngga akan berhasil, Jiae."
"Lalu saya harus bagaimanaaaa?!"
Yoongi angkat bahu tak acuh. Ia lempar tasnya ke sembarang arah sebelum masuk ke dalam kamarnya.
"Masa bodoh. Pikir saja sendiri."
"Yoongiiiiiiii!!"
To be continued..
Hayoooo, siapakah si Yoo Jiae ini? Ehehe
Btw ngga ada sukarelawan yang mau bikinin editan Taegi pake baju teknisi gitu? Huhu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveliest Partner (Taegi) ✔
FanfictionInginnya sederhana; berawal dari teman masa kecil, lalu berujung menjadi teman hidup selamanya. Sekiranya itulah yang ada di dalam benak Taehyung ketika bertemu kembali dengan Yoongi. It's Taegi AU. Story - Written by Chaerachae