MLP; Nine

1.7K 314 35
                                    

Semalam Taehyung tak bisa tidur nyenyak. Ya, terima kasih pada Yoongi dan si gadis cantik itu yang membuatnya gelisah sepanjang malam. Kepala Taehyung dipenuhi banyak pertanyaan soal dua orang itu. Apakah Yoongi dan gadis itu memiliki hubungan khusus?

"Atau cuma saudara? Nah, bisa saja kan?" Taehyung menggumam sendiri. "Tapi kalau cuma saudara.. kenapa bisa terlihat seintim itu? Kenapa tatapan mereka bisa.. ah! Saya pusing!"

Taehyung yang sedang sibuk dengan ocehannya sendiri sampai tak sadar jika Yoongi sudah berdiri di belakangnya dengan toolbox dalam genggaman.

"Bicara sama siapa kamu?"

Auto-tersentak, Taehyung menoleh dengan wajah gugup kentara. Ia gelengkan kepala sembari tersenyum kikuk, "Ah, kamu udah datang. Hmm, udah sarapan, Bang?"

Yoongi mengangguk sekenanya, "Oiya, saya hari ini dapat dispen cuma sampai setengah hari. Sisanya kamu yang handle sendiri sampai selesai ya?"

Taehyung mengerjapkan kedua matanya, kaget, "Ada apa Bang? Kenapa cuma setengah hari?"

"Ada urusan mendadak," Yoongi jawab tanpa minat. Hal yang justru membuat Taehyung makin mengernyitkan dahinya.
Dan mendadak saja ia teringat gadis cantik yang menjemput Yoongi kemarin..

Jangan-jangan..

"Saya boleh tanya ngga, Bang? Kemarin yang sama kamu itu.. siapa?" demi apapun di dunia ini, baru kali ini Taehyung merasa amat lancang karena berani menanyakan persoalan pribadi seseorang. Tapi mau bagaimana lagi, daripada dihantui rasa penasaran kan?

Yoongi menoleh lalu menatap Taehyung jengah, "Kenapa kamu mau tau?"

"Ya cuma ingin tau. Memangnya tidak boleh?"

"Saya sering mendapat pertanyaan yang sama, jadi saya cukup hapal dengan kalimat yang akan keluar selanjutnya," bibir berdecih kecil, "Kamu mau minta nomor telepon dia kan? Ngaku kamu."

Taehyung sontak melotot dan gelengkan kepala keras, "Bukan! Ngga gitu Bang!"

"Bilang saja kamu naksir Jiae, nanti saya sampaikan ke orangnya."

"Bang, kamu salah paham. Saya tuh-"

"Taehyung," Yoongi mendengus pelan, "Saya hapal tabiat laki-laki yang kalau sudah lihat perempuan cantik, pasti usil bertanya ini itu macam kamu."

"Tapi saya ngga bermaksud buat-"

"Jiae single kok. Tenang aja, kamu ngga akan dicap sebagai pebinor. Nanti saya kenalkan deh ya," Yoongi menepuk bahu Taehyung sebelum masuk ke dalam pabrik. Mengabaikan Taehyung yang seketika cengo di tempat, tak tau harus berbuat apa.

"Kenapa jadi begini?!"

...

Seoul, 2004

Yoongi tersenyum senang menyambut Taehyung yang datang ke kelasnya dengan sekotak bekal makan siang.

"Menu hari ini apaaa?"

"Cuma nasi, telur gulung dan tumis jamur. Hmm, tapi saya masih punya apel pemberian paman saya kemarin. Buat Bang Yoon saja deh," ucap Taehyung sembari meletakkan dua buah apel yang ia masukan dalam kantung plastik.

Senyum Yoongi melebar tatkala melihat banyak makanan di depan mata, "Waahh terima kasih. Katakan pada Ibumu kalau makanan yang beliau buat itu lezaaaaaaatt sekali!"

Taehyung mengangguk, "Ibu saya bilang kalau Bang Yoongi berkenan, bisa main ke rumah dan bertemu Ibu. Nanti kita bisa makan malam bersama."

"Hm, makan malam bersama?"

"Iya, jadi Ibu saya mau mengundang Bang Yoongi makan di rumah. Kalau perlu menginap saja sekalian. Beliau ingin sekali bertemu dengan Bang Yoongi sebenarnya."

"Huh, kenapa?"

"Karena Ibu ingin mengomeli Bang Yoongi yang sering jahil sama saya. Makanya jangan nakal! Hehehe. Daahh!" Taehyung segera ke luar dari kelas Yoongi sebelum kakak kelasnya itu melemparnya dengan botol minuman.

Tapi nyatanya hal itu tidak terjadi sama sekali. Justru Yoongi terpaku di tempat duduknya. Tubuhnya menegang. Matanya terasa panas. Ia mendadak kehilangan selera makan.

"Mengomeli saya?" Yoongi mendengus, "Tidak di rumah, tidak di manapun, apa saya harus selalu kena omel? Memang saya senakal itu sampai semua orang ingin mengomeli saya?"





To be continued..



Lanjut besok deh.. kalau sempet. Wkwk
Inget ya ini sering flashback jaman SD mereka. Jadi jangan bingung, okeee??

My Loveliest Partner (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang